
Peringatan Buat Investor RI: Harga Minyak Kian Mendidih, Dolar Perkasa

Perdagangan hari ini masih akan didominasi oleh faktor eksternal, mulai dari konflik Timur Tengah, bursa saham China yang kembali beroperasi, termasuk penantian data inflasi AS. Lebih lanjut, data dari domestik juga masih dinanti pelaku pasar yakni dari Bank Indonesia (BI) perihal Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Panasnya konflik di Timur Tengah dan kembali memanasnya harga minyak diperkirakan akan ikut menggoyang pasar hari ini.
Konflik Timur Tengah Tak Kunjung Usai
Eskalasi di Timur Tengah terus menerus memanas. Hal ini dipicu setelah perang antara Israel dan milisi Gaza Palestina Hamas pecah pada persis setahun yang lalu, 7 Oktober 2023, hingga saat ini.
Terbaru, militer Israel (IDF) mengatakan bahwa telah menyerang kompleks intelijen Hizbullah di Beirut, Senin (7/10/2024). Hal ini terjadi saat Tel Aviv terus menyerbu sel-sel kelompok itu di Lebanon.
Mengutip Russia Today, IDF dalam sebuah pernyataan menyebut bahwa serangan itu dilakukan dengan jet-jet tempur milik mereka. Mereka mengklaim bahwa selain kompleks intelijen, ada juga pusat-pusat komando dan 'lokasi infrastruktur teroris' yang diserang.
"Serangan itu juga menargetkan lokasi Hizbullah di Lebanon selatan dan daerah Beqaa, menghancurkan gudang senjata dan pusat komando," tambah IDF.
Dalam pernyataan terpisah, IDF juga mengatakan telah melakukan penggerebekan di daerah sebuah rumah sakit di Jabaliya di Gaza. Menurut IDF, Hamas telah menggunakan gedung rumah sakit tersebut sebagai "pusat komando dan kendali."
Serangan ini sendiri merupakan rangkaian dari serbuan besar-besaran Israel ke Lebanon yang dimulai dua pekan lalu. Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan hal ini untuk menumpas milisi Hizbullah, yang telah menyerang Israel dalam misi solidaritasnya terhadap kelompok Hamas di Gaza, yang juga saat ini digempur oleh Tel Aviv.
Eskalasi ini kemudian meluas dengan keterlibatan Iran, yang menyokong Hizbullah dan Hamas. Pekan lalu, Teheran menembakan ratusan rudal ke Israel sebagai bentuk balasan atas pembunuhan Hassan Nasrallah, kepala kelompok Hizbullah Lebanon, dan komandan IRGC, Abbas Nilforoushan minggu lalu di Beirut.
Di lain sisi, sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, mengklaim telah menembakkan roket ke Israel selatan Senin (7/10/2024). Ini terjadi saat negara itu memperingati satu tahun serangan Hamas ke Israel selatan di 2023 lalu.
"Menembakkan proyektil ke sejumlah wilayah 'pertemuan musuh', di perlintasan Rafah, perlintasan Kerem Shalom dan kibbutz Holit di dekat perbatasan dengan Gaza," katanya dikutip AFP.
Panasnya perang ini dikhawatirkan akan meningkatkan ketidakpastian ekonomi global sehingga pasar saham hingga mata uang bisa tertekan. Namun, di sisi lain, perang bisa membuat sejumlah harga komoditas terbang mulai dari emas hingga minyak.
Harga Minyak Mendidih
Harga minyak terbang setelah ketegangan di Timur Tengah memanas. Minyak jenis brent bahkan terbang ke level US$ 80/barel pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (7/10/2024).
Harga tersebut adalah level tertinggi sejak 15 Agustus 2024. Kenaikan harga minyak di satu sisi akan menguntungkan banyak perusahaan seperti PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Namun, di sisi lain, kenaikan harga minyak akan membuat beban impor naik. Kondisi ini akan menekan surplus neraca perdagangan hingga transaksi berjalan. Akibatnya, nilai tukar rupiah juga bisa semakin tertekan hebat.
Selain harga minyak, harga batu bara juga terbang ke level US$ 153. Kondisi ini akan menguntungkan banyak emiten batu bara seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) hingga PT Bukit Asam (PTBA).
China Buka Perdagangan Saham
Investor China sedang menantikan arahan kebijakan lebih lanjut dari badan perencanaan ekonomi tertinggi China pada Selasa, ketika pasar daratan kembali beroperasi setelah liburan seminggu.
Seperangkat pejabat senior dari Komisi Pengembangan dan Reformasi Nasional, termasuk ketua Zheng Shanjie, akan memberikan pengarahan kepada wartawan mengenai pelaksanaan kebijakan stimulus dalam konferensi pers pada Selasa pukul 10 pagi waktu setempat, menurut pengumuman dari Dewan Negara pada hari Minggu.
Yang penting sekarang adalah "bukan sekadar jumlah stimulus, tetapi mekanisme nyata untuk membantu meningkatkan upah, konsumsi, dan kepercayaan konsumen secara keseluruhan," kata Eugene Hsiao, kepala strategi ekuitas China di Macquarie Capital. Kendati China sering menerapkan stimulus fiskal, dia memperingatkan bahwa efeknya seringkali terbatas karena reaksi pasar yang minim.
Ekonom di Morgan Stanley memperkirakan paket fiskal sebesar CNY 2 triliun, yang dapat digunakan untuk mendukung keuangan pemerintah daerah, rekapitalisasi bank-bank besar, dan meningkatkan konsumsi, menurut FactSet. Bank tersebut menyatakan bahwa paket yang lebih kecil dari yang diharapkan juga dapat menandakan komitmen Beijing untuk mengakhiri deflasi dan mendukung pertumbuhan.
UBS memperkirakan paket fiskal yang lebih moderat dalam kisaran CNY 1,5 triliun hingga 2 triliun tahun ini, dengan tindak lanjut lebih lanjut sebesar CNY 2 triliun hingga 3 triliun pada tahun 2025, menurut FactSet.
Ekonom dan trader dengan cermat mengawasi kemungkinan langkah kebijakan tambahan, karena Beijing telah menunjukkan rasa urgensi untuk mengembalikan ekonomi ke jalurnya demi mencapai target pertumbuhan tahunan "sekitar 5%."
Sebelum liburan seminggu, pihak berwenang meluncurkan serangkaian kebijakan stimulus, termasuk pemotongan suku bunga, pengurangan persyaratan cadangan tunai di bank, aturan pembelian properti yang lebih longgar, dan dukungan likuiditas untuk pasar saham.
Dengan dibukanya perdagangan China ini, berpotensi aliran dana asing kembali keluar dari Indonesia dan masuk ke pasar saham China. Hal ini dapat membuat IHSG mengalami depresiasi.
Data dari AS: Indeks Harga Konsumen dan Risalah FOMC
Pada Kamis pekan ini (10/10/2024), AS akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) periode September 2024.
Sebagai informasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2024 naik atau mengalami inflasi 0,2% secara bulanan (mtm) dan melandai menjadi 2,5% secara tahunan (yoy), dari 2,9% secara tahunan pada periode Juli. Hal ini menandai kenaikan tahunan terkecil sejak Februari 2021 dan menunjukkan bahwa inflasi sedang dalam perjalanan menuju target bank sentral AS (The Fed) sebesar 2%.
Sementara, IHK inti (tidak termasuk makanan dan energi) naik sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan pada Agustus, didorong oleh kenaikan tajam dalam harga layanan tempat tinggal dan transportasi.
Di hari yang sama, terdapat Risalah Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) atau yang biasa disebut FOMC Meeting Minutes, untuk membahas kebijakan moneter AS, sehingga para investor mendapatkan petunjuk mengenai hasil keputusan suku bunga di masa mendatang.
Data ini adalah salah satu yang paling ditunggu pasar karena diharapkan bisa memberi petunjuk lebih jelas mengenai kebijakan bank sentral AS (The Fed) ke depan.
Data dari BI: IKK Diperkirakan Masih Optimis
Hari ini BI akan merilis data IKK periode September 2024. Diinformasikan, Survei Konsumen Bank Indonesia pada Agustus 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat tipis dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2024 sebesar 124,4, lebih tinggi dibandingkan 123,4 pada bulan sebelumnya.
Kepala Departemen Komunikasi BI Menuturkan meningkatnya keyakinan konsumen pada Agustus 2024 didukung oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang tetap optimis dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menguat.
Rupiah dan IHSG Keok di Asia
Per penutupan perdagangan kemarin, Senin (7/10/0224) nilai tukar rupiah salah satu yang ambruk paling dalam di Asia yakni sebesar 1,26%. Hal ini merupakan kedua yang terburuk setelah ringgit Malaysia yang anjlok 1,49%.
Pelemahan mata uang di Asia yang signifikan ini terjadi di tengah ekonomi AS yang tampak semakin membaik khususnya dari sisi tenaga kerja.
Lebih lanjut, indeks dolar (DXY) berpotensi kembali mengalami kenaikan dalam beberapa waktu ke depan ditambah potensi pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan depan hanya sebesar 25 bps sehingga pasar menilai hal ini tidak cukup agresif khususnya jika dibandingkan bulan lalu.
Begitu pula dengan IHSG yang jika dibandingkan indeks saham di negara lainnya yang tampak hanya naik 0,11%. Sementara Filipina, Korea Selatan, bahkan Jepang tercatat ditutup melambung tinggi di atas 1%.
Indeks Dolar & US Treasury Kembali Terbang
Indeks dolar (DXY) tampak berada di level yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir. DXY menguat sejak 30 September hingga 4 Oktober tanpa adanya koreksi sedikitpun. Kemudian pada penutupan perdagangan kemarin, DXY tampak melemah tipis sebesar 0,04% ke angka 102,48. Hal ini semakin menekan mata uang Asia termasuk rupiah.
Indeks dolar menghitung nilai dolar dari enam mata uang dunia yakni Euro, franc Swiss, yen Jepang, dolar Kanada, pound Inggris, dan krona Swedia. Kenaikan indeks dolar mencerminkan jika banyak investor yang memburu mata uang Greenback sehingga yang lain melemah.
Kondisi ini akan berbuntut pada nilai tukar negara lain termasuk rupiah.
Begitu pula dengan imbal hasil Treasury tenor 10 tahun yang tampak membumbung tinggi ke level 4,027% atau menguat 1,17%.
Tingginya imbal hasil ini dapat menarik minat investor khususnya dari investor asing untuk menempatkan dananya ke negara dengan PDB terbesar di dunia ini. Selanjutnya, hal ini dapat membuat besarnya capital outflow dari negara lainnya khususnya negara berkembang apalagi jika fundamental negara tersebut masih belum cukup kuat.