
Bukti Baru! Kiamat Batu Bara di China Semakin Nyata

Jakarta,CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia melemah pada perdagangan kemarin karena rencana China Three Gorges Renewables Group Co. berencana membangun pusat pembangkit listrik EBT dengan investasi hingga US$10 miliar atau Rp157.27 triliun (kurs=Rp15.726,8/US$).
Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Rabu (30/10/2024) harga batu bara acuan Newcastle tercatat US$145,5 per ton, turun 0,34% dari posisi sebelumnya.
China Three Gorges Renewables Group Co. berencana membangun pusat pembangkit listrik besar yang memadukan energi angin, matahari, batu bara, dan baterai di Gurun Taklamakan, menurut pengajuan perusahaan tersebut pada Rabu.
Proyek tersebut akan mencakup panel surya dengan kapasitas 8,5 gigawatt, turbin angin berkapasitas 4 gigawatt, enam pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas 660 megawatt, dan penyimpanan baterai sebesar 5 gigawatt-jam, menurut pengajuan tersebut.
Proyek ini merupakan bagian dari rencana untuk memanfaatkan lahan gurun yang tidak terpakai di China guna menghasilkan listrik bersih dan menyalurkannya melalui jalur transportasi jarak jauh ke kota-kota padat penduduk.
Perusahaan tersebut juga mengumumkan rencana untuk menginvestasikan hingga 4,7 miliar yuan atau Rp10.38 triliun(kurs=Rp2.208,48/yuan) pada proyek angin lepas pantai dengan kapasitas 400 megawatt di lepas pantai provinsi Fujian.
Pada Agustus, sumber listrik tenaga air di China meningkat 10,7% pada Agustus dibandingkan bulan yang sama tahun 2023, mencapai 163,5 miliar kWh, meskipun laju pertumbuhan melambat dari lonjakan 36,2% pada bulan Juli.
Kontribusi energi terbarukan juga terus meningkat, dengan produksi tenaga surya melonjak 21,7% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara tenaga angin naik 6,6%. Pembangkit listrik tenaga nuklir naik 4,9% pada Agustus.
Batu bara, yang masih menjadi bahan bakar utama negara tersebut, sering kali dimasukkan dalam proyek ini untuk menyeimbangkan ketidakpastian pembangkit listrik tenaga angin dan matahari. Proyek ini, yang berlokasi di Xinjiang selatan, akan menghasilkan sekitar 36 miliar kilowatt-jam per tahun - lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik Irlandia - dan akan disalurkan ke Sichuan dan Chongqing.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)