Polling CNBC Indonesia

Warga RI Katanya Malas Belanja, RI Bisa Deflasi 3 Bulan Beruntun?

Revo M, CNBC Indonesia
31 July 2024 16:20
Kolase Foto Beras dan Cabai. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kolase Foto Beras dan Cabai. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan kembali naik atau mengalami inflasi pada Juli 2024 setelah mencatat deflasi pada Juni lalu. Kenaikan disebabkan sejumlah harga pangan seperti cabai rawit merah dan beras.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Juli 2024 pada Kamis (1/8/2024).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan inflasi Juli 2024 diperkirakan mencapai 0,01% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Sedangkan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) diperkirakan akan lanjut melandai menjadi 2,42% pada Juli 2024.

Sebagai catatan, IHK mengalami deflasi sebesar 0,08% (mtm) dan mengalami inflasi sebesar 2,51% (yoy) pada Juni 2024. Inflasi inti tercatat 1,90% (yoy) pada Juni 2024.

Jika proyeksi inflasi (yoy) sebesar 2, 42% ini benar adanya, maka angka ini akan menjadi yang paling rendah sejak September 2023 atau sekitar satu tahun terakhir.

Yang menarik, empat dari 12 institusi memperkirakan Indonesia kembali akan mencatat deflasi (mtm) pada Juli 2024.

Jika IHK (mtm) kembali mencatat deflasi maka itu menjadi catatan baru bagi Indonesia. Deflasi selama tiga bulan beruntun belum pernah terjadi setidaknya sejak 2020. Seperti diketahui, sebelum deflasi pada Juni, IHK juga mencatat deflasi pada Mei sebesar 0,03% (mtm).

Deflasi dua bulan beruntun pada Mei dan Juni 2024 sudah memunculkan kekhawatiran, terutama terkait daya beli. Terakhir kali Indonesia mengalami deflasi dua bulan beruntun adalah pada 2020 atau saat dihantam pandemi Covid-19. 
Sejumlah analis menjelaskan deflasi dua bulan beruntun adalah sinyal jika daya beli masyarakat Indonesia tengah turun. Terlebih, sejumlah indikator menunjukkan adanya tekanan pada konsumsi.

Data Bank Indonesia menyebut proprosi konsumsi masyarakat Indonesia pada Juni berada di angka 73,9%. Proporsi ini lebihbaik dibanidngkan Mei tetapi jauh di bawah rata-rata 2023 yang berada di angka 75%.

Secara historis, secara bulanan inflasi Juli justru cenderung mengalami kenaikan dibandingkan Juni karena adanya musim ajaran baru untuk pendidikan tinggi.

Rata-rata inflasi Juli (mtm) dalam lima tahun terakhir mencapai 0,228%.

Harga BBM Turun, Cabai Rawit Merah Meroket

Badan usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) kompak melakukan penyesuaian harga produk BBM-nya yang dijual di SPBU per 1 Juli 2024. Diantara yang menurunkan harga adalah Shell Indonesia, BP-AKR dan juga Vivo Energy Indonesia, terkecuali SPBU PT Pertamina (Persero)

Misalnya saja, Shell menurunkan beberapa produk harga jual BBM-nya, seperti Shell Super per 1 Juli 2024 ini dibanderol menjadi Rp 13.810 per liter dari yang sebelumnya Rp 14.580 per liter pada Juni 2024.

Lalu, produk Shell V Power dari yang sebelumnya dipatok RP 15.400 per liter mengalami penurunan menjadi Rp 14.700 per liter. Sedangkan untuk BBM Shell Diesel Extra dari yang sebelumnya Rp 15.320 per liter turun menjadi Rp 14.670 per liter. Penurunan harga BBM ini diperkirakan akan ikut menurunkan tekanan pada IHK meskipun dampaknya tidak akan sebesar jika PT Pertamina menurunkan harga BBM non-subsidi.
Sebagai catatan, PT Pertamina sudah menahan harga BBM non-subsidi sejak Februari 2024 atau selama enam bulan terakhir. 

Sementara itu, harga cabai rawit merah dan cabai rawit keriting berbeda arah.
Data Pusat Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) mencatat rata-rata harga cabai rawit merah melonjak 16% menjadi Rp 65.263/kg sementara harga cabai merah keriting turun 13,8% menjadi Rp 51.515 per kg. 
Harga beras naik tipis 0,04% menjadi Rp 15.341 per kg pada Juli 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation