Newsletter

Investor Bersiap! Sri Mulyani dan BI Umumkan 3 Kabar Penting Hari ini

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
23 May 2025 06:15
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan laporan dalam Konferensi Pers APBN KITA EDISI MARET 2025.
Foto: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan laporan dalam Konferensi Pers APBN KITA EDISI MARET 2025. (Tangkapan Layar Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia)
  • Pasar keuangan pada kemarin bergerak beragam. IHSG dan Rupiah ditutup menguat, tetapi obligasi dijual investor.

  • Wall Street berakhir beragam, Nasdaq  melemah sementara S&P dan Dow Jones menguat

  • Sentimen pasar hari ini banyak yang positif dari internal, tetapi masih waspada risiko volatilitas akibat yield UST yang terus naik serta realisasi APBN 2025 periode April

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan kemarin Kamis (22/5/2025) kompak bergerak hijau.

Pasar keuangan hari ini diharapkan bisa melanjutkan tren positifnya dengan kompak menguat. Selengkapnya mengenai sentimen hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Kamis 922/5/2025) ditutup naik 0,34% atau 24,52 poin ke level 7.166,98. Sebanyak 294 naik, 306 turun, dan 207 tidak bergerak.

Nilai transaksi kemarin mencapai Rp 13,83 triliun yang melibatkan 21,89 miliar saham dalam 1,38 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun naik menjadi Rp 12.448,09 triliun.

Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor berada di zona hijau. Industri memimpin penguatan dengan kenaikan 0,81%. Lalu diikuti oleh bahan baku 0,77% dan konsumer non-primer 0,5%.

Sejumlah saham BUMN dan konglomerat menjadi penggerak utama IHSG kemarin. Saham konglomerat PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang melesat 10,2% kemarin berkontribusi 6,23 indeks poin.

Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga terus menguat setelah Bank Indonesia memutuskan memangkas suku bunga acuan. BBRI kemarin naik 0,94% dan menyumbang 6,11 indeks poin.

Penggerak terbesar ketiga IHSG kemarin adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang harga sahamnya terus merangkak naik menjelang Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Kemarin, saham TLKM naik 2,55% dan menyumbang 5,7 indeks poin terhadap penguatan IHSG.

Beralih ke nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin kembali menguat terhadap dolar AS. Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda berakhir di posisi Rp16.325/US$ atau menguat 0,4% dalam sehari.

Sementara indeks dolar AS (DXY) naik tipis 0,06% pada kemarin sampai pukul 15:00 WIB ke angka 99,62. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya (21/5/2025) yang berada pada posisi 99,56.

Nilai tukar dolar AS melemah ke posisi terendah dalam dua minggu terhadap yen Jepang, dipicu oleh kekhawatiran fiskal yang meningkat dan hasil lelang obligasi Treasury AS bertenor 20 tahun yang kurang memuaskan.

Situasi ini diperparah oleh pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody's, serta proposal Presiden Donald Trump untuk pemotongan pajak dan peningkatan belanja yang diperkirakan akan menambah utang nasional sebesar US$3,8 triliun dalam dekade mendatang.

Sementara itu dari dalam negeri, sentimen soal Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2025 yang mencatat defisit US$ 800 juta ini lebih baik dibandingkan posisi defisit NPI pada kuartal I-2024 sebesar US$ 6 miliar.

Perbaikan dari sisi transaksi berjalan ini setidaknya dapat memberikan sentimen positif yang dapat mendorong rupiah.

Sementara itu dari pasar surat utang malah bergerak beda arah dibandingkan rupiah dan IHSG. Mengutip data Refinitiv, sampai penutupan kemarin, yield obligasi tenor 10 tahun naik 2,5 basis poin (bps) menjadi 6,84%.

Perlu dipahami pada pergerakan surat utang, yield dan harga itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield naik, maka harga sedang turun, ini artinya pada kemarin investor mulai menjual obligasi.

Aksi jual obligasi ini juga menandai tren hijau yang berakhir setelah berjalan selama empat hari beruntun. ,

 

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Kamis waktu AS atau Jumat dini hari waktu Indonesia (23/5/2025).

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,35 poin dan ditutup di level 41.859,09. Indeks S&P 500 melemah 0,04% ke 5.842,01, sementara Nasdaq Composite naik 0,28% ke 18.925,73.

Indeks S&P 500 nyaris tidak bergerak seiring sikap investor yang bergulat dengan kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga dan membengkaknya defisit AS. Imbal hasil obligasi Treasury tenor 30 tahun mencapai level tertinggi sejak Oktober 2023 setelah DPR meloloskan rancangan undang-undang yang dikhawatirkan investor dapat memperburuk defisit AS.

Dalam pemungutan suara berdasarkan garis partai pada Kamis pagi, DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) yang mencakup pemotongan pajak dan peningkatan anggaran militer.

RUU tersebut yang kini akan dibahas di Senat dapat meningkatkan utang pemerintah AS hingga triliunan dolar dan memperbesar defisit, pada saat kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi akibat tarif Trump sudah menekan harga obligasi dan mendorong kenaikan imbal hasil. Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan total biaya RUU ini mencapai hampir $4 triliun.

 

"Dalam jangka pendek, RUU pajak ini baik bagi perekonomian. Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2026. RUU ini mengurangi pajak bagi banyak orang, meningkatkan belanja, terutama untuk pertahanan, dan hal-hal tersebut bersifat stimulatif bagi ekonomi dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Jed Ellerbroek, manajer portofolio di Argent Capital Management, dalam wawancara dengan CNBC International.

Namun, ia mencatat bahwa dalam jangka panjang, kebijakan ini menambah defisit dan menjadi kabar buruk bagi pasar.

"Imbal hasil naik, yang berarti harga turun karena obligasi Treasury menjadi semakin kurang menarik dan kurang dapat dipercaya, karena defisit anggaran kita tetap sangat tinggi dalam waktu yang lama tanpa tanda-tanda akan kembali normal," tambah Ellerbroek.

Obligasi Treasury tenor 30 tahun pada Kamis diperdagangkan di level tertinggi sejak 2023, menyentuh 5,161% sebelum turun kembali di akhir sesi. Imbal hasil obligasi Treasury tenor 10 tahun juga sempat mundur dari level tertingginya

Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunga pada akhir tahun ini setelah dampak dari kebijakan fiskal dan perdagangan menjadi lebih jelas.

"Jika kita bisa menurunkan tarif (impor) mendekati 10% dan semuanya sudah final dan diberlakukan pada sekitar bulan Juli, maka kita berada dalam posisi yang baik untuk paruh kedua tahun ini," kata Waller dalam wawancara dengan Fox Business.

"Dengan begitu, The Fed berada dalam posisi yang cukup baik untuk mulai melakukan pemangkasan suku bunga sepanjang paruh kedua tahun ini." Imbuhnya.

Pasar keuangan saat ini memperkirakan The Fed baru akan mulai memangkas suku bunga pada September, karena masih adanya ketidakpastian terkait tarif, inflasi, dan laju pertumbuhan ekonomi. Waller mengatakan bahwa para pemimpin perusahaan yang ia ajak bicara menyatakan mereka masih bisa menerima rezim tarif 10% saat ini, namun "tidak bisa bertahan" jika tarif naik lebih tinggi lagi.

Sementara itu, Morgan Stanley memperkirakan saham kemungkinan akan bergerak naik dari posisi saat ini selama ekonomi Amerika Serikat tetap relatif sehat.

"Dari sudut pandang kami, tingkat tarif yang diumumkan pada 'Hari Pembebasan' sangat dramatis, hingga memicu apa yang hanya bisa digambarkan sebagai aksi jual kapitulasi," kata Michel Wilson, ahli strategi ekuitas.

"Oleh karena itu, kami percaya bahwa harga terendah sudah tercapai-dengan asumsi kita tidak mengalami resesi dalam (skenario) kasus terburuk." Imbuhnya.

Dalam catatan yang sama, Wilson kembali menegaskan target harga S&P 500 dalam 12 bulan ke depan di level 6.500, yang mengindikasikan potensi kenaikan sebesar 11% dari level saat ini.

"Kami belum menyesuaikan target kami meskipun terjadi koreksi pasar baru-baru ini, dan kami tegaskan kembali bahwa pencapaian target tersebut kemungkinan besar akan terjadi pada pertengahan tahun 2026 dibandingkan akhir 2025, mengingat besarnya tekanan di paruh pertama tahun ini serta dampak tertunda dari ketidakpastian tarif terhadap laba perusahaan dalam beberapa kuartal mendatang," tambahnya.

Sentimen pasar keuangan Tanah Air pada akhir pekan ini tampaknya masih potensi mendapatkan gairah positif dari sentimen internal terkait efek suku bunga acuan turun, defisit transaksi berjalan menyempit, sampai Danantara yang menggencarkan efisiensi untuk merger dan akuisisi ratusan BUMN.

Dari internal, ada tiga kabar penting hari ini yakni satu dari Bank Indonesia dan dua kabar lainnya datang dari Kementerian Keuangan.

Sri Mulyani akan mengumumkan dua kabar penting sekaligus. Kabar pertama adalah pelantikan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak dan bea Cukai. Kabar kedua adalah realisasi APBN 2025 periode April.

Sementara itu, dari eksternal ada data yang rilis semalam terkait klaim pengangguran mingguan dan masih ada tantangan dari yield obligasi AS jangka panjang yang terus naik setelah Moody's menurunkan peringkat kredit AS.

Meski begitu, ini bisa menjadi peluang karena ada dana yang berpindah dari AS ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Berikut rincian untuk sentimen yang potensi mempengaruhi pasar hari ini :

Sri Mulyani Lantik Dirjen Pajak & Bea Cukai, Umumkan Realisasi APBN

Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mengumumkan dua kabar penting hari ini yakni pergantian Dirjen Pajak dan bea Cukai serta realisasi APBN 2025.

Presiden Prabowo Subianto menunjuk Bimo Wijayanto sebagai Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, menggantikan Suryo Utomo. Hal ini dibenarkan oleh Bimo Wijayanto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (20/5/2025).

Dia mengatakan Prabowo menitipkan pesan kepada dirinya. Pesan tersebut yaitu: "Memperbaiki sistem perpajakan Indonesia supaya lebih akuntabel, lebih berintegritas, lebih independen untuk mengamankan program-program nasional beliau, khususnya dari sisi penerimaan negara.

Sementara itu, Letnan Jenderal Djaka Budi Utama dipercaya sebagai Direktur Jenderal Bea Cukai untuk menggantikan Askolani.

Letnan Jenderal Djaka Budi Utama saat ini mengemban tugas amanat sebagai Sekretaris Utama Badan Intelijen Negara (BIN). Dia dilantik pada Oktober 2024.

Dua Dirjen ini berperan sangat strategis dalam penerimaan negara karena menyumbang hampir 70% dari total pendapatan negara. Kebijakan dari dua dirjen ini juga akan berperan besar dalam mendongkrak ekonomi.

Selain itu, Sri Mulyani akan mengumumkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 periode April 2025. Realisasi April sangat penting, terutama dalam melihat sejauh mana pencapaian penerimaan pajak. Sebagai catatan, April ada periode berakhirnya setoran pajak perusahaan sehingga realisasi pajak seharusnya sudah mengalami pertumbuhan.

Realisasi belanja juga patut disimak karena bisa menjadi acuan seberapa besar dampak efisiensi pemerintahan Prabowo dalam empat bulan terakhir..

Defisit Transaksi Berjalan Menyempit, Lebih Baik dari Perkiraan

Bank Indonesia (BI) mencatat pada kuartal I-2025, transaksi berjalan mengalami defisit US$ 200 juta atau 0,1% dari PDB.

Defisit ini lebih rendah dibandingkan dengan defisit US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari PDB pada kuartal IV-2024. Adapun, defisit pada kuartal I ini juga lebih rendah jika dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Pada kuartal I-2024, transaksi berjalan defisit US$ 2,2 miliar atau 0,6%.

BI mengklaim defisit transaksi berjalan tetap rendah di tengah perlambatan ekonomi global. Selain itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang terkendali di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Dengan perkembangan tersebut, NPI pada triwulan I-2025 mencatat defisit US$ 800 juta dolar AS dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 tercatat tetap tinggi sebesar US$ 157,1 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata BI dalam rilisnya, Kamis (22/5/2025).

Lebih lanjut, transaksi modal dan finansial pada kuartal I-2025 mencatat defisit US$ 300 juta. BI pun menegaskan kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.

"Investasi langsung tetap membukukan surplus sebagai cerminan dari persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik yang tetap terjaga. Investasi portofolio juga meningkat, terutama dipengaruhi aliran masuk modal asing pada surat utang domestik," kata BI.

Sementara itu, investasi lainnya mencatat defisit dipengaruhi oleh penurunan penarikan pinjaman pemerintah dan swasta serta peningkatan investasi swasta pada beberapa instrumen finansial luar negeri.

Di sisi lain, defisit neraca jasa meningkat dipengaruhi penurunan surplus jasa perjalanan (travel) sejalan dengan penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Defisit neraca pendapatan primer juga meningkat dipengaruhi oleh kenaikan pembayaran imbal hasil investasi portofolio.

Lalu, neraca perdagangan barang tercatat tetap surplus. Bahkan surplus meningkat, terutama disumbang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas. Ekspor nonmigas menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan harga komoditas.

Sementara itu, impor nonmigas turun lebih dalam khususnya pada kelompok bahan baku dan penolong.

"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," ujar BI.

Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan yang menyempit lebih baik dari perkiraan ini memberikan dorongan yang lebih optimis bahwa inflow asing masih akan berlanjut di pasar keuangan Tanah Air.

Danantara Gencarkan Efisiensi : Siapkan 350 Aksi Merger dan Akuisisi BUMN


Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara, Danantara siap membuat perubahan besar untuk menata ulang pada struktur BUMN dan anak usaha-nya agar lebih efisien, ramping, dan kompetitif.

Danantara menargetkan akan melakukan 350 aksi merger dan akuisisi BUMN dalam 1-2 tahun mendatang,

"Konsolidasi bisnis ini kita harapkan akan selesai dalam 1-2 tahun ke depan, akan terjadi lebih dari 350-an merger dan akuisisi yang akan kita lakukan," ujar COO Danantara, Dony Oskaria dalam acara Outlook Ekonomi DPR Selasa (20/5).

Dony menyebut, peninjauan kembali pada bisnis BUMN ditargetkan rampung pada kuartal IV-2025. Peninjauan kembali menjadi tahap pertama yang dilakukan untuk menciptakan matriks BUMN berdasarkan industrinya masing-masing.

"Kita harapkan ini akan selesai sampai dengan Oktober tahun ini. Satu per satu, kemudian output-nya kita melakukan matriks daripada perusahaan kita," tuturnya.

Dony mengatakan, melalui aksi korporasi yang dilakukan jumlah BUMN akan berkurang signifikan.l dari 888 perusahaan menjadi kurang dari 200 perusahaan.

"Nah ini akan terjadi dari 888 perusahaan, kita harapkan ini akan menjadi kurang dari 200 perusahaan yang skalanya besar dan memiliki kemampuan, daya kompetisi yang kuat," ucapnya.

Harapannya, upaya tersebut dapat menciptakan peningkatan daya saing perusahaan sehingga dapat sejajar dengan perusahaan global.

"Dia di sisi holding operation akan memiliki perusahaan-perusahaan yang sangat kuat dan mampu berkompetisi dengan baik," pungkasnya.

Kesimpulannya, Danantara akan membuat ekosistem BUMN yang lebih efisien, fokus, dan siap bersaing di taraf internasional.

Perkembangan Uang Beredar April 2025

Pada hari ini  Jumat (23/5/2025), BI kembali akan merilis data uang beredar (M2) untuk periode April 2025.

Sebelumnya, jumlah M2 Maret 2025 tumbuh 6,1% yoy menjadi Rp 9.436,4 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,2% YoY.

Dengan lebih banyak uang beredar, masyarakat dan bisnis memiliki akses lebih besar terhadap kredit dan likuiditas. Ini dapat mendorong investasi, konsumsi, dan ekspansi bisnis, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Uang Beredar April akan mencerminkan sejauh mana belanja, kredit, hingga tabungan masyarakat usai Lebaran 2025. Dalam beberapa bulan terakhir, deposito pribadi terus mengalami kontraksi sementara tabungan tumbuh tinggi. Kondisi ini mencerminkan masyarakat yang memilih hati-hati dalam berinvestasi jangka panjang dan lebih menyiapkan dana pendek tabungan untuk kebutuhan sewaktu-waktu.

Update Klaim Pengangguran Mingguan AS dan Flash PMI

Data klaim pengangguran AS untuk periode seminggu yang berakhir pada 17 Mei 2025 bertambah 227.000, lebih sedikit dari perkiraan pasar sebanyak 230.000 dan periode pekan sebelumnya 229.000. 

Klaim pengangguran yang bertambah lebih sedikit memang baik untuk kondisi pasar tenaga kerja, tetapi bagi prospek penurunan suku bunga the Fed bisa sebaliknya. 

Karena dengan kondisi pasar tenaga kerja yang dianggap masih solid, akan membuat inflasi juga bisa bertahan tinggi, sehingga level suku bunga tinggi saat ini masih bisa dipertahankan dalam jangka waktu lebih lama. 

Selain data itu, pada semalam ada rilis flash PMI Manufacture AS untuk periode Mei yang tercatat berhasil naik ke posisi 52,3 dari bulan sebelumnya 50,2. 

Data ini juga lebih baik dari perkiraan pasar yang prediksi turun ke level 50,1. Sebagai catatan, cut off indeks PMI manufaktur ini berada di 50. Selama masih di atas angka itu, maka kondisi manufaktur AS berada di level yang ekspansif. 

Yield Obligasi Jangka Panjang AS Terbang Lagi

Beralih ke sentimen eksternal, volatilitas pasar tampaknya masih mendapat tantangan dari yield obligasi jangka panjang AS yang terus naik.

Pada Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB, imbal hasil obligasi AS tenor 30 tahun terbang ke posisi 5,15%, ini menjadi level tertinggi-nya sejak Oktober 2023. Selain Oktober 2023, imbal hasil ini belum pernah setinggi ini sejak Juli 2007.

Spread antara obligasi lima tahun dan 30 tahun pada semalam juga meningkat tajam sampai 1%. Ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak Oktober 2021. Ini artinya pasar memperkirakan inflasi masih akan bertahan pasar di AS dan kebijakan suku bunga tinggi bisa bertahan lebih lama.

 

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Uang beredar M2 periode April 2025

  • Sri Mulyani melantik pejabat eselon 1 Kemenkeu pukul 09.30 (tertutup) di aula mezzanine, termasuk Dirjen Pajak dan Dirjen Bea Cukai

  • Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei Tahun 2025 dengan naras umber Menteri Keuangan, Wakil Menteri Keuangan, Pejabat Eseleon I Kementerian Keuangan

  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ("RUPST") PT Bank JTrust Indonesia

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Cum date dividen GEMS

  • Cum date dividen TOTL

  • Cum date dividen PANI

  • Cum date dividen CBDK

  • Cum date dividen BMHS

  • 22 Emiten Melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), berikut rinciannya :

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular