NEWSLETTER

Siap-Siap! Dunia & RI Bakal Hadapi 120 Jam Penuh Gejolak

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
04 November 2024 06:00
Jerome Powell
Foto: Reuters

Perdagangan pasar keuangan pekan ini akan banyak dibanjiri sentimen, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.

Di sisi lain, melihat bursa Wall Street yang ditutup hijau pekan lalu, diharapkan bisa menular ke pasar keuangan RI ikut bangkit setelah bergerak loyo pekan lalu.

Berikut rincian sentimen yang akan mempengaruhi pasar keuangan pada pekan ini :

Menghitung Jam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS)

Tensi politik di negeri Paman Sam semakin memanas mendekati Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan dilaksanakan pada Selasa (5/11/2024) waktu AS.

Pekan ini akan menjadi penentu siapa yang akan menjadi pemimpin dari negeri adidaya tersebut dari dua kandidat yang akan dipilih.

Awalnya ada dua kandidat yang maju yakni mantan Presiden, Donald Trump dan Presiden saat ini, Joe Biden. Trump menjadi perwakilan Partai Republik, sementara Biden dari Partai Demokrat.

Namun, pada Juli lalu Biden memutuskan untuk mundur dan kemudian digantikan oleh Wakil Presiden AS, Kamala Harris.

Setelah kabar mundur-nya Biden, kedua kandidat tersebut mengumukan calon Wakil Presiden. Trump maju bersama JD Vance, sedangkan Kamala Harris maju bersama Tim Walz.

Seputar Data Ekonomi AS : Neraca Dagang - Pasar Tenaga Kerja

Berikutnya masih pada hari yang sama, AS juga akan merilis data neraca perdagangan beserta ekspor dan impornya untuk periode September 2024.

Sebelumnya, defisit perdagangan di AS menyempit menjadi US$70,4 miliar pada bulan Agustus 2024, terendah dalam lima bulan, dari US$78,9 miliar yang direvisi naik pada bulan Juli dan dibandingkan dengan perkiraan pasar sebesar US$70,6 miliar.

Ekspor meningkat 2% ke rekor tertinggi US$271,8 miliar, karena telekomunikasi, pesawat sipil, aksesori komputer, mesin industri lainnya, sediaan farmasi, emas nonmoneter dan mobil penumpang.

Selain itu, ekspor jasa meningkat, yaitu perjalanan dan barang dan jasa pemerintah. Sementara itu, impor turun 0,9% menjadi US$342,2 miliar, terseret oleh emas nonmoneter, bentuk logam jadi, minyak mentah dan mobil penumpang.

Di sisi lain, impor jasa meningkat, termasuk perjalanan dan biaya untuk penggunaan kekayaan intelektual.

Defisit menyempit dengan Tiongkok (menjadi US$27,9 miliar dari $30,1 miliar) dan Kanada (menjadi US$3,1 miliar dari US$8,1 miliar).

Kemudian, pada Kamis (7/11/2024), terdapat data klaim pengangguran awal dan berkerlanjutan.

Sebagai informasi juga, pada Jumat lalu, data pasar tenaga kerja AS tidak terduga mengalami pelemahan dari data penambahan pekerjaan di luar pertanian hanya sebesar 12.000 pada Oktober, ini sangat jauh di bawah perkiraan sebesar 100.000 pekerjaan.

Angka itu menjadi yang terlemah sejak Desember 2020, sementara untuk tingkat pengangguran masih sesuai ekspektasi di 4,1% pada Oktober, sama seperti bulan sebelumnya.

120 Jam Lagi Pengumuman Suku Bunga The Fed

Berikutnya pada akhir pekan, Jumat dini hari akan ada pengumuman suku bunga AS dari hasil Federal Meeting Federal Open Market Commitee yang berlangsung dua hari (6-7 November 2024).

Pasar memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal akan memangkas suku bunga lagi sebesar 0,25% pada tanggal 7 November, menurut perkiraan oleh CME FedWatch Tool kini peluang pemangkasan sudah mencapai nyaris 99%.

Ini akan menjadi pemangkasan kedua dalam siklus ini setelah pengurangan sebesar 0,5% pada tanggal 18 September dan akan membawa kisaran target untuk suku bunga dana federal antara 4,5% dan 4,75%.

Proyeksi pemangkasan suku bunga pada pertemuan the Fed 7 November 2024 menurut CME FedWatch ToolFoto: CME FedWatch Tool
Proyeksi pemangkasan suku bunga pada pertemuan the Fed 7 November 2024 menurut CME FedWatch Tool

Tekanan Indeks Dolar Masih Kuat

Masih dari negeri Paman Sam, kita juga patut mengantisipasi posisi indeks dolar AS (DXY) yang masih tinggi, seiring dengan pelaku pasar yang mengumpulkannya untuk aset safe haven di tengah ketidakpastian pemilu dan suku bunga.

Pantauan CNBC Indonesia pada akhir pekan lalu, Jumat (1/11/2024) DXY kembali naik 0,41% ke posisi 104,31 yang menandai posisi tertinggi sejak 1 Agustus atau sekitar dua bulan lalu.

Posisi indeks dolar yang cukup tinggi perlu diantisipasi lantaran akan menjadi penekan bagi mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Pergerakan indeks dolar AS (DXY) dari laman TradingviewFoto: Tradingview
Pergerakan indeks dolar AS (DXY) dari laman Tradingview

 

Seputar Data China : Cadangan Devisa - Neraca Dagang

Pada Kamis (7/11/2024), dari sang Naga Asia juga akan merilis beberapa data, salah satunya terdapat cadangan devisa China untuk periode Oktober 2024. Sebelumnya, cadangan devisa China naik sebesar US$28,1 miliar menjadi US$3,316 triliun pada September 2024, sedikit di atas ekspektasi pasar sebesar US$3,3 triliun.

Ini merupakan bulan ketiga berturut-turut ekspansi ke level tertinggi sejak Desember 2015, mengonsolidasikan posisi PBoC sebagai pemilik cadangan devisa terbanyak di antara otoritas moneter lainnya.

Sementara itu, cadangan emas naik menjadi setara dengan US$191,5 miliar dari setara dengan US$183 miliar pada bulan sebelumnya, sejalan dengan lonjakan harga emas di tengah momentum pelonggaran kebijakan moneter oleh bank-bank sentral utama di seluruh dunia.

Dan pada akhir pekan Jumat (8/11/2024), terdapat data neraca dagang China beserta ekspor dan impor periode Oktober 2024.

Sebelumnya, surplus perdagangan China melebar menjadi US$ 81,71 miliar pada September 2024 dari US$ 75,5 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar US$ 89,8 miliar.

Penjualan naik 2,4% (yoy), di bawah perkiraan 6% untuk menandai laju terlemah dalam lima bulan dan melambat dari kenaikan 8,7% pada bulan Agustus.

Sementara itu, impor naik 0,3%, melambat dari pertumbuhan 0,5% pada bulan Agustus, dan gagal mencapai konsensus 0,9%, karena permintaan domestik yang rapuh.

Surplus perdagangan dengan AS menyempit menjadi US$ 33,33 miliar pada bulan September dari US$ 33,81 miliar pada bulan Agustus.

Untuk sembilan bulan pertama 2024, surplus perdagangan berada pada US$ 689,5 miliar, dengan ekspor meningkat 4,3% menjadi US$ 2,62 triliun sementara impor meningkat pada 2,2% yang lebih lemah menjadi US$ 1,93 triliun. Selama periode tersebut, surplus perdagangan dengan AS mencapai US$ 257,87 miliar.

Menanti Rilis Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III/2024

Beralih ke domestik, pada Selasa pekan ini (5/11/2024) akan ada rilis pertumbuhan ekonomi untuk periode kuartal III/2024 oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melandai pada kuartal III-2024 sejalan dengan melemahnya daya beli dan konsumsi masyarakat serta absennya Hari Besar Keagamaan.

Secara historis, pertumbuhan kuartal III biasanya memang lebih rendah dibandingkan kuartal II karena masyarakat mulai mengerem belanja. Terlebih tidak ada perayaan keagamaan atau event besar selama Juli-September 2024. Dua lebaran yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sudah berlangsung pada periode April-Juni tahun ini.
Sementara itu, pemilihan umum sudah digelar pada kuartal I-2024.

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 (year on year/yoy) dan 3,79% (quartal to quartal/qtq) pada kuartal II-2024. Sementara itu, ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% (yoy) dan 1,60% (qtq) pada kuartal III-2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang meyakini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 masih akan tumbuh 5,06%.

Kemudian, pada Kamis (7/11/2024), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan cadangan devisa Indonesia periode Oktober 2024.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 tetap tinggi sebesar US$ 149,9 miliar. Posisi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar US$ 150,2 miliar.

Perkembangan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal. Prospek ekspor yang tetap positif, neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.

Berlanjut pada akhir pekan Jumat (8/11/2024), akan terdapat data Kepercayaan Konsumen Indonesia, penjualan sepeda motor dan penjualan mobil periode Oktober 2024.

Halaman 4 >>

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular