Bersiap! BI Ambil Keputusan Genting Pekan Ini di Tengah Badai dari AS

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street pada Jumat lalu (14/3/2025) kompak rebound, tetapi masih belum bisa menghapus zona merah dalam sepekan terakhir.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) pada Jumat lalu, secara harian ditutup menguat 674,62 poin atau 1,65% menjadi 41.488,19, indeks S&P 500 )SPX) naik 117,42 poin, atau 2,13% ke 5.638,94 dan indeks Nasdaq Composite (IXIC) melonjak 451,07 poin atau 2,61% ke 17.754,09.
Sayangnya, penguatan harian itu masih belum bisa menutup tren koreksi sepanjang pekan. Dow Jones turun 3,1% dan menjadi minggu terburuk sejak Maret 2023.
Sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun lebih dari 2% dan mencatat kerugian mingguan keempat berturut-turut.
Kenaikan pasar pada akhir pelan didorong oleh pernyataan Senator Chuck Schumer, pemimpin minoritas Senat dari Partai Demokrat, yang menyatakan tidak akan menghalangi rancangan undang-undang pendanaan pemerintah dari Partai Republik.
Selain itu, ada perbaikan data dari inflasi yang mendingin menjauhi level 3%, meskipun masih dibayangi oleh ketidakpastian dari kebijakan tarif trump yang berubah-ubah dan memicu perang dagang dari mitra dagang AS.
Sementara itu, data ekonomi terbaru masih menunjukkan ada pelemahan terhadap kepercayaan konsumen AS. Indeks sentimen konsumen University of Michigan tercatat turun menjadi 57,9 pada Maret, lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 63,2 menurut Dow Jones.
Ketidakpastian tersebut membuat investor aset safe haven seperti emas melonjak lagi dan mencetak rekor ke level US$ 3000 per troy ons.
Jed Ellerbroek, manajer portofolio di Argent Capital, di St. Louis, Missouri mengatakan "Pasar tidak menyukai hal-hal tarif, ketidakpastian tambahan yang membuat mereka tidak dapat merencanakan dan membuat keputusan,"
Lebih lanjut Ia menngungkapkan "Trump ... mendatangkan malapetaka, dengan para penasihatnya berbicara tentang detoksifikasi, tentang bagaimana mungkin resesi akan datang, mungkin tidak. Itu meresahkan, tidak tegas, itu buruk bagi ekonomi dan buruk bagi pasar saham."
(tsn/tsn)