Harga Cabai Makin Pedas, Ternyata Ini Biang Keroknya

Tim Riset, CNBC Indonesia
15 December 2024 15:30
Sejumlah pekerja memilah cabai rawit merah di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah pekerja memilah cabai rawit merah di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak sedap jika makan makanan yang tidak pedas. Banyak masyarakat Indonesia yang menyukai makanan pedas. Tak heran, makanan nusantara terkenal dengan pedasnya mulai dari dendeng balado, ayam geprek hingga rujak cingur.

Tingginya minat terhadap makanan pedas mendorong harga cabai rawit dalam negeri relatif tinggi.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga cabai per Jumat (13/12/2024) mencapai Rp75.600/kg.

Harga cabai, baik cabai rawit ataupun merah keriting, sangat ditentukan oleh pasokan dan permintaan. Harga cabai biasanya melonjak tajam karena persoalan pasokan, terutama saat musim hujan karena gangguan panen dan distribusi. Namun, harga cabai juga bisa melambung karena permintaan, terutama menjelang Hari Raya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan konsumsi cabai masyarakat Indonesia memang terus meningkat. Di sisi lain, produksi justru turun.

Penurunan produksi cabai rawit merah menjadi salah satu faktor utama di balik kenaikan harga ini. Berdasarkan data BPS, total produksi cabai rawit merah pada 2023 tercatat sebesar 1.506,76 ribu ton, menurun dibandingkan dengan produksi tahun 2022 yang mencapai 1.544,44 ribu ton.

Penurunan produksi ini sebagian besar disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem dan perubahan iklim yang mempengaruhi hasil panen. Musim kemarau yang berkepanjangan serta fluktuasi curah hujan turut berkontribusi pada berkurangnya produktivitas tanaman cabai rawit.

Data tambahan dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa beberapa provinsi utama penghasil cabai rawit merah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara, juga mengalami penurunan produksi akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.

Sebaliknya, konsumsi cabai rawit oleh rumah tangga di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Total konsumsi pada 2023 mencapai 610,85 ribu ton, naik 7,2% dari konsumsi 2022 yang sebesar 569,65 ribu ton. Dalam lima tahun terakhir, konsumsi cabai Indonesia bahkan melesat 15%.

Peningkatan konsumsi ini dipicu oleh tingginya permintaan di pasar domestik, didorong oleh popularitas cabai rawit sebagai bahan masakan dalam berbagai hidangan tradisional Indonesia.

Beberapa makanan yang menggunakan cabai rawit dalam jumlah besar adalah sambal penyetan, geprek, dan seblak.

Dengan produksi yang menurun dan permintaan yang terus meningkat, tekanan pada harga cabai rawit diperkirakan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Pengawasan terhadap kondisi cuaca dan penerapan teknologi pertanian yang lebih baik diharapkan dapat membantu menstabilkan harga dan memastikan ketersediaan cabai rawit di pasar domestik.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation