Newsletter

Tekanan Mereda, Pasar Akan Tutup Pekan dengan Semringah?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 January 2025 06:01
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham saat Pembukaan Perdagangan Tahun di Gedunh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Foto: Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham saat Pembukaan Perdagangan Tahun di Gedunh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
  • Yield obligasi tenor 10 tahun Indonesia turun dari puncak tertinggi dalam beberapa bulan menjadi angin segar bagi pasar
  • China akan umumkan pertumbuhan ekonomi hari ini
  • Gencatan senjata Israel dan Hamas di Gaza terancam batal

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham tengah bergairah setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (15/1/2025). Namun nilai tukar rupiah tetap tertekan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan Kamis (16/1/2025), di mana pasar merespons positif dari dipangkasnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

IHSG ditutup menguat 0,39% ke posisi 7.107,52. Sejatinya, IHSG sempat mendekati level psikologis 7.200. Namun di sesi II hingga akhir perdagangan hari ini, penguatan IHSG terpangkas dan akhirnya hanya mampu bangkit ke level psikologis 7.100.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 juta kali. Sebanyak 289 saham menguat, 302 saham melemah, dan 209 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor properti menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni mencapai 0,95%.

Sementara dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG yakni mencapai 19,3 indeks poin.

Selain BREN, ada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang juga menopang IHSG sebesar 11,3 indeks poin, kemudian saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,3 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 3,2 indeks poin.

IHSG bergairah setelah diturunkannya suku bunga acuan BI (BI-Rate), yakni sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% kemarin. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,25% di angka Rp16.335/US$ pada hari ini, Kamis (16/1/2025). Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan kemarin (15/1/2025) yang juga terkoreksi 0,34%.

Rupiah kembali tertekan pada hari ini pasca kemarin AS merilis data inflasi konsumen utama yang tampak memanas.

Tingkat inflasi tahunan di AS naik untuk bulan ketiga berturut-turut menjadi 2,9% pada Desember 2024 dari 2,7% pada November, sesuai dengan ekspektasi pasar. Kenaikan di akhir tahun ini sebagian disebabkan oleh efek dasar yang rendah dari tahun lalu, terutama untuk energi.

Meskipun demikian,  tingkat inflasi tahunan inti harga konsumen di Amerika Serikat, yang tidak termasuk item seperti makanan dan energi, turun menjadi 3,2% pada Desember 2024, dari 3,3% dalam tiga bulan sebelumnya dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,3%. Indeks tempat tinggal, yang menyumbang lebih dari dua pertiga dari total kenaikan 12 bulan, naik 4,6% selama setahun terakhir, mencatatkan kenaikan tahunan terkecil sejak Januari 2022.

Indeks pasar saham S&P 500 tergelincir 0,21% ke level 5.937,34 pada Kamis, mengakhiri tren kenaikan selama tiga hari, karena saham teknologi besar mengalami penurunan.

Indeks Nasdaq Composite, yang didominasi saham teknologi, turun 0,89% ke 19.338,29, sementara Dow Jones Industrial Average turun 68,42 poin, atau 0,16%, ke 43.153,13.

Saham Apple merosot 4%, mencatat hari terburuknya sejak 5 Agustus. Tesla turun lebih dari 3%, Nvidia hampir 2%, dan Alphabet kehilangan sekitar 1%.

Indeks utama kehilangan keuntungan yang sempat dicapai sebelumnya di hari itu, yang didorong oleh laporan laba perusahaan yang kuat. Morgan Stanley melampaui ekspektasi laba, mendorong sahamnya naik 4%. Bank of America juga melampaui estimasi laba bersih, tetapi sahamnya turun sekitar 1%. Hasil ini muncul sehari setelah rekan-rekan sektor keuangan lainnya seperti JPMorgan Chase dan Goldman Sachs juga mengalahkan estimasi laba kuartal keempat.

Musim laporan keuangan sejauh ini dimulai dengan kuat, dengan 77% perusahaan yang telah melaporkan hasilnya melampaui ekspektasi, menurut data dari FactSet.

"Ada sedikit tekanan dan bahkan rasa kelelahan di pasar ini, karena kita semua mencoba memberikan dorongan baru untuk pasar bullish ini dan mencari tahu apa yang akan mendorong kenaikan berikutnya," kata Keith Buchanan, manajer portofolio senior di Globalt Investments.

"Hasil keuangan yang dimulai dari sektor perbankan jelas positif, tetapi tampaknya pasar membutuhkan lebih dari itu, dan itulah yang terlihat dari pergerakan hari ini," tambah Buchanan.

Wall Street sebelumnya mencatat sesi terkuatnya sejak November pada hari Rabu, dengan Dow naik lebih dari 700 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 1,8% dan 2,5%. Perbaikan moderat dalam inflasi inti pada Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan Desember dan hasil keuangan yang kuat dari bank-bank besar memicu rally yang didorong oleh risiko.

Hasil obligasi 10-tahun AS turun tajam dari level tertinggi 14 bulan yang dicapai awal pekan ini. Terakhir tercatat berada di sekitar 4,615%.

Kebijakan suku bunga yang mengejutkan dari Bank Indonesia membuat yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun turun setelah sebelumnya mencatatkan posisi tertinggi sejak November 2022 yakni 7,298%

Yield yang mencapai posisi puncak tersebut dikarenakan pasar dipenuhi oleh ketidakpastian, mulai dari geopolitik, kondisi ekonomi dalam negeri yang tidak stabil, hingga jelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS.

Akan tetapi setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga, yield turun ke ke posisi 7,163%.

Imbal hasil obligasi 10 tahun memiliki hubungan negatif terhadap pasar saham. Ketika yield melonjak, pasar saham akan melemah, dan terjadi sebaliknya.

BI menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% pada hari ini. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan ketika BI menurunkan BI Rate, ini sesuai dengan stance atau pandangan bank sentral 'prostability and progrowth'. Ini pun sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menilai keputusan ini sudah sesuai dengan dinamika yang ada.

"Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika yang terjadi di global dan internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan," kata Perry, dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).

Perry pun mengatakan dinamika yang dipantau BI mencakup dinamika global dan dalam negeri. BI, katanya, sudah memperhatikan arah kejelasan kebijakan yang terutama ditempuh pemerintah AS dan Fed Fund Rate.

Perry mengatakan penurunan FFR pada tahun diyakini hanya sebanyak satu kali. Dari arah ini, BI bisa memperkirakan arah pergerakan indeks dolar.

Di sisi lain, rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah AS merilis data inflasi konsumen yang mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya.

China Akan Umumkan Pertumbuhan Ekonomi

Kemudian pada hari ini, Jumat (17/1/2025), China akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal empat 2024.

Diperkirakan ekonomi China akan tumbuh lebih cepat menjadi 5,1% yoy, dibandingkan kuartal tiga 4,6%.

Kabar Terbaru Gencatan Senjata Israel-Hamas

Para pelaku pasar harus tetap waspada risiko geopolitik, sebab gencatan senjata Israel dan Hamas di Gaza terancam batal. Ini karena kabinet Israel masih akan memberikan suara pada Jumat (17/1/2025) mengenai kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera.

Dua anggota kabinet telah menyuarakan penentangan terhadap gencatan senjata. Di mana Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir mengancam keluar dari pemerintahan jika menyetujui kesepakatan.

Di sisi lain kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu Kamis, menuduh Hamas mengingkari beberapa bagian perjanjian perdamaian, meski hamas mengatakan "tidak ada dasar" untuk tuduhan Israel. Netanyahu bahkan berjanji menunda pemungutan suara kabinet hingga masalah tersebut ditangani.

Serangan terbaru Israel juga makin gencar membombardir Gaza kemarin dan menyebabkan puluhan orang tewas. Militer Zionis mengatakan telah menyerang 50 target di seluruh wilayah itu selama 24 jam.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Pertumbuhan Ekonomi China (pukul 9.00 WIB)

  • Penjualan ritel China (pukul 9.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Dividen: KKGI, ACRO, 
  • Tender Offer: ENAK
  • RUPSLB: OKAS

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(ras/ras) Next Article IHSG Sudah Bangkit Saatnya Rupiah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular