Tekanan Mereda, Pasar Akan Tutup Pekan dengan Semringah?
- Yield obligasi tenor 10 tahun Indonesia turun dari puncak tertinggi dalam beberapa bulan menjadi angin segar bagi pasar
- China akan umumkan pertumbuhan ekonomi hari ini
- Gencatan senjata Israel dan Hamas di Gaza terancam batal
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham tengah bergairah setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (15/1/2025). Namun nilai tukar rupiah tetap tertekan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan Kamis (16/1/2025), di mana pasar merespons positif dari dipangkasnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
IHSG ditutup menguat 0,39% ke posisi 7.107,52. Sejatinya, IHSG sempat mendekati level psikologis 7.200. Namun di sesi II hingga akhir perdagangan hari ini, penguatan IHSG terpangkas dan akhirnya hanya mampu bangkit ke level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 17 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,6 juta kali. Sebanyak 289 saham menguat, 302 saham melemah, dan 209 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor properti menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni mencapai 0,95%.
Sementara dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG yakni mencapai 19,3 indeks poin.
Selain BREN, ada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang juga menopang IHSG sebesar 11,3 indeks poin, kemudian saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,3 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 3,2 indeks poin.
IHSG bergairah setelah diturunkannya suku bunga acuan BI (BI-Rate), yakni sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% kemarin. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,25% di angka Rp16.335/US$ pada hari ini, Kamis (16/1/2025). Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan kemarin (15/1/2025) yang juga terkoreksi 0,34%.
Rupiah kembali tertekan pada hari ini pasca kemarin AS merilis data inflasi konsumen utama yang tampak memanas.
Tingkat inflasi tahunan di AS naik untuk bulan ketiga berturut-turut menjadi 2,9% pada Desember 2024 dari 2,7% pada November, sesuai dengan ekspektasi pasar. Kenaikan di akhir tahun ini sebagian disebabkan oleh efek dasar yang rendah dari tahun lalu, terutama untuk energi.
Meskipun demikian, tingkat inflasi tahunan inti harga konsumen di Amerika Serikat, yang tidak termasuk item seperti makanan dan energi, turun menjadi 3,2% pada Desember 2024, dari 3,3% dalam tiga bulan sebelumnya dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,3%. Indeks tempat tinggal, yang menyumbang lebih dari dua pertiga dari total kenaikan 12 bulan, naik 4,6% selama setahun terakhir, mencatatkan kenaikan tahunan terkecil sejak Januari 2022.
(ras/ras)