Newsletter

Kabar Baik dari BRI, Sanggup Terbangkan IHSG?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 30/10/2024 05:59 WIB
Foto: Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Laba BRI Tumbuh 2,4% yoy sementara kualitas kredit masih terjaga baik
  • Data lowongan pekerjaan turun dalam membuat NASDAQ catatkan rekor tertinggi
  • Harga emas dunia kembala berada di posisi tertinggi sepanjang masa

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak melemah meskipun sentimen konflik di Timur Tengah mereda. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meneruskan catatan kinerja negatif menjadi lima sesi perdagangan beruntun ditutup di zona pelemahan. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi terendah sejak Agustus 2024.

Pada penutupan perdagangan Selasa (29/10/2024), IHSG koreksi 0,37% ke posisi 7.606,60. Secara intraday, IHSG sempat jatuh ke posisi terdalam ke titik 7.587,21.

Adapun volume perdagangan tercatat lebih dari 28,68 miliar lembar saham dengan frekuensi transaksi melampaui 1,28 juta kali. Nilai total transaksi mencapai Rp 10,75 triliun. Sebanyak 249 saham mencatatkan penguatan, sementara 305 saham melemah, dan 232 saham stagnan.

Enam sektor masih mengakhiri perdagangan di zona merah, dengan sektor energi alami tekanan paling dalam sebesar 1,49%, disusul oleh sektor keuangan yang minus 1,04%, dan sektor konsumer non siklikal melemah 0,35%. Selain itu, sektor kesehatan tertekan hingga 0,14%, sektor konsumer siklikal turun 0,11%, serta utilitas yang turun 0,01%.

Bersamaan dengan IHSG, rupiah kembali terdepresiasi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian rilis data tenaga kerja AS serta ketidakpastian arah kebijakan politik Jepang yang berpotensi menghambat kebijakan suku bunga.

Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup melemah sebesar 0,22% ke posisi Rp15.755/US$ pada penutupan perdagangan Selasa (29/10/2024). Selama satu hari penuh, fluktuasi rupiah pada kisaran Rp15.720/US$ hingga Rp15.777/US$.

Pelemahan ini merupakan yang terdalam pasca terakhir kali terjadi pada 13 Agustus 2024 di titik Rp15.830/US$.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto mengatakan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah ini juga dialami oleh sebagian besar mata uang Asia lainnya. Dia mengatakan tekanan ini disebabkan oleh sentimen kondisi global yang kurang kondusif.

"Saya lihat perkembangan nilai tukar mata uang Asia hari ini banyak yang mengalami pelemahan terhadap US Dollar, faktor pendorongnya bersumber dari sentimen global yang kurang kondusif," kata Edi ketika dihubungi, Selasa, (29/10/2024).

Edi menjelaskan kondisi global yang dia maksud adalah perkembangan rilis data fundamental Amerika Serikat yang di atas ekspektasi pasar. Dia mengatakan rilis data ini mendorong penurunan ekspektasi terhadap pemotongan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif.

"Ditambah pernyataan-pernyataan pejabat The Fed yang cenderung less dovish," kata dia.

Edi mengatakan tekanan ini juga disebabkan oleh serangan balik dari Israel ke Iran. Dia mengatakan kondisi geopolitik itu mendorong penguatan indeks Dollar AS (DXY). Terakhir, dia mengatakan tekanan ini juga disebabkan oleh pelambatan data fundamental China dan Eropa.


(ras/ras)
Pages