Pemerintah Beri Kabar Negosiasi Dagang, IHSG Dapat Suntikan Positif

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
25 April 2025 06:18
Ilustrasi Trading (Stok Market)
Foto: Ilustrasi Trading (Stok Market)

Pasar keuangan Tanah Air tampaknya masih akan bergerak variatif pada hari ini. IHSG berada di resistance rawan adanya aksi profit taking dan rupiah juga masih menghadapi tantangan repatriasi dividen big bank.

Namun, sentimen mulai membaik seiring dengan tekanan indeks dolar yang melandai, UBS pasang rating overweight pasar saham RI, sampai realisasi investasi meningkat sepanjang kuartal pertama tahun ini.

Berikut untuk rincian sentimen yang akan berpengaruh terhadap pasar keuangan hari ini.

Perkembangan Negoisasi Dagang


Hari Ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan menggelar konferensi pers terkait negosiasi dagang dengan Amerika Serikat.

Menarik disimak sejauh apa hasil negosiasi serta komoditas apa saja yang menjadi bahan negoisasisi. 

Seperti diketahui, pemerintah AS berencana menaikkan tarif resiprokal sebesar 32% kepada Indonesia. Pemerintah AS juga mengkritik sejumlah kebijakan Indonesia mulai dari bioetanol, sertifikasi halal, penggunaan QRIS, hingga ijin ekspor impor dan investasi.

IHSG di Resistance, Waspada Aksi Taking Profit

Secara teknikal, IHSG di posisi 6600 sedang menguji resistance horizontal line yang ditarik dari high 14 Maret 2025.

Dengan candle yang ditutup merah pada kemarin menunjukkan bahwa posisi saat ini mulai rawan adanya taking profit karena IHSG sudah naik dalam beberapa hari terakhir.

Adapun support yang potensi diuji ke level 6300. Posisi ini menjadi cukup penting diperhatikan karena untuk keluar dari downtrend, IHSG paling tidak harus membentuk higher low.

Teknikal IHSGFoto: Tradingview
Teknikal IHSG

The Greenback ke Bawah 100, Harapan Rupiah Menguat Lagi

Sejak awal tahun, indeks dolar Amerika Serikat (AS) atau DXY sudah melandai lebih dari 8%, tetapi rupiah masih belum mengapresiasi, yang terjadi malah sebaliknya di mana mata uang Garuda semakin melemah mendekati Rp17.000/US$ yang merupakan level terpuruk sepanjang masa, melewati periode krisis 1998 dan 2008.

Seharusnya, jika rupiah mengapresiasi ini, maka penguatan rupiah sudah bisa mencapai di bawah Rp15.000/US$.

Namun, realita yang terjadi yang berbeda karena ada sejumlah hal yang menjadi tantangan di mana ada ketidakpastian soal tarif, net sell asing yang masih belum reda dan periode pembagian dividen.

Net sell asing sejak awal tahun tahun di pasar saham tercatat mencapai lebih dari Rp50 triliun dan aksi repatriasi dividen tampaknya masih akan terjadi sampai akhir bulan ini.

Namun, kami menilai ada potensi rupiah akan mulai bangkit lagi, karena tekanan jual asing seharusnya mulai mereda setelah aksi repatriasi dividen sejumlah emiten bank besar selesai.

Ditambah Bank Indonesia pada Rabu lalu kembali menahan suku bunga sebagai langkah untuk menstabilkan mata uang Garuda.

UBS Naikkan Rating Overweight Saham RI

Perusahaan investasi global yang berpusat di Zurich, Swiss, UBS Group diketahui menaikkan rekomendasi untuk saham-saham dari bursa Indonesia menjadi 'overweight'.

Kenaikan rekomendasi saham dari bank global untuk saham RI itu ditengarai oleh pandangan kondisi domestik yang defensif, dengan valuasi saham sudah dekat dengan level terendah waktu Pandemi Covid-19, dan ada potensi dukungan dari big fund pelat merah.

Perubahan rating ini menjadi salah satu sentimen positif, karena sebelumnya ada dua lembaga global yaitu Goldman Sach dan Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang turunkan peringkat pasar saham RI.

BKPM : Realiasi Inveatasi Kuartal I/2025 Meningkat

Sepanjang periode triwulan pertama 2025 (Januari - Maret) nilai investasi mencapai Rp465,2 triliun. Nilai ini naik 15,9% dari akhir 2024 yang mengumpulkan nilai invetasi sebanyak Rp401,5 triliun.

"Pada triwulan I ini investasi yang sudah masuk dan direalisasikan dan sudah dikeluarkan adalah Rp 465,2 triliun atau kurang lebih 24,4 persen," ungkap Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani dalam konferensi pers daring melalui YouTube pada Rabu (23/4/2025)/

Rosan Roeslani menyampaikan bahwa capaian itu mengisi kurang lebih 24,4% dari total target investasi 2025 yang dipatok sebesar Rp 1.905,6 triliun.

Ia juga mengatakan kenaikan jumlah investasi itu menunjukkan adanya keyakinan dari para investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Indonesia.

Rosan juga mengungkapkan sumber modal terbesar datang dari investor domestik dengan total Rp234 tirliun, setara 50,5%. Sementara sisanya berasal dari asing sebanyak Rp230,4 triliun, setara 49,5%

Adapun untuk negara asal yang memberikan investasi paling banyak dari Singapura dengan besaran investasi US$ 4, 6 miliar, diikuti Hongkong Hong Kong sebesar US$ 2,2 miliar, Cina sebesar US$ 1,8 miliar, Malaysia sebesar US$ 1 miliar, dan Jepang sebesar US$ 1 miliar.

Sementara itu, dari segi wilayah, Rosan menyebutkan Jakarta dan Jawa Barat masih menempati posisi pertama yang mendapatkan investasi terbesar di Kuartal I-2025.

"Dalam kesempatan ini saya sampaikan investasi nomor 1 memang masih berada di Jakarta kurang lebih 15% atau Rp 69,8 triliun, Jawa Barat 14,7% atau Rp 68,5 triliun," kata Rosan, di Kantor Presiden, dikutip Kamis (24/4/2025).

Sedangkan Jawa Timur memiliki porsi realisasi investasi 7,8% dengan nilai Rp 36 triliun, Sulawesi Tengah Rp 32,7 triliun, Banten 6,7% atau mencapai Rp 31 triliun.

Namun secara total, realisasi investasi investasi di luar Jawa masih lebih besar sedikit dibandingkan di Jawa.

"Kalau kita lihat konsentrasinya antara Jawa dan luar Jawa itu alhamdullilah luar Jawa itu justru slightly lebih besar Rp 235,9 triliun (50,7%), dan di Jawa Rp 229,4 triliun (49,3%)," kata Rosan.

Rosan mengungkapkan investasi Indonesia berjalan baik meski di tengah tensi geopolitik dan geoekonomi yang meningkat. Hal ini juga menunjukan kepercayaan investor asing terhadap Indonesia.

"Investasi merupakan komitmen jangka panjang, dan mereka melihat bahwa di bawah kepemimpinan pak Prabowo ini kestabilan, kemudian peace dan stability itu sangat baik dan terjaga. Sehingga investasi masuk terus berjalan sesuai dengan target kita ke depan," kata Rosan.

KSSK : Stabilitas Keuangan Masih Terjaga

Pasar keuangan Tanah Air setidaknya mendapatkan sedikit ketenangan dari paparan asil Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada kemarin Kamis (24/4/2025) oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

KSSK menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan pada kuartal I-2025 tetap aman terjaga, di tengah kisruh kebijakan tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Kami memulai dengan melaporkan bahwa situasi sistem keuangan stabilitas sistem keuangan triwulan I-2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidapastikan perekonomian dan pasar keuangan global," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK.

Kendati terjaga, Sri Mulyani menggarisbawahi ketidakpastian global tetap membayangi.

"Ketidakpastian tersebut terutama dipicu dinamika terkait dengan kebijakan tarif pemerintah AS dan memunculkan eskalasi perang dagang memasuki awal triwulan II-2025," papar Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, kebijakan dan ketidakpastian tersebut telah mendorong perilaku risk aversion atau penghindaran risiko dari para pelaku usaha termausk pemilik modal serta menyebabkan penurunan dari yield us treasury dan pelemahan index mata uang dolar AS (DXY).

Dia menambahkan dia mengatakan hal ini terjadi di tengah peningkatan ekspektasi penurunan Fed Fund Rate dan aliran modal dunia mengalami pergeseran dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman atau safe haven assets terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang serta ke komoditas emas.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular