Newsletter

Wall Street Cetak Rekor, Pasar RI Kecipratan Cuan?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
03 December 2024 06:00
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/8/2024). Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sudah mencapai 4% pada perdagangan sesi II. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (5/8/2024). Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau sudah mencapai 4% pada perdagangan sesi II. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia, saham maupun nilai tukar rupiah, dipenuhi sentimen luar negeri
  • Dua Pejabat Teh Fed memberikan komentar terkait arah kebijakan moneter Amerika Serikat
  • Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak rekor baru

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan tertekan oleh data ekonomi Indonesia pada perdagangan kemarin, Senin (2/12/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun nilai tukar ruiah berakhir di zona negatif.

IHSG ditutup merana pada perdagangan Senin (2/12/2024) dan terkoreksi ke level psikologis 7.000. IHSG ditutup merosot 0,95% ke posisi 7.046,99.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 10,4 triliun dengan melibatkan 19,1 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 222 saham menguat, 370 saham melemah, dan 199 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar IHSG di perdagangan kemarin yakni mencapai 2,69%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa kembali menjadi penekan terbesar IHSG yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai 16,3 indeks poin, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 13,4 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 11,5 indeks poin, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 9,6 indeks poin.

Selain itu, ada pula emiten 'raja otomotif' yakni PT Astra International Tbk (ASII) yang juga membebani IHSG sebesar 7,1 indeks poin.

Sementara itu, rupiah ambruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (2/12/2024), seiring dengan munculnya sejumlah sentimen domestik yang membebani pasar keuangan.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini (2/12/2024) rupiah tertekan hingga melemah sebesar 0,35% ke Rp 15.895/US$. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi di rentang Rp15.915/US$ hingga Rp15.850/US$.

Bersamaan dengan pelemahan rupiah, Indeks Dolar AS (DXY) alami penguatan hingga 0,57% tepat pukul 15.00 ke posisi 106,34. Hal ini tentu menjadi tekanan bagi rupiah dan menjadi salah satu faktor ambruknya nilai tukar RI.

Penyebab IHSG ambles nyaris 1% dan dolar yang semakin mahal adalah data ekonomi terbaru yang cenderung mengecewakan, di mana data aktivitas manufaktur RI kembali mengalami kontraksi.

PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,2 pada Oktober 2024. Angka ini tidak berubah dibandingkan September.

Kontraksi lima bulan beruntun ini mempertegas fakta jika kondisi manufaktur RI kini sangat buruk.

Terakhir kali Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama empat bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 di mana aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.

Aktivitas manufaktur yang terkontraksi secara terus menerus akan menjadi sinyal bahaya terutama bagi serapan tenaga kerja yang bisa berakibat lonjakan angka pengangguran.

Saat pengangguran meningkat, daya beli masyarakat Indonesia akan semakin menurun. Tentunya hal ini tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang notabene berpangku pada belanja rumah tangga yang berkontribusi lebih dari 50% terhadap produk domestik bruto Indonesia.

Di lain sisi, Indonesia kembali mengalami inflasi pada November lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen (IHK) mengalami kenaikan inflasi pada bulan lalu sebesar 0,30% (month-to-month/mtm) dibandingkan Oktober 2024 yang sebesar 0,08% (mtm)

Sementara inflasi tahunannya tercatat 1,55% (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar 1,12% (year-to-date/YTD).

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau yang jadi penyumbang utama inflasi sepanjang November 2024.

"Delapan dari sepuluh komoditas penyumbang utama inflasi merupakan komoditas dari kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan 4 komoditas andil tertinggi bawang merah, tomat, daging ayam ras dan minyak goreng," kata Amalia dalam rilis BPS, Senin (3/12/2024).

Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mencetak rekor baru pada awal perdagangan Desember, melanjutkan kenaikan besar di bulan November. S&P 500 naik 0,24% dan ditutup pada 6.047,15.

Nasdaq Composite bertambah 0,97% dan berakhir di 19.403,95. Keduanya menyentuh rekor intraday tertinggi dan ditutup di level rekor. Namun, Dow Jones Industrial Average turun 0,29%, atau 128,65 poin, ditutup di 44.782,00, meskipun sempat melewati level 45.000 beberapa kali selama perdagangan.

Saham Tesla naik sekitar 3,5% setelah mendapatkan rekomendasi "beli" dari "netral" oleh Roth MKM. Lembaga ini mengaitkan peningkatan tersebut dengan hubungan dekat CEO Elon Musk dengan Presiden terpilih Donald Trump.

Sementara itu, produsen server kecerdasan buatan Super Micro Computer melonjak hampir 29% setelah sebuah komite khusus menyimpulkan bahwa tidak ada bukti pelanggaran, dan laporan keuangan perusahaan dinyatakan "akurat secara material." Saham Amazon juga naik lebih dari 1% di tengah dimulainya musim belanja liburan pada Cyber Monday.

Bulan November menjadi bulan terbaik di tahun 2024 untuk Dow dan S&P 500, dengan masing-masing naik 7,5% dan 5,7%. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh reli pascapemilu setelah Trump muncul sebagai pemenang pemilihan presiden. Kedua indeks mencetak rekor penutupan tertinggi pada sesi perdagangan singkat Jumat lalu.

Saham berkapitalisasi kecil juga menjadi pemenang di bulan November, karena investor memperkirakan kelompok ini akan diuntungkan dari pemotongan pajak yang mungkin dilakukan oleh Trump. Indeks Russell 2000 melonjak lebih dari 10% di bulan tersebut, mencatat kenaikan bulanan terbesar tahun ini.

Desember secara tradisional merupakan bulan yang baik untuk saham, tetapi Jay Hatfield, pendiri dan CEO InfraCap, memprediksi bahwa pasar akan bergerak dalam kisaran terbatas hingga akhir 2024.

"Saya pikir kita akan terus naik, tetapi tidak secara drastis," katanya kepada CNBC, mencatat estimasi akhir tahun untuk S&P 500 di 6.200. Ini kurang dari 3% di atas penutupan indeks pada Jumat lalu. "Saya pikir pasar sudah memperhitungkan sisi positif dari pemerintahan baru yang pro-bisnis, dan sekarang kita membutuhkan detail kebijakan, bukan hanya cuitan - tetapi detail kebijakan itu sendiri."

Pada hari Senin, data ekonomi yang baru dirilis menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS membaik pada bulan November, meskipun masih dalam kontraksi. Data ini dirilis sebelum laporan pekerjaan bulan November yang dijadwalkan keluar Jumat pagi.

Perdagangan hari ini pasar keuangan Indonesia, saham maupun nilai tukar rupiah, dipenuhi sentimen luar ngeri. Sentimen penggerak pasar keuangan Indonesia sebagai berikut:

Komentar Pejabat Teh Fed

Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, menyatakan dukungan untuk potensi pemotongan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan Fed bulan Desember, dengan inflasi masih diproyeksikan turun ke target 2%. Pernyataan ini meningkatkan ekspektasi pasar bahwa pemotongan suku bunga akan terjadi, dengan peluang hampir 75%.

Waller menekankan bahwa kebijakan tetap cukup ketat, dan pemotongan suku bunga tidak akan secara drastis mengubah pendekatan kebijakan moneter. Namun, keputusan akhir akan mempertimbangkan data terbaru terkait inflasi, lapangan kerja, dan pengeluaran konsumen sebelum pertemuan Fed.

"Kebijakan masih cukup restriktif sehingga pemotongan tambahan pada pertemuan berikutnya tidak akan secara drastis mengubah pendekatan kebijakan moneter dan memberi ruang yang cukup untuk memperlambat laju pemotongan suku bunga nantinya, jika diperlukan, untuk menjaga kemajuan menuju target inflasi kami," kata Waller dalam simposium bank sentral yang diselenggarakan oleh American Institute for Economic Research.

Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa hasil pertemuan tersebut belum pasti. Sementara itu, Presiden Fed New York, John Williams, dalam pernyataan tertulisnya, tidak membahas keputusan Desember tetapi memperkirakan bahwa pemotongan suku bunga tambahan akan diperlukan "seiring waktu."

Pernyataan dari pembuat kebijakan utama AS ini membuat investor pada perangkat Fedwatch meningkatkan ekspektasi untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed tanggal 17-18 Desember hingga 75% dan menekan imbal hasil obligasi Treasury dua tahun.

FedwatchFoto: FEDWatch
Fedwatch

Data Pembukaan Pekerjaan Amerika Serikat

Keesokan harinya pada Selasa (3/12/2024) akan ada data penting dari Paman Sam yakni data pembukaan pekerjaan.

Berdasarkan konsensus Trading economics, data pembukaan pekerjaan di Amerika Serikat akan meningkat menjadi 7,49 juta lowongan dari bulan sebelumnya 4,33 juta.

Pidato Jerome Powell

Jerome Powell akan berpidato pada Kamis (5/12/2024) pukul 1.45 WIB. Investor menantikan sinyal mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed setelah rilis notulen FOMC bulan lalu.

Dalam notulen dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November yang dirilis Rabu kemarin dini hari, pejabat The Fed menyampaikan bahwa inflasi sedang melambat dan pasar tenaga kerja tetap kuat, yang memungkinkan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut meskipun dilakukan secara bertahap.

Ringkasan pertemuan tersebut memuat beberapa pernyataan yang menunjukkan bahwa para pejabat merasa nyaman dengan laju inflasi, meskipun menurut sebagian besar ukuran, inflasi masih berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh Fed.

Dengan hal tersebut, dan dengan keyakinan bahwa situasi lapangan pekerjaan masih cukup solid, anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menunjukkan bahwa kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut akan dilakukan, meskipun mereka tidak menentukan kapan dan seberapa besar.

"Dalam membahas prospek kebijakan moneter, peserta memperkirakan bahwa jika data sesuai dengan harapan, dengan inflasi yang terus menurun secara berkelanjutan menuju 2% dan ekonomi tetap berada dekat dengan kondisi pekerjaan maksimum, maka kemungkinan besar akan tepat untuk bergerak secara bertahap menuju kebijakan yang lebih netral dari waktu ke waktu," kata notulen tersebut.

OPEC Berencana Perpanjang Pangkas Produksi

OPEC kemungkinan akan memperpanjang pemotongan produksi minyak hingga akhir kuartal pertama tahun 2024, menurut empat sumber dari kelompok tersebut kepada Reuters. Langkah ini bertujuan untuk memberikan dukungan tambahan pada pasar minyak seperti dilansir Reuters Senin (2/12/2024).

"Kemungkinan besar pengurangan ini akan diperpanjang hingga kuartal pertama," ujar salah satu sumber yang menolak disebutkan namanya.

Kelompok OPEC saat ini menahan 5,86 juta barel per hari, atau sekitar 5,7% dari permintaan global, melalui serangkaian langkah yang disepakati sejak 2022 untuk mendukung pasar.

Sebelumnya, kenaikan produksi sebesar 180.000 barel per hari dijadwalkan mulai Januari, setelah sempat ditunda dari Oktober karena penurunan harga. Namun, kenaikan tersebut kemungkinan akan tetap tertunda mengingat situasi pasar saat ini.

Perang Arab Makin Ngeri, Ketidakpastian Pasar Tetap Tinggi

Jet Rusia menyerang kota Idlib, Suriah, Minggu waktu setempat. Ini merupakan hari kedua, negara Presiden Vladimir Putin, terlibat serangan intensif di negeri Presiden Bashar al-Assad.

Dilaporkan CNBC International, kota di Suriah utara tersebut telah dikuasai pemberontak. Para pemberontak adalah koalisi kelompok bersenjata sekuler arus utama yang didukung Turki bersama dengan Hyat Tahrir al Sham, kelompok Islamis yang merupakan kekuatan militer oposisi yang paling tangguh.

Serangan itu juga diikuti tentara Suriah. Mereka mengatakan tentara menargetkan tempat persembunyian kelompok pemberontak dan membantah menyerang warga sipil.

Perang telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi. Perang telah berlangsung sejak 2011 tanpa akhir yang resmi.

Namun, sebagian besar pertempuran besar terhenti beberapa tahun belakangan. Ini setelah Iran dan Rusia membantu pemerintah Assad menguasai sebagian besar wilayah dan semua kota besa

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

1. Pembukaan Tenga Kerja JOLTs Amerika Serikat (pukul 10.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH


(ras/ras) Next Article Menanti Keputusan Suku Bunga BI, Pasar Rawan Terguncang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular