Newsletter

Pekan Ini Semua Mata Tertuju ke Prabowo-Gibran

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
14 October 2024 06:00
Penjual menata pigura foto Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di kawasan Pasar Baru, Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Foto: Penjual menata pigura foto Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di kawasan Pasar Baru, Jakarta, Kamis (25/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
  • Banyak agenda penting pada pekan ini yang dapat membuat pasar keuangan fluktuatif
  • Bank Indonesia akan mengumumkan kebijakan suku bunga pekan ini
  • Presiden-Wakil Presiden RI 2024-2029 terpilih akan dilantik pada 20 Oktober 2024 

Jakarta, CNBC Indonesia - Volatilias pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan berlanjut pekan ini. Terutama karena sentimen penting yang ada di dalam negeri.

Mata investor akan tertuju kepada dua sentimen utama penggerak pasar. Pertama adalah rilis kebijakan suku bunga.

Satu lagi yang lebih penting adalah jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Indonesia periode 2024-2029 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. akan banyak perkiraan nama menteri di era baru sehingga akan menimbulkan volatilitas pasar.

Pasar saham dan nilai tukar rupiah menghadapi pekan yang penuh dinamika sepanjang pekan kemarin.

Hingga akhir perdagangan Jumat (11/10/2024), IHSG menguat 0,54% ke posisi 7.520,6. IHSG pun kembali ke level psikologis 7.500, setelah kemarin terkoreksi ke level psikologis 7.400, tepatnya di 7.480-an.

Di sisi lain, rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) bergerak sangat volatil, tetapi berhasil mengakhiri posisi di zona hijau dan bertahan di level Rp15.500/US$.

Melansir Refinitiv, mata uang Garuda pada Jumat akhir pekan ini (11/10/2024) terpantau menguat 0,54% ke posisi Rp15.575/US$.

Apreasiasi rupiah dalam sehari kemarin akhirnya membawa rupiah kembali ke level Rp15.500/US$ setelah empat hari sebelumnya bertahan di atas Rp15.600/US$.

Meski begitu, pergerakan rupiah dalam mingguan masih melemah 0,61%. Ini melanjutkan tren pelemahan rupiah sejak pekan pertama Oktober sebesar 2,38%.

Fluktuasi di pasar keuangan Indonesia dimotori oleh perkembangan terbaru konflik geopolitik Timur Tengah hingga rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode September 2024.

Dari AS, tingkat inflasi tahunan yang dapat diukur dari indeks harga konsumen (IHK) periode September 2024 melambat menjadi 2,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), terendah sejak Februari 2021. Namun, angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebesar 2,3% (yoy).

Secara bulanan (month-to-month/mtm), tampak IHK naik 0,2%, sama seperti pada Agustus lalu dan di atas perkiraan sebesar 0,1%.

Tingkat IHK inti tahunan secara tak terduga meningkat menjadi 3,3%, dibandingkan dengan 3,2% pada dua bulan sebelumnya, sementara para investor memperkirakan angka tersebut akan tetap di 3,2%. Tingkat inflasi inti bulanan tetap di 0,3%, sama seperti pada Agustus tetapi di atas perkiraan sebesar 0,2%.

Secara keseluruhan, ekonomi AS pasca-Covid 19 terus menjadi perhatian banyak negara industri. Namun, masih ada tanda-tanda bahwa pertumbuhan mulai melambat.

Sementara itu dari Timur Tengah, situasinya makin mencekam di tengah kemungkinan pecahnya perang antara Israel dan Iran. Meski demikian, perkembangan terbaru muncul, yang menyeret Arab Saudi di dalamnya.

Pangeran Arab, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salam (MBS) dilaporkan "turun gunung" mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi. Ini terjadi di Riyadh, Rabu waktu setempat, sebagaimana dilaporkan media pemerintah Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA).

Mengutip Reuters, Kamis kemarin, kedua sosok tersebut bertemu untuk membicarakan permasalahan kawasan. Arab Saudi sendiri memang telah melakukan pendekatan ke Iran selama beberapa tahun terakhir, untuk meredam meningkatnya tensi walau tetap sulit.

Iran melancarkan serangan rudal ke Israel sebagai balasan atas eskalasi Negeri Yahudi itu terhadap Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon, dalam konflik yang terjadi bersamaan dengan perang Gaza.

Awal pekan ini, Teheran memperingatkan negara-negara Teluk Arab agar tidak mengizinkan penggunaan wilayah udara atau pangkalan militer mereka untuk membantu Israel atau sekutunya membendung Iran.

S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average mencapai level tertinggi baru pada hari Jumat, mengakhiri minggu dengan keuntungan karena raksasa perbankan membuka awal yang menjanjikan untuk musim laporan pendapatan kuartal ketiga.

Indeks S&P 500 naik 0,61% dan berakhir di 5.815,03, sementara Dow melonjak 409,74 poin atau 0,97%, ditutup di 42.863,86. Keduanya mencapai rekor tertinggi baru. Indeks Nasdaq Composite menambahkan 0,33% dan ditutup di 18.342,94, hanya kurang dari 2% di bawah rekor tertingginya.

"Apa yang kita lihat - dan saya pikir ini sangat terlihat hari ini, dalam cara yang positif - adalah pasar yang semakin luas," kata Craig Sterling, kepala penelitian ekuitas AS di Amundi US.

Indeks utama juga mencatat kenaikan selama lima minggu berturut-turut. S&P 500 dan Nasdaq melonjak masing-masing 1,1%, sedangkan Dow mencatatkan kenaikan 1,2%.

Awal yang kuat untuk musim laporan pendapatan kuartal ketiga mendorong saham-saham naik. JPMorgan Chase naik 4,4% setelah melampaui ekspektasi laba dan pendapatan, sementara Wells Fargo melonjak 5,6% dengan laba yang lebih baik dari perkiraan, meskipun pendapatan menurun dan penurunan 11% dalam pendapatan bunga bersih.

"Pendapatan bunga bersih dulu menjadi indikator utama apakah sebuah bank berkinerja baik atau tidak," kata Kim Forrest, kepala investasi di Bokeh Capital Partners. "Investor sekarang memahami bahwa mereka dapat menghasilkan uang di masa baik maupun buruk."

Wall Street sering melihat sektor perbankan sebagai barometer kesehatan ekonomi, yang menetapkan nada untuk sisa musim pendapatan. Namun, Forrest mencatat bahwa sektor ini kurang memiliki pandangan ke depan yang sering mempengaruhi pergerakan saham setelah laporan pendapatan.

Saham juga mendapat manfaat dari data yang meredakan kekhawatiran bahwa inflasi tidak melambat cukup cepat. Ini termasuk indeks harga produsen bulan September yang lebih rendah dari perkiraan, setelah indeks harga konsumen meningkat sedikit lebih dari yang diharapkan.

Temuan ini menunjukkan bahwa Federal Reserve mungkin mencapai skenario "soft landing" dan mencapai target inflasi 2%, yang menurut ekonom Goldman Sachs, mungkin sudah ditunjukkan oleh data inflasi September yang akan datang.

"Secara keseluruhan, angka-angka ini menjadi kurang berdampak karena inflasi moderat," kata David Russell, kepala strategi pasar global di TradeStation. "The Fed masih bisa berada di jalur untuk kenaikan 25 basis poin dalam dua pertemuan berikutnya."

Perdagangan berjangka Fed funds menunjukkan kemungkinan hampir 90% bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga seperempat poin pada bulan November, menurut CME FedWatch Tool. Para pembuat kebijakan bank sentral akan terus memperhatikan data tambahan untuk menentukan kebijakan suku bunga mereka.

Di tempat lain, saham **Tesla** anjlok 8,8% setelah acara robotaxi yang kurang memuaskan.

Pekan ini pasar dipenuhi oleh beragam sentimen yang akan menimbulkan volatilitas. Paling mendapat sorotan adalah RDG Bank Indonesia dan Pelantikan Presiden-Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Berikut sentimen penting sepanjang pekan ini:

Neraca Dagang Indonesia

Pada Selasa (15/10/2024), BPS akan merilis data neraca perdagangan, ekspor, dan impor untuk periode September 2024.

Sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia Agustus 2024 mengalami surplus US$2,89 miliar. Ini adalah surplus 52 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus ini dihasilkan oleh nilai ekspor tercatat tumbuh 5,97% mencapai US$23,56 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$20,67 miliar.

Pudji Ismartini, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS mengungkapkan surplus ini meningkat US$2,4 miliar secara bulanan (month to month/mtm) dari Juli 2024. Namun, surplus ini masih lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

"Surplus neraca perdagangan Agustus 2024 ini lebih ditopang surplus komoditas nonmigas US$4,34 miliar dengan komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral atau HS 27 kemudian lemak hewan atau nabati HS 15 serta besi dan baja atau HS 72," papar Pudji, Selasa (17/9/2024).

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia

Selanjutnya pada Rabu (16/10/2024), BI akan merilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilaksanakan pada 15-16 Oktober 2024. Salah satu hal yang paling ditunggu yakni keputusan suku bunga acuan.

Sebelumnya pada September 2024, BI memutuskan untuk memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,25% ke 6%.

"Keputusan itu konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah 2,5 plus minus 1% penguatan stabilitas nilai tukar rupiah dan perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional ke depan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9/2024).

Data Tenaga Kerja Amerika Serikat

Kemudian pada Kamis (17/10/2024), sentimen dari eksternal khususnya dari Amerika Serikat akan menjadi perhatian pelaku pasar.

AS akan merilis angka klaim pengangguran baik initial maupun continuing. Angka ini nantinya akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Fed) untuk memutuskan suku bunga The Fed ke depan dengan sudut pandang data ketenagakerjaan.

Jika semakin banyak orang yang melakukan klaim pengangguran, maka probabilitas The Fed untuk membabat suku bunganya akan semakin besar.

Sebagai informasi, dalam dokumen Summary Economic Projections (SEP), masih ada peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya dengan total 50 bps hingga Desember 2024 nanti.

Ekonomi China Diumumkan

Berikutnya pada akhir pekan depan (18/10/2024), China akan merilis pertumbuhannya untuk kuartal III-2024.

Sebelumnya pada kuartal II-2024 tercatat bahwa ekonominya tumbuh 4,7% year on year/yoy. Ini adalah peningkatan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah penurunan sektor properti yang berkepanjangan, permintaan domestik yang lemah, melemahnya yuan, dan ketegangan perdagangan dengan Barat.

Angka terbaru ini muncul saat partai komunis memulai Pleno Ketiga, sebuah peristiwa politik penting di mana berbagai langkah reformasi kemungkinan akan diluncurkan, bersama dengan rekomendasi untuk tindakan dukungan lebih lanjut guna mempercepat pemulihan. Ekonomi tumbuh sebesar 5,0% selama paruh pertama tahun ini, sementara pemerintah menargetkan pertumbuhan PDB sekitar 5,0% tahun ini.

Untuk kuartal III-2024, tampak konsensus menilai bahwa ekonomi China masih cukup tertekan dengan proyeksi hanya sebesar 4,6% yoy.

Era Baru Indonesia, Era Prabowo-Gibran

Pelantikan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka periode 2024-2029 akan dilaksanakan enam hari lagi, yakni pada Minggu (20/10/2024).

Pada tanggal tersebut, Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mengumumkan nama-nama kabinet yang siap bekerja selama 2024-2029.

Prabowo bersama koalisi besar dalam lima tahun ke depan. Maka jangan heran apabila nanti kabinet tampak gemuk.

Menurut Prabowo, untuk mengurus Indonesia seluas ini memang dibutuhkan jumlah menteri yang banyak. Apalagi masalah yang dihadapi terbilang kompleks. Selain itu, Prabowo secara gamblang akan mengambil menteri era kabinet Presiden Jokowi, karena merupakan orang terbaik.

Sebelumnya, beredar kabar bahwa jumlah kursi kabinet Prabowo-Gibran akan terdiri dari 44 menteri. Hal itu disampaikan Bamsoet saat membuka acara Turnamen Bulu Tangkis DPR dan MPR di GOR kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Politikus Senior Golkar sekaligus Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengaku mendengar obrolan "warung kopi" yang menyebut akan ada 44 menteri di kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Neraca Dagang China periode September (10:00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. Tanggal cum Dividen Tunai Interim AUTO
  2. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) MFIN

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(ras/ras) Next Article Menanti Keputusan Suku Bunga BI, Pasar Rawan Terguncang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular