
Semua Mata Tertuju ke Thamrin, Sanggupkah BI Bangkitkan IHSG & Rupiah?

Dari bursa Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kembali mengalami tekanan pada perdagangan Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia.
Indeks Dow Jones Industrial Average ambles 260,32 poin, atau 0,62%, ditutup di 41.581,31. Indeks S&P 500 turun 1,07%, berakhir di 5.614,66. Dan indeks Nasdaq Composite anjlok 1,71% dan berakhir di 17.504,12.
Salah satu saham paling menderita adalah Tesla. Sahamnya turun lebih dari 5% setelah RBC Capital Markets menurunkan target dengan alasan meningkatnya persaingan di pasar EV. Saham Tesla telah turun lebih dari 36% dalam sebulan terakhir.
Pembuat EV tersebut bukan satu-satunya saham teknologi yang turun. Saham Palantir dan Nvidia masing-masing turun hampir 4% dan lebih dari 3%. The Technology Select Sector SPDR Fund (XLK) juga turun lebih dari 1%.
"Pasar akan tetap bergejolak hingga keputusan apapun yang dibuat pada 2 April," kata Rhys Williams, kepala investasi di Wayve Capital, kepada CNBC International.
Penurunan ini menandai perubahan setelah beberapa minggu yang sulit di Wall Street, karena data ekonomi yang lemah dan kebijakan tarif Donald Trump yang berubah-ubah membuat investor waspada terhadap kesehatan keuangan AS.
S&P 500 resmi memasuki wilayah koreksi minggu lalu, tetapi indeks ini berhasil memulihkan sebagian posisi pada reli pemulihan yang terlihat pada sesi Jumat dan Senin.
Meskipun ada pemulihan baru-baru ini, Nasdaq yang didominasi oleh sektor teknologi masih berada dalam koreksi. Indeks turun setidaknya 10% dari puncak terbaru.
Investor terus memantau pembaruan kebijakan dari Gedung Putih. Perhatian mereka kini juga tertuju pada keputusan The Fed yang akan diumumkan hari ini waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Futures dana Fed memprediksi kemungkinan 99% bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil, menurut Alat FedWatch dari CME.
(tsn/tsn)