NEWSLETTER

Perang Iran-Israel Memanas, 8 Negara Ambil Keputusan Genting Pekan Ini

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
16 June 2025 06:15
Infografis, 9 Negara Ini di Ujung Tanduk
Foto: Infografis/ 9 Negara Ini di Ujung Tanduk/ Edward Ricardo
  • Pasar keuangan Indonesia melemah pada akhir pekan lalu dan akan mendapat hadangan berat pekan ini karena perang
  • Wall Street ambruk pada akhir pekan lalu setelah konflik Iran vs Israel memanas
  • Sentimen perang, kebijakan suku bunga hingga data-data ekonomi penting akan menggerakkan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air akan kembali menghadapi banyak guncangan dan katalis luar biasa pada pekan ini. Tren negatif melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah dikhawatirkan akan berlanjut.

Di sepanjang pekan ini, pergerakan IHSG maupun rupiah diperkirakan akan sangat volatile. Lantaran perang Israel dan Iran yang makin memanas hingga penantian para investor dari kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) hingga Bank Indonesia (BI). Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

Pada perdagangan Jumat (13/6/2025), IHSG  turun 38,31 poin atau 0,53% ke level 7.166,06. Pelemahan tersebut menjadi kejatuhan IHSG selama tiga hari beruntun.

Sebanyak 364 saham turun, 241 naik, dan 200 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 13,59 triliun yang melibatkan 25,71 miliar saham dalam 1,36 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun menciut menjadi Rp 12.525,17 triliun.

Mengutip Refnitiv, hanya ada tiga sektor yang parkir di zona hijau, yaitu bahan baku (0,77%), energi (0,36%), dan kesehatan (0,18%). Sementara itu sektor yang turun paling dalam adalah properti (-1,03%) dan diikuti oleh finansial (-0,86%), dan teknologi (-0,7%).

Berbanding terbalik dengan kondisi IHSG, saham emiten emas melesat dan menjadi penyangga IHSG tidak turun lebih dalam. PT Aneka Tambang (ANTM) naik 4,42% berkontribusi 9,18 indeks poin dan MEDC menyumbang 1,75 indeks poin.

Adapun saham-saham yang menyeret IHSG ke zona merah utamanya adalah emiten perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang turun 1,47% berkontribusi -9,18 indeks poin terhadap pelemahan IHSG. Lalu PT Bank Central Asia (BBCA) yang turun 1,1% menyumbang -6,82 indeks poin.

Sentimen terbesar pada perdagangan Jumat adalah serangan Israel ke Iran. Senada dengan IHSG, bursa di kawasan Asia-Pasifik juga berguguran. Shenzen SZI turun paling dalam, yakni 1,1%. Lalu diikuti oleh Taiwan TWII yang turun 0,96% dan Nikkei -0,89%.

Bursa di kawasan Asia merosot seiring dengan serangan Israel ke Iran hari ini. Sebagaimana diberitakan sebelumnya Israel telah mengonfirmasi telah melancarkan serangan militer besar-besaran ke sejumlah target strategis di Iran, termasuk fasilitas nuklir dan pusat produksi rudal. Menurut pernyataan resmi pemerintah Israel pada Jumat (13/6/2025), operasi yang diberi nama "Rising Lion" itu dimaksudkan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Dalam pesan video yang dirilis kepada publik, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa negaranya telah memasuki "momen penentu dalam sejarah Israel" dan akan terus melakukan serangan ke Iran selama beberapa hari ke depan.

"Israel menargetkan ilmuwan-ilmuwan Iran yang bekerja mengembangkan bom nuklir, program rudal balistik mereka, serta fasilitas pengayaan uranium di Natanz," ujar Netanyahu, dilansir Reuters.

Pernyataan tersebut disusul oleh pengakuan dari seorang pejabat militer Israel yang mengatakan bahwa Israel telah menyerang "puluhan" target nuklir dan militer di Iran. Ia juga mengklaim bahwa Iran memiliki cukup bahan untuk memproduksi hingga 15 bom nuklir dalam hitungan hari.

Media pemerintah Iran dan sejumlah saksi mata melaporkan bahwa ledakan hebat terdengar di beberapa kota, termasuk di sekitar fasilitas pengayaan uranium utama di Natanz. Seorang warga kota tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa suara ledakan terdengar berturut-turut di dekat lokasi fasilitas.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat (13/6/2025) ditutup pada posisi Rp16.290/US$ atau melemah 0,37%. Sedangkan secara mingguan, rupiah terkoreksi 0,12%.

Rupiah jatuh usai dolar AS yang menguat setelah Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir Iran.

Reaksi sejauh ini menunjukkan mata uang AS masih memiliki daya tarik sebagai tempat berlindung yang aman meskipun dolar tidak lagi bertindak seperti tempat berlindung yang aman dalam beberapa bulan terakhir dan telah jatuh karena meningkatnya kekhawatiran tentang kebijakan tarif Presiden Trump.

Sebagai informasi, Israel telah mulai melancarkan serangan terhadap Iran, kata dua pejabat AS seraya menambahkan bahwa tidak ada bantuan atau keterlibatan AS dalam operasi tersebut. Laporan lain menyebutkan bahwa ledakan terdengar di timur laut ibu kota Iran, Teheran.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Jumat (16/6/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau menguat 0,04% di level 6,716%.

Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Bursa saham AS ambruk berjamaah pada perdagangan kemarin, Jumat (13/6/2025( setelah serangan Israel ke Iran. Serangan tersebut meningkatkan ketidakpastian ekonomi dan politik serta memicu lonjakan harga energi.

Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), indeks Dow Jones Industrial Average turun 769,83 poin atau 1,79%, berakhir di 42.197,79. Indeks S&P 500 jatuh 1,13% dan ditutup di 5.976,97, sementara Nasdaq Composite melemah 1,30% dan berakhir di 19.406,83.

Aksi jual pada Jumat menyeret indeks utama ke wilayah negatif untuk minggu ini. S&P 500 turun 0,4%, Nasdaq melemah 0,6%, dan Dow turun 1,3% sepanjang pekan.

Pasar saham AS anjlok karena perang mendorong investor mulai beralih dari aset beresiko tinggi ke safe-haven yang akhirnya menyebabkan pasar ekuitas jatuh berjamaah. Pertemuan The Federal Reserve (The Fed) juga menjadi fokus karena investor mencari petunjuk jalur suku bunga.

Pada penutupan perdagangan Jumat (15/6/2025), Dow Jones ambruk 1,79% di level 42.197,79, begitu pula dengan S&P 500 turun 1,13% di level 5.976,97, dan Nasdaq terdepresiasi 1,30% di level 19.406,83.

Tindakan penyeimbangan The Federal Reserve (The Fed) antara kekhawatiran tentang melemahnya pasar tenaga kerja dan inflasi yang masih di atas target akan menjadi pusat perhatian bagi investor pada minggu mendatang karena mereka mempertimbangkan risiko terhadap reli di pasar saham AS.

Indeks acuan S&P 500 (SPX) telah pulih tajam selama dua bulan terakhir karena kekhawatiran tentang dampak hambatan perdagangan terhadap ekonomi telah mereda sejak pengumuman "Hari Pembebasan" Presiden Donald Trump pada tanggal 2 April membuat pasar anjlok.

Reli tersebut menemui hambatan pada hari Jumat karena saham jatuh secara global dan investor beralih ke aset safe haven setelah Israel melancarkan serangan militer terhadap Iran, dan Iran menembakkan rudal sebagai tanggapan. Indeks utama AS berakhir turun lebih dari 1% pada hari Jumat, dengan S&P 500 turun 1,1%.

Pertemuan kebijakan moneter dua hari The Fed dapat menghadirkan hambatan besar berikutnya bagi pasar.

Sementara bank sentral AS secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil saat mengumumkan keputusannya pada hari Rabu, investor sangat ingin mengetahui petunjuk tentang apakah The Fed akan siap menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

Suku bunga dana federal telah berada di 4,25%-4,50% sejak bank sentral terakhir kali melonggarkan kebijakannya pada bulan Desember, sebesar seperempat poin persentase.

"Apa yang harus dilakukan The Fed minggu ini adalah mendorong keyakinan bahwa mereka mampu bertindak tanpa benar-benar menjanjikan apa pun," ujar Drew Matus, kepala strategi pasar di MetLife Investment Management.

"Jika mereka menurunkan suku bunga terlalu dini sebelum ada bukti bahwa ada pelemahan dalam ekonomi yang dapat mereka tunjukkan, mereka meningkatkan risiko benar-benar meningkatkan ekspektasi inflasi lebih lanjut." imbuhnya.

Pada pertemuan terakhirnya di bulan Mei, bank sentral mengatakan risiko inflasi yang lebih tinggi dan pengangguran telah meningkat. The Fed memiliki mandat ganda untuk mempertahankan lapangan kerja penuh dan stabilitas harga, dan investor akan mencari tanda-tanda apakah pejabat lebih peduli tentang salah satu tujuan tersebut dan apa artinya bagi jalur suku bunga.

Larry Werther, kepala ekonom AS di Daiwa Capital Markets America, akan mencermati estimasi pengangguran. Sementara proyeksi terakhir pejabat The Fed adalah pengangguran akan berakhir pada tahun 2025 di angka 4,4%, Werther memproyeksikan angka akhir tahun sebesar 4,6%, dengan mengatakan data terkini termasuk klaim pengangguran telah mengindikasikan pelemahan di pasar tenaga kerja.

"Jika angka pengangguran diperkirakan akan bergerak lebih tinggi, sesuai dengan apa yang telah kita lihat di pasar tenaga kerja, dan inflasi tidak diperkirakan akan bergerak jauh melampaui apa yang diproyeksikan The Fed, maka itu membuka pintu untuk pelonggaran lebih lanjut dalam mendukung pasar tenaga kerja akhir tahun ini," ucap Werther.

Kontrak berjangka dana The Fed mengindikasikan pasar mengharapkan dua kali pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini, dengan kemungkinan berikutnya pada bulan September. Taruhan tersebut didukung oleh laporan inflasi yang jinak minggu ini.

Investor juga fokus pada pemilihan Trump untuk menggantikan Ketua Fed Jerome Powell, dengan presiden secara teratur mendesak bank sentral untuk menurunkan suku bunga.

Trump awal bulan ini mengatakan keputusan tentang ketua berikutnya akan segera datang, meskipun ia mengatakan pada hari Kamis bahwa ia tidak akan memecat Powell, yang masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.

Rilis penjualan ritel bulanan pada hari Selasa juga akan menjadi fokus. Investor ingin melihat apakah tarif menyebabkan harga yang lebih tinggi yang menekan belanja konsumen.

Perkembangan perdagangan kemungkinan akan terus membuat pasar waspada, dengan jeda 90 hari pada berbagai tarif Trump yang akan berakhir pada 8 Juli. Gencatan senjata perdagangan minggu ini antara China dan Amerika Serikat menawarkan harapan bahwa kedua negara dapat mencapai resolusi yang langgeng, tetapi tidak adanya ketentuan terperinci meninggalkan ruang untuk potensi konflik di masa mendatang.

Pasar keuangan Tanah Air dalam sepekan ini akan kembali volatile. Memanasnya hubungan Iran vs Israel dikhawatirkan akan memicu dana asing keluar sehingga IHSG dan rupiah melemah.

Di tengah perang yang berkecamuk, delapan bank sentral di delapan negara juga akan menggelar rapat  untuk mengambil kebijakan penting. Di antaranya adalah bank sentral China, Jepang, Indonesia, AS, Inggris, Turki, Brasil, dan Swiss.

Keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) bisa menjadi penangkal kabar buruk sentimen negatif dari perang Israel dengan Iran. Perang yang makin memanas mendorong investor mengalihkan dananya dari aset beresiko seperti saham ke safe-have seperti emas. Hal ini yang dapat memicu melemahnya pasar saham dalam sepekan ini jika perang terus berlanjut.

Israel-Iran Makin Panas

Israel dan Iran saling serang pada Minggu malam, saat Presiden AS Donald Trump mengatakan konflik dapat dengan mudah diakhiri sambil memperingatkan Teheran agar tidak menyerang target AS mana pun.

Israel dan Iran melancarkan serangan baru pada Minggu (15/6/2025), menewaskan dan melukai warga sipil serta meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas, dengan kedua militer menyerukan warga sipil di pihak lawan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap serangan lanjutan.

Iran telah memberi tahu mediator Qatar dan Oman bahwa mereka tidak bersedia bernegosiasi gencatan senjata dengan AS selama masih berada di bawah serangan Israel, kata seorang pejabat yang mengetahui komunikasi tersebut kepada Reuters pada Minggu.

 

Militer Israel, yang melancarkan serangan pada Jumat (13/6/2025) dengan tujuan yang dinyatakan untuk menghancurkan program nuklir dan rudal balistik Iran, memperingatkan warga Iran yang tinggal di dekat fasilitas senjata untuk segera mengungsi.

"Iran akan membayar harga yang sangat mahal atas pembunuhan warga sipil, perempuan, dan anak-anak," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari balkon yang menghadap apartemen hancur di Bat Yam, sebuah kota di selatan Tel Aviv, tempat enam orang tewas.

Angkatan bersenjata Iran memberitahu warga Israel untuk menjauh dari "wilayah vital" demi keselamatan mereka.

Tim penyelamat Israel menyisir puing-puing bangunan tempat tinggal yang hancur dalam serangan, menggunakan senter dan anjing pelacak untuk mencari korban selamat setelah sedikitnya 10 orang, termasuk anak-anak, tewas, menurut pihak berwenang.

Militer Israel memperingatkan warga Iran yang tinggal di dekat fasilitas senjata untuk mengungsi, sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan serangan Israel sejauh ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan terjadi pada Iran dalam beberapa hari mendatang.

"Jika kita diserang dengan cara apa pun, bentuk atau wujud apa pun oleh Iran, kekuatan penuh dan kekuatan Angkatan Bersenjata AS akan menyerang Anda pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya," ujar Trump dalam sebuah pesan di Truth Social. "Namun, kita dapat dengan mudah mencapai kesepakatan antara Iran dan Israel, dan mengakhiri konflik berdarah ini."

Trump tidak memberikan perincian tentang kemungkinan kesepakatan apa pun.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan serangan Israel, yang dimulai pada hari Jumat, ditujukan untuk menyabotase perundingan nuklir dengan AS yang akan dilanjutkan di Oman pada hari Minggu, dan yang sekarang telah dibatalkan. Ia mengatakan serangan Israel mendapat dukungan dari AS dan Iran bertindak hanya untuk membela diri.

Araqchi sebelumnya mengatakan perundingan Oman tidak dapat dilakukan sementara Iran menjadi sasaran serangan "biadab" Israel.

Israel mengatakan tujuan kampanye tersebut adalah untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata atom dan melumpuhkan kemampuan rudal balistiknya. Para pejabat telah mengakui serangan militer tersebut tidak mungkin menghentikan sepenuhnya program nuklir Iran dan menyuarakan harapan bahwa serangan tersebut akan mengarah pada kesepakatan AS-Iran yang komprehensif.

Iran mengatakan 78 orang tewas di sana pada hari pertama kampanye Israel, dan bertambah banyak pada hari kedua, termasuk 60 orang ketika sebuah rudal menjatuhkan blok apartemen 14 lantai di Teheran, di mana 29 dari korban tewas adalah anak-anak.

Depot minyak Shahran di Teheran menjadi sasaran serangan Israel, kata Iran, tetapi menambahkan bahwa situasinya terkendali. 

Houthi Serang Israel

Kelompok Houthi Yaman yang berpihak pada Iran mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka menargetkan Jaffa di Israel tengah dengan beberapa rudal balistik dalam 24 jam terakhir, pertama kalinya sekutu Iran bergabung dalam pertikaian tersebut.

Teheran telah memperingatkan sekutu Israel bahwa pangkalan militer mereka di wilayah tersebut juga akan diserang jika mereka membantu menembak jatuh rudal Iran.

Namun, perang selama 20 bulan di Gaza dan konflik di Lebanon tahun lalu telah menghancurkan proksi regional terkuat Teheran, Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, sehingga mengurangi pilihannya untuk melakukan pembalasan.

Harga Emas Terus Melambung

Usai pecahnya perang antara Israel dan Iran, harga emas terus mencatatkan penguatan. Rasanya tidak butuh waktu lama untuk membuat harga emas dunia kembali ke US$3.500 per troy ons. Eskalasi Israel-Iran memicu tawaran safe haven sehingga dapat memacu harga emas semakin melejit.

Pada perdagangan sebelumnya Jumat (13/6/2025), harga emas dunia naik 1,42% di level US$3.432,18 per troy ons. Kenaikan ini menjadi penguatan harga emas selama tiga hari beruntun.

Harga emas terus melonjak usai investor beralih ke aset safe haven menyusul serangan udara Israel terhadap Iran, yang memicu kembali kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

"Israel yang menghancurkan target Iran menyebabkan sedikit ketakutan geopolitik di pasar. Harga akan tetap tinggi untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi, pembalasan oleh Iran," ujar Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Goldman Sachs menegaskan kembali perkiraannya bahwa pembelian bank sentral yang secara struktural kuat akan menaikkan harga emas menjadi US$3.700 per troy ons pada akhir tahun 2025 dan US$4.000 per troy ons pada pertengahan tahun 2026. BofA melihat peluang emas untuk naik ke US$4.000 per troy ons dalam 12 bulan ke depan.

Di sisi fisik, permintaan di pusat-pusat utama Asia melemah minggu ini karena suku bunga melonjak, dengan harga di India melesat melewati batas psikologis penting 100.000 rupee.

Harga Minyak Makin Mendidih

Selain emas, panasnya perang Israel dengan Iran juga mendorong melejitnya harga minyak mentah dunia. Lonjakan harga minyak ini akan menjadi abar baik bagi emiten minyak seperti  PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), dan PT Elnusa Tbk (ELSA). 

Bagi pemerintah, kenaikan harga minyak bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, kenaikan harga minyak akan mengerek penerimaan negara dari sektor migas. Namun, lonjakan harga minyak juga bisa membebani subsidi BBM sehingga belanja negara membengkak.

Pada perdagangan Jumat (13/6/2025), harga minyak mentah WTI melesat 7,26% di level US$72,98 per barel. Begitu juga dengan minyak mentah Brent yang naik 7,02% di level US$74,23 per barel.

Harga minyak melonjak pada perdagangan Jumat dan naik 7% karena Israel dan Iran saling serang udara, yang memicu kekhawatiran investor bahwa pertempuran itu dapat mengganggu ekspor minyak dari Timur Tengah.

Kedua acuan tersebut mengalami pergerakan intraday terbesar sejak 2022 ketika invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan lonjakan harga energi.

Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran mengatakan fasilitas penyulingan dan penyimpanan minyak tidak rusak dan terus beroperasi.

Iran, anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), saat ini memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari (bph), dan mengekspor lebih dari 2 juta bph minyak dan bahan bakar. Kapasitas cadangan di antara OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, untuk memompa lebih banyak minyak guna mengimbangi gangguan apa pun kira-kira setara dengan produksi Iran, menurut analis dan pengamat OPEC.

Perkembangan terbaru juga telah memicu kekhawatiran tentang gangguan di Selat Hormuz, jalur pelayaran vital.

"Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Iran sepenuhnya terkunci dalam satu jalur kecil untuk ekspor," kata Rabobank dalam sebuah catatan, mengenai Selat tersebut.

Sekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia melewati selat tersebut, atau sekitar 18 hingga 19 juta barel per hari (bpd) minyak, kondensat, dan bahan bakar.

"Tindakan Israel sejauh ini telah menghindari infrastruktur energi Iran, termasuk Pulau Kharg, terminal yang bertanggung jawab atas sekitar 90% ekspor minyak mentah Iran," ujar Ben Hoff, kepala penelitian komoditas di Societe Generale.

"Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat mengikuti logika 'energi untuk energi' di mana serangan terhadap infrastruktur minyak satu pihak dapat memicu serangan balasan terhadap pihak lain," ucap Hoff.

Iran dapat membayar harga yang mahal atas pemblokiran Selat Hormuz, kata para analis pada hari Jumat.

"Ekonomi Iran sangat bergantung pada jalur bebas barang dan kapal melalui jalur laut, karena ekspor minyaknya sepenuhnya berbasis laut. Terakhir, memutus Selat Hormuz akan menjadi kontraproduktif bagi hubungan Iran dengan satu-satunya pelanggan minyaknya, China, menurut analis JP Morgan.

Suku Bunga BI

Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada pekan ini tepatnya pada Rabu (18/6/2025). Banyak investor memperkirakan BI akan menahan suku bunganya usai menurunkan BI-Rate pada Mei 2025.

Sebelumnya, Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate ke level 5,50% pada Mei 2025, setelah sebelumnya selama empat bulan berturut-turut sejak 15 Januari 2025 mempertahankan BI Rate di level 5,75%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) ini mempertimbangkan tekanan inflasi pada 2025 dan 2026 yang akan rendah dan terkendali di kisaran 2,5% plus minus 1%, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Perry saat itu juga menegaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus diperkuat sehingga dapat memitigasi dampak ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal AS. Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 tercatat hanya mampu mencapai 4,87% (yoy), lebih rendah dari kuartal IV-2024 sebesar 5,02% (yoy).

Dengan realisasi PDB triwulan I 2025 dan mencermati dinamika perekonomian global, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 berada dalam kisaran 4,6-5,4%, sedikit lebih rendah dari kisaran prakiraan sebelumnya 4,7-5,5%.

Penjualan Ritel AS

Biro Sensus Amerika Serikat (AS) akan merilis data penjualan ritel AS. Data ini akan memberikan gambaran tentang pola belanja konsumen, produk yang sedang tren, dan sektor-sektor tertentu yang mengalami pertumbuhan atau penurunan. Penjualan ritel sering digunakan sebagai indikator penting untuk menilai kesehatan ekonomi.

Pada Mei 2025, penjualan ritel AS mengalami penurunan menjadi 5,16% dari secara tahunan (yoy), menurut Biro Sensus AS. Angka ini lebih rendah dibandingkan pada April 2025 sebesar 5,25%.

Suku Bunga The Fed

Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Federal Reserve (The Fed) akan digelar pada Selasa dan Rabu waktu AS (17-18 Juni 2025).

Pada pertemuan ini, FOMC diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50%, sesuai dengan keputusan sebelumnya pada 18 Desember 2024.

Meskipun ada tekanan dari Presiden Donald Trump untuk melakukan pemangkasan suku bunga sebesar satu poin persentase, banyak analis memperkirakan bahwa The Fed akan tetap berhati-hati mengingat kondisi ekonomi yang tidak menentu dan potensi risiko inflasi akibat ketegangan geopolitik serta kebijakan tarif yang sedang berlangsung.

Selain itu, FOMC juga akan merilis Summary of Economic Projections (SEP), yang memberikan gambaran tentang proyeksi ekonomi dan kebijakan moneter ke depan. Beberapa analis memperkirakan bahwa The Fed mungkin mulai mempertimbangkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan berikutnya, yang dijadwalkan pada 29-30 Juli 2025, tergantung pada perkembangan data ekonomi.

Bank Sentral Jepang Hingga China Putusan Kebijakan Suku bunga


Selain Bank Indonesia dan The Fed, ada empat bank sentral lain yang akan menggelar rapat penentuan kebijakan suku bunga yakni bank sentral China (16/6/205), bank sentral Jepang (17/6/2025), bank sentral Swiss dan Inggris (19/6/2025).

People's Bank of China (PBOC) tidak menggelar rapat kebijakan moneter formal, seperti pertemuan Komite Kebijakan Moneter (MPC) triwulanan. Akan tetapi, mereka melakukan langkah operasional penting, yaitu menggelar operasi reverse repos jangka 6 bulan senilai CNY 400 miliar pada hari itu untuk mendukung likuiditas pasar keuangan domestik.

PBoC juga diperkirakan akan menggelar work meeting internal untuk evaluasi ekonomi & strategi sebelum mengeluarkan kebijakan enting pada 18/19 Juni 2025 yakni potensi pengumuman kebijakan baru atau reformasi struktural.

Sementara itu, BOJ Jepang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga jangka pendek pada 0,5%, sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun, pasar menunggu kebijakan tapering pembelian obligasi (JGB) dan mempertimbangkan untuk memperlambat laju pengurangannya mulai tahun fiskal 2026.

Di luar itu, masih ada pertemuan penting bank sentral Brasil (19/6/2025),  Inggris (19/6/2025), Swiss (19/6/2025), Turki (19/6/2025), 

Economic Update 2025


CNBC Indonesia akan menggelar Economic Update dengan tema "Striving for 8% Growth Despite Global Uncertainty" sebagai forum bagi pemerintah, pelaku industri, dan pakar ekonomi untuk membahas strategi menghadapi tantangan dan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hadir sebagai pembicara Arthur B. Laffer, ekonom legendaris Amerika Serikat dan mantan penasihat Presiden Ronald Reagan, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan pejabat Danantara.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

1.Sesi dialog Morning Sea terkait program pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP) Kementerian Kelautan dan Perikanan di Media Center, Gedung Mina Bahari IV, kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat.

2. Lokakarya Pembelajaran Nasional dari proyek Food Systems, Land Use and Restoration (FOLUR) Indonesia di Hotel Pullman Jakarta, Thamrin CBD.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular