
Pemilik Logam Mulia Dibuat Pening, Harganya Ambruk 1,3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terpantau berbalik merana pada penutupan perdagangan Kamis (12/12/2024), karena para investor cenderung mulai menarik keuntungan setelah sempat mencapai level tertinggi dalam lima pekan terakhir.
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan kemarin, harga emas dunia ditutup ambles 1,35% di US$ 2.681,33 per troy ons. Sementara pada perdagangan Jumat pagi hari ini sekitar pukul 06:00 WIB, emas cenderung turun tipis 0,03% ke US$ 2.680,56 per troy ons.
Tampaknya, investor mulai merealisasikan keuntungannya di emas setelah empat hari beruntun menguat. Tak hanya itu saja, koreksi emas terjadi setelah pada Rabu lalu (11/12/2024) harga emas berhasil menyentuh rekor tertingginya dalam lima pekan terakhir.
"Harga terus naik dalam jangka pendek, meski penurunan mungkin terjadi menjelang pertemuan The Fed karena investor mengunci keuntungan," kata Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse by OANDA, dikutip dari Reuters.
"Fokus pasca-pertemuan akan beralih ke arahan pada sesi Januari dan arah kebijakan masa depan, yang akan sangat penting dalam menentukan keberlanjutan keuntungan pasar selanjutnya," tambahnya.
Investor juga mencerna data inflasi Amerika Serikat (AS) terbaru yang cenderung bervariasi. Semalam, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Produsen (IHP) Negeri Paman Sam pada November lalu justru lebih panas dari Indeks Harga Saham (IHK) dan lebih tinggi dari prediksi pasar sebelumnya.
IHP AS pada bulan lalu tercatat tumbuh mencapai 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari Oktober lalu yang tumbuh 2,6%. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam bulan lalu tumbuh mencapai 0,4%, lebih tinggi dari Oktober lalu sebesar 0,3% dan juga lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 0,2%.
Pertumbuhan IHP AS sangat kontras dengan IHK AS yang dirilis Rabu lalu, di mana data IHK terbaru sudah sesuai dengan pasar.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% yoy, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6%.
Sedangkan secara bulanan, IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3% (mtm), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2%.
Data IHK AS pada bulan lalu, baik secara tahunan dan bulanan sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya. Konsensus pasar Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK AS pada November tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm).
"Meskipun ada peningkatan kemungkinan penurunan suku bunga minggu depan, tetapi inflasi akan tetap meningkat, kata Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold, dilansir dari Reuters.
Klaim pengangguran juga meningkat pada minggu terakhir, menunjukkan pasar tenaga kerja yang membaik sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga minggu depan untuk ketiga kalinya, meskipun ada sedikit kemajuan dalam menurunkan inflasi ke target 2% dalam beberapa bulan terakhir.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd)