
Investor siapkan Jantung Anda! Ada Kabar Genting dari China-Jepang-AS

- Big caps perbankan sudah merilis kinerja kuartal ketiga 2024
- Mata tertuju ke rilis PMI Manufaktur China dan pengumuman suku bunga Jepang
- Ekonomi Amerika Serikat mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal ketiga 2024
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin di tengah rilis data lowongan tenaga kerja di Amerika Serikat yang mendukung wacana pemangkasan suku bunga.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada akhir perdagangan Rabu (30/10/2024), di mana sudah enam hari beruntun IHSG merana.
IHSG ditutup terkoreksi 0,48% ke posisi 7.569,85. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 7.500 pada akhir perdagangan.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp11,2 triliun dengan melibatkan 18 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 234 saham menguat, 354 saham melemah, dan 191 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor konsumer primer dan teknologi menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing mencapai 1,21% dan 1,14%.
Sementara itu, rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis data ketenagakerjaan AS dan Eropa yang memberikan harapan bagi pasar.
Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup bergairah ke posisi Rp15.690/US$ dengan penguatan sebesar 0,41% pada penutupan perdagangan Rabu (30/10/2024). Selama satu hari penuh, fluktuasi rupiah pada kisaran Rp15.740/US$ hingga Rp15.690/US$.
Dari Amerika Serikat (AS), ada kabar di mana Lowongan pekerjaan di AS turun ke level terendah dalam lebih dari 3,5 tahun pada September lalu, yang menunjukkan bahwa Badai Helene dan Milton sementara waktu memengaruhi permintaan tenaga kerja.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa kemarin disertai oleh survei dari Conference Board yang menunjukkan persepsi konsumen tentang pasar pekerjaan meningkat signifikan pada bulan Oktober, mendorong kepercayaan konsumen ke level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.
Lowongan pekerjaan, sebagai ukuran permintaan tenaga kerja, turun 418.000 menjadi 7,443 juta pada akhir September, level terendah sejak Januari 2021, menurut laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Sementara itu, data Agustus direvisi turun menjadi 7,861 juta dari laporan sebelumnya yang menyebut 8,040 juta. Ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan jumlah lowongan pekerjaan akan mencapai 8,00 juta. Terdapat 1,09 pekerjaan untuk setiap orang yang menganggur, hampir tidak berubah dari 1,10 di Agustus.
Sentimen positif juga datang dari Eropa. Data pertumbuhan ekonomi zona Euro yang akan dirilis pada hari ini diharapkan mencatat kenaikan menjadi 0,8% year-on-year (yoy) untuk kuartal III-2024, meningkat dari 0,6% yoy di kuartal sebelumnya.
Proyeksi stabil untuk PDB AS di level 3% pada kuartal III juga turut memberikan sinyal optimisme bagi investor. Dengan berbagai sentimen ini, rupiah berhasil mencatatkan penguatan yang signifikan di penutupan sore, seiring meningkatnya minat investor terhadap aset-aset berisiko di tengah harapan stabilitas ekonomi di kedua kawasan.
Pasar saham melemah pada perdagangan Rabu (30/10/2024) ketika para investor mencerna banyaknya laporan pendapatan dan menantikan hasil dari perusahaan teknologi besar.
S&P 500 turun 0,33% menjadi 5.813,67. Dow Jones Industrial Average kehilangan 91,51 poin, atau 0,22%, ditutup pada 42.141,54. Indeks Nasdaq Composite, yang didominasi oleh saham teknologi, turun 0,56% setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi baru. Indeks ini ditutup pada 18.607,93.
Alphabet memulai minggu yang penting untuk pendapatan perusahaan teknologi besar. Induk perusahaan Google tersebut melampaui ekspektasi analis, karena perusahaan mencatat pertumbuhan pendapatan kuartalan yang kuat dari bisnis cloud-nya. Sahamnya naik hampir 3%.
Di tempat lain, hasil pendapatan tidak begitu menggembirakan. Saham pembuat chip AMD turun lebih dari 10% karena proyeksi pendapatan kuartal keempatnya gagal mengesankan para investor. Sektor semikonduktor yang lebih luas juga melemah ketika saham Super Micro Computer anjlok hampir 33% setelah keluarnya auditor perusahaan menimbulkan kekhawatiran tentang laporan keuangan perusahaan.
Raksasa teknologi lainnya, Meta Platforms dan Microsoft, dijadwalkan melaporkan pendapatan pada hari Rabu, sementara Apple dan Amazon akan melaporkan pada hari Kamis.
"Sepertinya hasil dari sektor teknologi masih memberikan dorongan kepada investor yang kelebihan berat pada sektor ini," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.
Dari sisi ekonomi, data terbaru menunjukkan gambaran yang beragam.
Ekonomi AS tumbuh pada tingkat yang lebih lambat dari perkiraan pada kuartal ketiga, menurut data produk domestik bruto (PDB). PDB naik pada tingkat tahunan sebesar 2,8%, sementara para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones mengharapkan kenaikan sebesar 3,1%.
Namun, data penggajian pada hari Rabu menunjukkan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan. Menurut laporan ADP terbaru untuk Oktober, penciptaan lapangan kerja swasta melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari setahun.
Rata-rata indeks utama telah mencapai rekor tertinggi baru dalam beberapa minggu terakhir, tetapi ketidakpastian yang meningkat menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November dapat memperlambat kenaikan pasar. Matt Stucky, kepala manajer portofolio di Northwestern Mutual, berpikir bahwa reaksi pasar kali ini akan lebih tenang dibandingkan dengan tahun 2016.
"Segalanya masih tidak pasti, tetapi saya tidak berpikir ini akan mengulang volatilitas yang kita lihat pada 2016," kata Stucky. "Sebaliknya, saat ini kita melihat hasil yang cenderung mengarah ke satu sisi, tetapi masih ada kemungkinan besar bahwa salah satu dari kedua kandidat bisa menang. Dengan begitu, posisi investor tidak sepenuhnya berlawanan menjelang malam pemilihan."
Pasar keuangan Indonesia akan digerakkan oleh sentimen yang berada di dalam maupun luar negeri. Pengumuman kinerja perusahaan Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bank Mandiri (Persero) bisa jadi motor IHSG hari ini, sebab memiliki bobot besar.
Sementara dari luar negeri, data tenaga kerja di AS akan dicermati sebagai landasan proyeksi kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed.
Empat Emiten Big Caps Bank Rilis Laporan Keuangan
Bank Rakyat Indonesia (Persero) mencatatkan perolehan pendapatan bunga sebesar Rp148,79 triliun, tumbuh 12,8% yoy. Meskipun tumbuh signifikan, beban bunga menekan top line BRI sehingga pertumbuhan bunga bersih tercatat 4,5% yoy menjadi Rp105,76 triliun. Adapun beban bunga BRI tumbuh hingga 40,2% yoy menjadi Rp43,04 triliun.
Margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) BRI tercatat 7,70% per September 2024, turun tipis sebesar 0,4% basis poin dari periode yang sama 2023.
Pengelolaan beban umum yang efisien mampu membawa BRI meraup keuntungan sebelum biaya provisi atau PPOP senilai Rp87,52 triliun. Jumlah tersebut bertumbuh sebesar 10,5% yoy.
Meski demikian, BRI terkesan cukup "defensif" menghadapi gejolak tahun ini dengan meningkatkan beban provisi atau pencadangan pinjaman yang signifikan sepanjang sembilan bulan pertama 2024. Jumlah beban tersebut senilai Rp33,59 triliun, melonjak 54,1% yoy.
Laba kepada para pemilik induk senilai Rp45,06 triliun pada periode Januari hingga September 2024 atau naik tipis 2,4% dari perolehan pada periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Tingkat pengembalian laba per ekuitas (ROE) sebesar 19,21% atau tumbug 0,7% basis poin dari September 2023.
Dari sisi kualitas aset, tingkat kredit amcet atau non performing loan (NPL) BRI tercatat 2,9% per September 2024, turun sebesar 0,2% basis poin secara yoy.
Sementara BRI mampu menyalurkan pinjaman senilai Rp1,35 triliun atau bertumbuh 8,2% yoy. Adapun penyaluran kredit kepada segmen medium dan korporasi naik signifikan masing-masing 24,6% yoy dan 16,9% yoy.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengantongi laba bersih Rp42 triliun pada kuartal III-2024, tumbuh 7,56% secara tahunan (yoy). Pencapaian tersebut juga ditopang oleh perluasan ekosistem berbasis digital dan optimalisasi bisnis pada perbaikan kualitas aset yang berkelanjutan.
Adapun pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh penyaluran kredit sebesar Rp1.590 triliun, naik 20,8% yoy.
Capaian tersebut diikuti dengan kualitas aset yang terjaga dan semakin membaik, tercermin secara bank-only rasio kredit bermasalah atau rasio NPL Bank Mandiri sebesar 0,97% atau menurun 39 basis poin (bps) secara tahunan.
Sebelumnya, Bank swasta terbesar RI PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp41,1 triliun, tumbuh 12,8% secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp36,4 triliun.
Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI membukukan laba Rp16,3 triliun hingga September 2024, naik 3,52% secara tahunan (yoy).
Laba BNI ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 9,48% yoy menjadi Rp 735,02 triliun. Hal ini pun mendongkrak kredit bank yang naik 5,82% yoy menjadi Rp1.068,08 triliun.
Pantau Inflasi dan PMI Manufaktur RI
Pasar juga menanti rilis inflasi dan aktiitas manufaktur Indonesia pada Jumat (1/11/2024). S&P Global akan merilis PMI Manufacturing untuk Indonesia. Hal ini menjadi penting karena kita dapat melihat kondisi aktivitas manufaktur di Indonesia apakah sudah membaik atau tidak.
Sebelumnya pada September 2024, PMI Manufaktur Indonesia berada di angka 49,2. Hal ini menandai penurunan aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut, dengan output dan pesanan baru sama-sama menurun untuk bulan ketiga berturut-turut.
Selain itu, pesanan luar negeri menyusut dengan laju tertinggi sejak November 2022, turun untuk bulan ketujuh. Perusahaan merespons dengan mengurangi aktivitas pembelian, lebih memilih untuk memanfaatkan inventaris yang ada. Di sisi lain, lapangan kerja tumbuh untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.
Sementara itu, penundaan waktu pengiriman tetap ada akibat masalah pengiriman, tercatat dengan perpanjangan waktu tunggu rata-rata untuk ketiga kalinya berturut-turut. Dari sisi biaya, harga input meningkat, tetapi laju inflasi adalah yang terendah dalam setahun.
Menanggapi kondisi pasar yang lebih sepi, perusahaan sedikit mengurangi harga output untuk pertama kalinya sejak Juni 2023. Akhirnya, kepercayaan diri meningkat ke puncak tujuh bulan, didorong oleh harapan akan stabilitas kegiatan di tahun mendatang.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Oktober 2024.
IHK Indonesia pada September 2024 tampak tumbuh 1,84% yoy. Tingkat inflasi ini merupakan yang terendah sejak November 2021 dan tetap berada dalam rentang target bank sentral sebesar 1,5% hingga 3,5% untuk periode 2024. Harga makanan naik paling sedikit dalam 14 bulan (2,57% vs. 3,39% di Agustus), karena pasokan beras tetap melimpah setelah penundaan musim panen yang biasanya terjadi pada bulan Maret menjadi Mei.
Selanjutnya, tingkat inflasi inti mencapai 2,09%, tertinggi dalam 13 bulan, naik dari 2,02% di Agustus. Secara bulanan, CPI turun sebesar 0,12%, memperpanjang tren penurunan selama lima bulan berturut-turut.
Ekonomi China Jadi Sorotan, Keputusan BoJ Dinantikan
China akan merilis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufacturing untuk periode Oktober 2024 pada Kamis (31/10/2024). Proyeksinya PMI Manufaktur China akan meningkat dari 49,8 menjadi 50,1 atau dari level kontraksi menjadi ekspansif.
Jika aktivitas manufaktur China benar-benar pulih, hal ini akan memberikan sentimen positif bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang utamanya karena akan kembali menggenjot ekspornya.
Selain itu, Bank of Japan (BoJ) juga akan merilis data suku bunga acuannya untuk periode Oktober. Saat ini konsensus menilai bahwa BoJ masih akan kembali menahan suku bunga acuan jangka pendek di sekitar 0,25%.
Hal penting lainnya dari BoJ yakni pada saat yang bersamaan akan dirilis laporan prospek kuartalan BoJ yang akan memberikan penilaian terhadap ekonomi Jepang.
Pertumbuhan Ekonomi AS Melambat
Ekonomi AS tumbuh sebesar 2,8% secara tahunan pada kuartal ketiga 2024, lebih rendah dari 3% pada kuartal kedua dan juga di bawah perkiraan sebesar 3%, menurut perkiraan awal dari Biro Analisis Ekonomi (BEA).
Pengeluaran pribadi meningkat pada laju tercepat sejak kuartal pertama 2023 (3,7% vs 2,8% di kuartal kedua), didorong oleh lonjakan konsumsi barang sebesar 6% (6% vs 3%) dan pengeluaran yang kuat untuk jasa (2,6% vs 2,7%), terutama obat resep, kendaraan bermotor dan suku cadang, layanan rawat jalan, serta layanan makanan dan akomodasi.
Konsumsi pemerintah juga meningkat lebih tinggi (5% vs 3,1%), dipimpin oleh belanja pertahanan. Selain itu, kontribusi dari perdagangan bersih menjadi lebih sedikit negatif (-0,56 poin persen vs -0,9 poin persen), dengan ekspor (8,9% vs 1%) dan impor (11,2% vs 7,6%) sama-sama melonjak, terutama pada barang modal, tidak termasuk otomotif.
Di sisi lain, persediaan swasta mengurangi pertumbuhan sebesar 0,17 poin persen, setelah menambah 1,05 poin persen pada kuartal kedua. Selain itu, investasi tetap melambat (1,3% vs 2,3%), terutama karena penurunan pada bangunan (-4% vs 0,2%) dan investasi perumahan (-5,1% vs -2,8%). Namun, investasi pada peralatan meningkat pesat (11,1% vs 9,8%).
Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:
- PMI Manufaktur China periode Oktober (8.30 WIB)
- Suku Bunga BoJ (10.00 WIB)
- Core PCE Price Index AS (19.30 WIB)
- Personal Spending AS (19.30 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- RUPSLB: ABDA, BAPI, INPP, KLAS, NCKL, NINE, TNCA
- Dividen: DVLA
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras) Next Article IHSG Sudah Bangkit Saatnya Rupiah Menguat