Newsletter

Long Weekend Datang Saat Perang, Ini Bekal Cari Cuan Jelang Liburan

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 June 2025 06:15
Ilustrasi Trading (Stok Market)
Foto: Ilustrasi Trading (Stok Market)
  • Pasar keuangan Tanah Air bergerak variatif pada perdagangan kemarin Senin (25/6/2025), IHSG melemah sementara rupiah terbang

  • Wall Street menutup perdagangan dengan beragam

  • Pelaku pasar kembali wait and see sejumlah data eksternal, terutama soal pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja AS.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air bergerak beragam pada perdagangan kemarin Rabu (25/6/2025), merespon sikap investor yang kembali mode wait and see sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan mengantisipasi sikap the Fed yang hawkish.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bergerak positif pada perdagangan hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi perdagangan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini,

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,54% atau 37 poin ke level 6.832,14. Pelemahan kemarin berbanding terbalik dengan pergerakan IHSG sehari sebelumnya yang berhasil rebound kencang di atas 1%.


Sebanyak 401 saham turun, 212 naik, dan 186 tidak bergerak. Nilai transaksi kemarin cukup ramai mencapai Rp 12,64 triliun yang melibatkan 22,46 miliar saham dalam 1,19 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun hampir kembali ke level 11.000 triliun atau tepatnya turun menjadi Rp 12.024,52 triliun.

Kondisi IHSG kemarin juga berbanding terbalik dengan bursa kawasan. Nikkei menutup pasar dengan kenaikan 0,39%, bursa Shanghai 1,04%, dan Kospi 0,15%.

IHSG juga mengalami outflow di pasar regional mencapai Rp1,01 triliun, sementara di pasar nego dan tunai masih net buy sebesar Rp77,64 miliar, sehingga secara total indeks mengalami outflow asing sebanyak Rp931,09 miliar.

Berbanding terbalik dengan IHSG yang melemah, rupiah malah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin.

Merujuk data Refinitiv, rupiah menguat hingga 0,37% ke level Rp16.285/US$. Ini menandai penguatan mata uang Garuda selama dua hari beruntun setelah sehari sebelumnya rupiah menguat 0,82%.


Rupiah menguat meskipun kemarin indeks dolar AS (DXY) mengalami penguatan sekitar 0,16% ke level 98.01 per pukul 15:00 WIB.

Penguatan rupiah terhadap dolar AS pada kemarin masih disebabkan oleh sentimen perang di Timur Tengah, antara Israel dan Iran yang sudah cukup mereda. Hal ini direspon sangat baik oleh pelaku pasar dengan meningkatnya permintaan beli pada mata uang rupiah.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Erwin Gunawan Hutapea menjelaskan, pergerakan kurs rupiah pada kemarin murni berdasarkan mekanisme pasar.

Menurut Erwin, mengedepankan mekanisme pasar berjalan dengan baik tanpa harus sering melakukan intervensi merupakan prinsip BI dalam menjaga stabilitas rupiah.

Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) menguat setelah Gubernur The Fed, Jerome Powell menyatakan bahwa pemangkasan suku bunga belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Hal tersebut diungkapkan Powell di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS .

Sementara itu dari pasar surat utang pada kemarin terpantau dibeli investor lagi. Mengutip data dari Refinitiv, yield obligasi tenor 10 tahun RI mengalami penurunan sebesar 3,9 basis poin (bps) menjadi 6,66%.

Perlu dipahami, bahwa pergerakan yield dan harga itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield turun, maka harga obligasi sedang naik, atau diburu investor.

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street mengakhiri perdagangan dengan beda arah pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (26/6/2025).

Indeks S&P stagnan dan mengakhiri sesi di level 6.092,16, sementara Nasdaq Composite naik 0,31% menjadi 19.973,55. Dow Jones Industrial Average turun 106,59 poin, atau 0,25%, berakhir di 42.982,43.

Saham berbasis AI, Nvidia, naik 4,3% setelah mencapai rekor tertinggi baru. Perusahaan induk Google, Alphabet, dan produsen chip AMD, masing-masing naik 2,3% dan 3,6%.

Pergerakan Wall Street kemarin relative positif dan menuju level rekor terjadi di tengah meredanya ketegangan perdagangan dan gencatan senjata di Timur Tengah antara Iran dan Israel yang tampaknya masih bertahan.

Gencatan senjata ini mulai berlaku pada Selasa dengan kondisi yang rapuh, di mana baik Israel maupun Iran saling menuduh telah melanggar kesepakatan hanya beberapa jam setelah diumumkan.

"Ada pertarungan di pasar antara kekuatan pendorong jangka panjang yang bersifat sekuler - seperti AI, robotik, kripto, dan berbagai inovasi teknologi lain - yang seharusnya berdampak positif pada harga aset dalam jangka panjang, dengan hambatan siklikal berupa kemungkinan kesalahan kebijakan," kata Leah Bennett, Kepala Strategi Investasi di Concurrent Asset Management, dikutip dari CNBC International.

Sebagai catatan, indeks S&P 500 sempat turun lebih dari 20% dari rekor tertingginya, karena kekhawatiran investor bahwa tarif yang meningkat dari AS dapat mendorong ekonomi global ke jurang resesi. Namun, data ketenagakerjaan dan inflasi tetap stabil meskipun ada kekhawatiran tersebut.

Dari sisi ekonomi, investor mencermati data penjualan rumah baru, yang menunjukkan laju paling lambat sejak Oktober 2024.

S&P 500 mungkin sedang berada di ambang rekor tertingginya lagi. Namun, meskipun saham-saham teknologi menjadi pendorong utama kenaikan pasar secara keseluruhan, pengamatan lebih dekat terhadap konstituen individual menunjukkan bahwa sektor teknologi masih jauh dari benar-benar menembus batas atasnya.

Carter Worth, CEO dan pendiri Worth Charting, mengatakan bahwa reli sektor teknologi sangat tipis karena hanya segelintir saham besar yang benar-benar mencetak rekor tertinggi baru.

Pasar keuangan Indonesia akan mengakhiri perdagangan pekan ini pada hari ini sebelum libur panjang Tahun Baru Islam.
Dengan perdagangan yang pendek, investor tentu harus cermat mempertimbangkan segala sentimen penggerak pasar hari ini.

Sentimen pasar pada perdagangan hari ini tampaknya akan didominasi eksternal, mulai dari perang hingga pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell.
Pasar akan merespon testimoni Jerome Powell selama dua hari di hadapan DPR, ditambah pelaku pasar akan menanti data lagi soal pertumbuhan ekonomi AS dan sejumlah data terkait pasar tenaga kerja.

Sementara itu, dari internal pelaku pasar mulai menyoroti kembali sederet pelonggaran kebijakan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang potensi mulai Juli 2025.

Berikut rincian sentimen yang akan berpengaruh pada perdagangan pasar hari ini :

Powell: Kenaikan Tarif Bisa Picu Inflasi Lebih Lama, The Fed Masih Tahan Suku Bunga

Ketua Federal Reserve Jerome Powell kembali memberikan testimoni di hadapan Kongres AS pada Selasa dan Rabu (24-25 Juni 2025) waktu setempat.

Agenda ini berlangsung selama dua hari, dengan Powell menyampaikan pandangan ekonomi dan kebijakan moneter di depan anggota DPR alu dilanjutkan bersama Senat.

Powell memperingatkan bahwa rencana tarif dagang yang digulirkan pemerintahan Trump berpotensi memicu inflasi yang lebih persisten, meski secara teori hanya berdampak satu kali pada harga.

Dalam rapat dengan panel Senat AS, Rabu waktu setempat, Powell menyatakan bank sentral masih berhati-hati dan belum siap menurunkan suku bunga lebih lanjut.

Menurut Powell, tarif bukanlah hukum alam yang selalu berdampak sesaat. Ia menekankan perlunya waktu untuk menilai bagaimana lonjakan biaya impor akan memengaruhi harga-harga dan ekspektasi inflasi masyarakat.

"Kalau tarif dikenakan cepat dan selesai, bisa jadi dampaknya hanya satu kali. Tapi kalau tidak, ada risiko inflasi berkepanjangan," jelasnya.

Meski inflasi mulai melandai, The Fed memperkirakan tekanan harga akan kembali meningkat pada musim panas ini akibat tarif baru. Karena itu, Powell menegaskan bahwa bank sentral belum akan menurunkan suku bunga sebelum melihat dampak tarif secara lebih nyata.

"Kalau tekanan harga ternyata ringan, tentu ruang penurunan suku bunga terbuka," kata Powell. "Tapi kami tidak ingin terburu-buru."

Pernyataan Powell ini muncul di tengah tekanan politik, termasuk dari Presiden Donald Trump dan anggota parlemen Republik yang mendesak The Fed segera memangkas suku bunga. Trump bahkan mengkritik Powell sebagai sosok yang tidak sejalan dengan kebijakan dagang pemerintahannya.

Namun Powell menolak anggapan bahwa kebijakan moneter dipengaruhi kepentingan politik. Ia menekankan bahwa kenaikan tarif kali ini berbeda dari sebelumnya, karena dilakukan saat inflasi masih berada di atas target 2% The Fed dan belum ada preseden serupa dalam sejarah modern.

Sampai saat ini, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25% hingga 4,5% sejak Desember 2023. Proyeksi ekonomi terbaru menunjukkan adanya potensi dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini.

Namun, pandangan para pembuat kebijakan masih terbagi: sebagian mengkhawatirkan lonjakan harga akibat tarif, sementara lainnya meyakini dampaknya bisa mereda dengan cepat.

Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga baru akan dilakukan pada September dan Desember, sementara pertemuan The Fed pada akhir Juli diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga di level saat ini.

NATO Setuju Naikkan Anggaran Pertahanan, Trump Ancam Spanyol dan Ditegur Macron

Dalam KTT NATO di Den Haag (25/6), Presiden AS Donald Trump berhasil mendorong kenaikan anggaran pertahanan, dengan dukungan penuh dari para pemimpin aliansi. Ia menyebut hasil KTT sebagai "kemenangan besar" dan berharap dana tambahan digunakan untuk membeli senjata buatan AS.

Namun, Trump mengancam Spanyol setelah Perdana Menteri Pedro Sanchez menolak target belanja baru sebesar 5% dari PDB. Ia memperingatkan bahwa ekonomi Spanyol bisa terdampak jika menolak patuh.

Meski begitu, NATO menegaskan kembali komitmen pada Pasal 5 tentang pertahanan kolektif, yang sempat dipertanyakan setelah komentar ambigu dari Trump. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahwa ancaman tarif tinggi dari AS bisa merusak kerja sama NATO.

Sekjen NATO Mark Rutte menyebut aliansi kini lebih solid, meski target pengeluaran baru dinilai memberatkan, sekitar 5% dari PDB per negara dalam 10 tahun, ini dinilai sangat berat, terutama bagi negara Eropa yang sedang dalam tekanan fiskal.

BEI Segera Buka Kode Domisili, Kode Broker Menyusul

BEI berencana akan kembali membuka kode domisili investor domestik maupun asing. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengaku, rencana tersebut merupakan hasil diskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Jadi hasil diskusi kita, kajian kita, terus dari teman-teman OJK juga memiliki pendapat gitu. Nah sementara itu kita buka kode domisili dulu," ujarnya di gedung BEI Jakarta, Rabu (25/6/2025).

Menurutnya, rencana tersebut dapat meningkatkan likuiditas di pasar modal melalui transaksi perdagangan pada sesi II. Rencananya, kebijakan ini akan diterapkan pada kuartal III tahun ini.

Selain kode domisili, rencana-nya kode broker juga akan menyusul. BEI juga tengah mengkaji untuk menambah jam perdagangan lebih lama sekitar 1-2 jam dan ada wacana mengubah 1 lot menjadi 10 lembar dari yang berlaku saat ini 100 lembar.

Rencana Pajak E-Commerce

Pemerintah berencana menerapkan aturan baru terkait pajak untuk penjual. Kabarnya e-commerce akan diminta memotong pajak sebesar 0,5% untuk penjual dengan omzet Rp 500 juta hingga Rp 4,8 miliar.

Mengutip dua sumber, Reuters menuliskan kebijakan baru itu disebut untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu bertujuan menyamakan kedudukan dengan toko fisik.

Kabarnya aturan itu akan diumumkan paling cepat bulan depan. Reuters juga menyebutkan platform e-commerce menentang aturan itu karena meningkatkan biaya administrasi untuk penjual.

Subsidi Upah Mulai Disalurkan

Pemerintah mulai menyalurkan bantuan subsidi upah (BSU) tahun 2025 sebagai bagian dari program stimulus ekonomi nasional. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyampaikan, hingga 24 Juni 2025, sebanyak 2.450.068 pekerja atau buruh telah menerima bantuan ini langsung ke rekening masing-masing.

"Dari jumlah penerima BSU tahap 1 yang ditetapkan sebanyak 3.697.836 penerima, sudah tersalurkan ke rekening penerima sebanyak 2.450.068 orang, dan sisanya 1.247.768 masih dalam proses," ungkap Yassierli dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (24/6/2025).

SU merupakan salah satu dari lima program dalam paket stimulus ekonomi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II tahun 2025. Program ini menyasar 17 juta pekerja dengan besaran bantuan Rp300 ribu per bulan per pekerja, atau Rp600 ribu per pekerja yang dibayarkan sekaligus untuk dua bulan.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI mewanti-wanti besaran nominal Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang kembali digelontorkan pemerintah untuk periode Juni-Juli 2025 tak akan memberi efek menjaga daya beli masyarakat.

Dalam Labor Market Brief edisi Juni 2025 bertajuk "Bantuan Subsidi Upah (BSU) Setelah Lima Tahun: Masihkah Relevan? Bagaimana Seharusnya Ke Depan?" terungkap nominal BSU yang diberikan pemerintah tak sejalan dengan kenaikan biaya hidup masyarakat.

"Dari sisi real value, besaran manfaat BSU menunjukkan tren penurunan yang tidak sejalan dengan kenaikan biaya hidup," dikutip dari kajian LPEM FEB UI itu yang ditulis Muhammad Hanri dan Nia Kurnia Sholihah, Senin (16/6/2025).

Pada gelombang pertama (2020), penerima memperoleh Rp 600.000 per bulan selama empat bulan (total Rp 2,4 juta). Pada 2025, besaran manfaat yang diberikan hanya Rp 300.000 per bulan selama dua bulan (total Rp 600.000).

Sementara itu, inflasi terus terjadi selama lima tahun ini. Pada 2020, tekanan inflasi yang tergambar dari indeks harga konsumen (IHK) BPS sebesar 1,68% secara tahun berjalan (ytd). 2021 menjadi 1,87% ytd, 2022 sebesar 5,51% ytd, 2023 menjadi 2,61% ytd, dan pada 2024 sebesar 1,57% ytd.

"Selama periode yang sama, inflasi kumulatif, baik yang bersumber dari inflasi domestik maupun tekanan harga globalm telah menyebabkan daya beli riil dari manfaat BSU turun signifikan," tulis LPEM FEB UI dalam laporannya.
Tanpa mekanisme penyesuaian otomatis atau indeksasi terhadap inflasi atau upah minimum, LPEM FEB UI menganggap efektivitas BSU dalam menjaga daya beli penerima makin tergerus.

PHK Masih Tinggi

Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI Jamsos) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indah Anggoro Putri mengungkapkan, saat ini jumlah karyawan/ pekerja di Indonesia yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah berkisar 30.000-an orang.
"26.000 ya terakhir, ya sekitar 30.000-an per akhir Mei sampai minggu pertama Juni 2025," kata Indah kepada wartawan di Jakarta, Selasa (24/6/2025).

Indah menjelaskan, saat ini data PHK sedang difinalisasi agar lebih valid dan akurat. Data tersebut dikonsolidasikan melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatik) dan Badan Perencanaan dan Pengembangan (Barenbang) Kemnaker.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Presiden meresmikan peningkatan produksi minyak lapangan Banyu Urip di Bojonegoro, Jawa Timur. Turut hadir antara lain Menteri ESDM.

  • Ngonten Fiskal: Dampak Ekonomi Konflik Iran-Israel dengan narasumber Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan dan Analis Kebijakan DJSEF.

  • Presiden menghadiri peresmian 24 pembangkit energi baru terbarukan di 9 provinsi yang akan diselenggarakan di PLTP Ijen, Bondowoso, Jawa Timur. Turut hadir antara lain Menteri ESDM.

  • Opening Ceremony BSI International Expo 2025 di Jakarta Intenational Convention Center Hall A, Jakarta Pusat.

  • Penandatanganan Komitmen Bersama Subsea Connectivity Ecosystem Development di Indonesia yang akan dilaksanakan di Media Center, Gedung Utama Kementerian Komdigi, Jakarta. Narasumber: Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komdigi.

  • Menteri Komunikasi dan Digital, Direktur Utama Indosat Ooredoo Hutchison, Managing Partner East Ventures hinggaa COO Grab menjadi pembicara dalam Asia Economic Summit 2025 di The St. Regis, Jakarta Selatan.

  • Penandatanganan Komitmen Bersama Subsea Connectivity Ecosystem Development di Indonesia

    Pidato Pejabat The Fed Barkin dan Hammack

  • Update pertumbuhan ekonomi AS periode Kuartal I/2025 (Final)

  • PCE Price Index AS periode Kuartal I/2025

  • Update peningkatan klaim pengangguran mingguan yang berakhir 21 Juni 2025

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

 

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular