Banjir Kabar Penting dari Eropa-China, Investor Akan Happy Weekend?
- Banyak kabar genting dari luar negeri yang akan menjadi penggerak pasar keuangan hari ini
- Bank Sentral Eropa memangkas suku bunganya untuk ketiga kali dalam setahun
- Ekonomi China diperkirakan tumbuh melambat
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menguat pada perdagangan kemarin (18/10/2024). Pasar saham dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di zona hijau.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cerah bergairah hingga berhasil melesat lebih dari 1% pada perdagangan Kamis (17/10/2024), di mana pasar kembali memantau sentimen dari global
Hingga akhir perdagangan, IHSG berhasil melesat 1,13% ke posisi 7.735,04. IHSG pun berhasil menyentuh level psikologis 7.700 pada perdagangan.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 11,7 triliun dengan melibatkan 27,2 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 343 saham terapresiasi, 230 saham terdepresiasi, dan 224 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor bahan baku, energi, dan keuangan menjadi penopang terbesar IHSG, masing-masing mencapai 2,75%, 1,31%, 1,12%.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan performa positif di tengah ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Data Refinitiv menunjukkan, mata uang Garuda berhasil menguat 0,1% sepanjang hari dan ditutup pada level Rp15.490/US$ pada Kamis (17/10/2024).
IHSG dan Mata Uang Garuda bergairah di tengah sikap pasar yang menanti pengumuman data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) dan kondisi ekonomi dari China.
AS akan merilis angka klaim pengangguran baik initial maupun continuing. Angka ini nantinya akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memutuskan suku bunga acuannya ke depan dengan sudut pandang data ketenagakerjaan.
Jika semakin banyak orang yang melakukan klaim pengangguran, maka probabilitas The Fed untuk membabat suku bunganya akan semakin besar.
Sebagai informasi, dalam dokumen Summary Economic Projections (SEP), masih ada peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya dengan total 50 basis poin (bps) hingga Desember 2024 nanti.
Kemudian, para pelaku pasar juga akan mencermati China akan merilis pertumbuhannya untuk kuartal III-2024 pada Jumat besok.
Produk domestik bruto (PDB) diperkirakan naik 4,5% pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya, melambat dari 4,7% pada kuartal kedua dan mencapai yang terlemah sejak kuartal pertama 2023, menurut jajak pendapat yang dilakukan antara 27 September dan 15 Oktober.
Sebelumnya pada kuartal II-2024 tercatat bahwa ekonominya tumbuh 4,7% year on year/yoy. Ini adalah peningkatan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah penurunan sektor properti yang berkepanjangan, permintaan domestik yang lemah, melemahnya yuan, dan ketegangan perdagangan dengan Barat.
(ras/ras)