
Diam-Diam Harga Batu Bara Sudah Terbang 6%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara acuan dunia kembali ditutup sumringah pada perdagangan Kamis (26/9/2024), di tengah potensi meningkatnya permintaan batubara di Eropa karena mendekati musim dingin.
Berdasarkan data dari Refinitiv pada Kamis kemarin, harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Oktober 2024 ditutup menguat 0,38% di posisi US$ 143,45 per ton. Harga ini adalah yang terkuat sepanjang September 2024.
Harga batu bara sudah merangkak naik dalam enam hari dengan penguatan 6,1%.
Harga batu bara kembali menguat di tengah potensi meningkatnya permintaan batubara di Eropa karena mendekati musim dingin Eropa. Tetapi, stok yang relatif melimpah dan cuaca yang lebih hangat dari perkiraan dapat membatasi peningkatan tersebut.
"Kami memperkirakan permintaan Eropa untuk impor batu bara termal akan menguat secara moderat dalam beberapa bulan mendatang, didukung oleh kenaikan musiman dalam pembangkitan listrik batu bara keras selama musim dingin," kata LSEG dalam laporan triwulanan terbarunya, dikutip dari Montel News.
Berdasarkan estimasi LSEG, konsumsi batu bara termal bernilai kalori tinggi (calorific value/CV) di Eropa meningkat pada kuartal III-2024, tetapi masih di bawah level tahun lalumenurut estimasi sementara LSEG. Sementara impor melalui laut turun 4% dari kuartal kedua dan 26% pada tahun ini.
Pembangkit listrik batu bara keras di Jerman, konsumen batu bara termal impor terbesar di Eropa, naik sekitar 64% pada kuartal III-2024, tetapi turun 22% pada tahun ini.
"Meskipun peningkatan musiman dalam pembakaran batu bara merupakan sinyal fundamental yang positif, permintaan impor tetap lemah pada Q3 karena persediaan batu bara yang melimpah di pelabuhan ARA Eropa," tambah LSEG.
Stok batu bara di terminal impor utama Eropa Amsterdam, Rotterdam, dan Antwerp (ARA) telah turun dari 4,7 juta ton pada awal Juli lalu menjadi hanya 3,8 juta ton pada pertengahan September, yang merupakan level terendah sejak April 2022.
Namun, hal ini masih dianggap cukup mengingat permintaan bahan bakar yang terus menurun.
"Ruang lingkup pengurangan lebih lanjut dalam persediaan ARA dapat membatasi skala impor," ujar LSEG, seraya menambahkan bahwa seiring meningkatnya pembakaran batu bara menjelang musim dingin, pengikisan stok dapat menyebabkan permintaan impor yang lebih kuat.
Kenaikan harga batu bara kemarin juga masih ditopang oleh naiknya impor batu bara termal India. Berdasarkan data dari Kementerian Batu Bara Federal India, pada periode April-Juli 2024, India mengimpor 2% lebih banyak batu bara termal untuk meningkatkan pembangkitan listriknya.
Secara keseluruhan, impor batu bara India, termasuk batu bara kokas yang sebagian besar digunakan oleh produsen baja naik 0,9% dari tahun lalu menjadi 90,51 juta metrik ton selama empat bulan pertama tahun fiskal ini yang dimulai pada April 2024.
Sedangkan pembangkitan listrik termal India pada periode April-Juli 2024 naik sebesar 11,1% dari tahun lalu menjadi 483,82 miliar unit.
Konsumsi pembangkit listrik berbasis batu bara impor selama periode tersebut naik sekitar 75% menjadi 17,69 juta ton.
India memiliki cadangan batu bara terbesar kelima di dunia, tetapi produksi lokalnya tertinggal dari permintaan karena listrik termal digunakan untuk lebih dari setengah dari kapasitas terpasang India sebesar 448 gigawatt.
Sementara itu, produksi batu bara negara tersebut selama April-Juli 2024 melesat 9,6% dari tahun lalu menjadi 321,40 juta ton.
"India akan meningkatkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara hingga tahun 2035 untuk memenuhi kebutuhan negara yang terus meningkat," kata menteri listrik federal Manohar Lal Khattar, dilansir dari Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)