Newsletter

Badai Berlanjut! Ekonomi RI Mengecewakan, Pemilu AS Bikin Deg-Degan

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
06 November 2024 06:00
Ilustrasi Editorial, Rupiah Melemah
Foto: Ilustrasi Rupiah Melemah (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)

Sentimen pasar keuangan pada perdagangan hari ini, Rabu (6/11/2024) tidak akan terlalu banyak menanti data rilis.

Pelaku pasar sejauh ini banyak menanti hasil lebih pasti dari jajak pendapatan dua kandidat Presiden AS yang sangat ketat sampai efek pertumbuhan ekonomi RI yang melambat.

Meski begitu, ada harapan pasar keuangan masih bisa melanjutkan rebound tertular pergerakan bursa saham AS yang tetap menghijau semalam.

Berikut rincian sentimen yang akan mempengaruhi pasar hari ini :

Memantau Penghitungan Suara Pilpres Amerika

Pemilu Amerika sebagaimana diketahui sudah berlangsung pada kemarin Selasa (5/11/2024) yang kemudian berlanjut ke proses penghitungan suara setelah jajak pendapatan ditutup pukul 18.00 waktu bagian timur AS.

Mengutip Channel News Asia (CNA), sebagaimana diketahui sistem pemilihan di AS tidak melibatkan pemilih yang memilih pemimpin secara langsung. Suara yang diberikan oleh warga negara akan memilih 538 anggota kelompok yang dikenal sebagai Electoral College, kemudian mereka bertugas untuk memilih presiden dan wakil presiden.

Jika persaingan dua kandidat capres AS akan sangat ketat, bisa jadi untuk menerima hasilnya diperlukan waktu berhari-hari sebelum pemenang diumumkan.

Berkaca pada 2020 lalu, media di AS menyatakan bahwa kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, berhasil meraih kemenangan pada tanggal 7 November, meskipun pemungutan suara ditutup empat hari sebelumnya.

Perbaikan Data Ekonomi Amerika dan China

Sentimen berikutnya datang dari rilis data perbaikan ekonomi dari dua negara, yakni negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) dan Sang Naga Asia, Tiongkok. '

Dari Amerika, Institute for Supply Management (ISM) pada kemarin merilis indeks PMI selain manufaktur. Menariknya, aktivitas sektor jasa AS menunjukkan kenaikan mengejutkan pada Oktober ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.

ISM mengatakan indeks manajer pembelian non-manufaktur, ukuran sektor jasa, meningkat menjadi 56 pada bulan lalu, tertinggi sejak Agustus 2022, dari 54,9 bulan sebelumnya dan di atas 53,8 yang diharapkan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Sementara itu, kondisi manufaktur China juga nampak semakin membaik tercermin dari data PMI Manufaktur oleh NBS pada Oktober 2024 berhasil naik ke level ekspansif sebesar 50,1, setelah sebelumnya lima bulan beruntun terkontraksi.

Masih dari Tiongkok, pelaku pasar juga masih mencermati National People's Congress (NPC) untuk kejelasan langkah lanjutan terkait stimulus yang akan diberikan.

Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat di Kuartal III/2024

Beralih ke data dalam negeri, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III/2024 mengalami perlambat seiring melandainya konsumsi rumah tangga Indonesia.

Melemahnya ekonomi dan konsumsi rumah tangga ini menjadi permulaan yang kurang baik bagi Presiden Prabowo Subianto diawal masa pemerintahannya. Terlebih, konsumsi adalah mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2024 hanya tumbuh 4,95% secara tahunan (year-on-year/yoy). Catatan ini merupakan capaian pertumbuhan terendah dalam satu tahun terakhir.

 

Hal ini menjadi pertumbuhan ekonomi terendah yang terjadi dalam satu tahun terakhir, yakni pada kuartal III-2023 yang sebesar 4,94%. Sedangkan kuartal IV-2023 mampu sebesar 5,04%, kuartal I-2024 sebesar 5,11%, dan kuartal II-2024 sebesar 5,05%.

Jika dilihat berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh tak sampai 5% atau tepatnya 4,91% yoy. Padahal konsumsi menyumbang 53,08% terhadap total PDB Indonesia. Pertumbuhan konsumsi pada kuartal III juga di bawah data historisnya yakni 5%.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada Juli-September 2024 setara dengan kuartal I-2024 dan terburuk sejak kuartal IV-2023.

Menanggapi hal ini, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, penurunan konsumsi rumah tangga besar dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada dua kuartal sebelumnya ada Ramadan, Idul Fitri dan libur panjang akhir pekan.

"Menurun karena adanya efek musiman pada saat itu, terjadi puncak konsumsi Idul Fitri dan Idul Adha," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (5/11/2024).

Pelemahan ekonomi ini menjadi sinyal jika kondisi permintaan sedang tidak baik-baik saja. Hal ini bisa berdampak besar terhadap kinerja perusahaan terutama consumer goods.

Melambatnya konsumsi rumah tangga bukanlah hal yang cukup mengagetkan lantaran hal ini sudah cukup jelas terlihat dari beberapa indikator yang telah terjadi beberapa bulan terakhir, seperti aktivitas manufaktur yang mengalami kontraksi, deflasi lima bulan beruntun, hingga Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun.

Senior Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan. Konsumsi hanya tumbuh 4,91% (yoy) pada kuartal III-2024 dibandingkan dengan 4,93% pada kuartal kedua, mencerminkan pengeluaran rumah tangga yang tertekan meskipun kondisi makroekonomi stabil.

"Indeks Purchasing Managers' Index (PMI) yang kontraktif, deflasi yang terus berlanjut, dan indeks kepercayaan konsumen yang rendah menjadi bukti fenomena pembatasan ini," pangkas Fithra.

Aktivitas manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global menunjukkan bahwa telah terjadi kontraksi sejak Juli hingga Oktober 2024 atau empat bulan beruntun.

Halaman 4 >>

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular