Newsletter

Kabar dari China & AS Bikin Deg-Degan, IHSG Rawan Longsor!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
09 September 2024 06:00
perang dagang
Foto: Bendera AS dan China ditempatkan untuk pertemuan di Departemen Pertanian di Beijing, China. REUTERS/Jason Lee/File Photo

Mengawali pekan kedua September tampaknya pelaku pasar akan berbalik ke mode wait and see data eksternal, mulai dari inflasi Amerika dan China, neraca dagang, sampai keyakinan konsumen domestik.

Sementara itu, bursa AS pada akhir pekan lalu kompak terkoreksi, ini patut di waspadai lantaran bisa menular ke pergerakan pasar keuangan RI.

Berikut rincian sentimen yang akan mempengaruhi gerak pasar pekan ini :

Pasar Tenaga Kerja AS Mengecewakan, Peluang Suku Bunga Turun Naik

Pada pekan lalu, ekonomi AS mencatatkan kondisi pasar tenaga kerja yang kembali mengecewakan, tercermin dari penciptaan lapangan tenaga kerja yang lebih sedikit dari perkiraan.

Biro Statistik Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja AS mencatat data pekerjaan selain pertanian atau Non Farm Payrolls (NFP) yang bertambah 142.000 selama Agustus, naik dari 89.000 pekerjaan pada bulan sebelumnya. Namun, capaian tersebut masih di bawah perkiraan konsensus 161.000 pekerjaan.

Sedangkan tingkat pengangguran AS turun menjadi 4,2%, seperti yang diperkirakan. Untuk tingkat upah secara bulanan naik 0,7% dari perkiraan kenaikan 0,3%. Demikian juga secara tahunan naik 3,8% dari perkiraan kenaikan 3,7%.

Pasar tenaga kerja yang terkontraksi tersebut kemudian menjadi tanda pemangkasan suku bunga AS semakin diperlukan. Peluang pemangkasan suku bunga the Fed menurut alat pengukur CME FedWatch kini sudah mencapai 70% untuk pertemuan 18 September mendatang.

Peluang Pemangkasan Suku Bunga AS pada 18 Sepember mendatangFoto: CME FedWatch Tool
Peluang Pemangkasan Suku Bunga AS pada 18 Sepember mendatang

Wait and See Inflasi dan Neraca Dagang China China

Beralih ke Tiongkok, pada pekan ini akan ada sejumlah data yang dinanti. Pertama, pada hari ini akan ada rilis inflasi untuk periode Agustus 2024 yang diperkirakan akan naik 0,7% secara tahunan (yoy).

Sebelumnya, tingkat inflasi tahunan Tiongkok naik menjadi 0,5% pada Juli 2024 dari 0,2% pada Juni, melampaui prakiraan pasar sebesar 0,3% dan menunjuk ke angka tertinggi sejak Februari. Itu juga merupakan bulan keenam berturut-turut inflasi konsumen berkat Beijing meningkatkan stimulus untuk meningkatkan konsumsi.

Selain inflasi, sehari setelahnya, Tiongkok juga akan merilis data neraca dagang untuk periode Agustus 2024 yang diperkirakan mengalami peningkatan surplus menjadi US$ 84,65 miliar dari bulan sebelumnya sebesar US$ 83,90 miliar.

Data inflasi dan neraca dagang Tiongkok menjadi cukup penting diperhatikan lantaran posisi mereka sebagai partner dagang terbesar RI.

Wait and See Inflasi dan Pasar Tenaga Kerja AS

Masih dari eksternal, pada pertengahan pekan ini akan ada rilis data dari AS terkait inflasi periode Agustus 2024 yang diperkirakan bisa melandai ke 2,6% yoy.

Sebelumnya, pada Juli 2024 AS mencatat inflasi 2,9% yoy, melandai lebih baik dibandingkan ekspektasi dan bulan sebelumnya sebesar 3% yoy.

Inflasi pada Juli telah melandai ke level terendah sejak Maret 2021. Inflasi mereda untuk tempat tinggal (5,1% vs 5,2%), transportasi (8,8% vs 9,4%) dan pakaian (0,2 vs 0,8%). Selain itu, harga terus menurun untuk kendaraan baru (-1% vs -0,9%) dan mobil dan truk bekas (-10,9% vs -10,1%) dan inflasi makanan stabil di 2,2%. Di sisi lain, biaya energi naik sedikit lebih banyak (1,1% vs 1%), terutama karena bensin (-2,2% vs -2,5%).

Berikutnya, pada Kamis (12/9/2024) akan rilis data terkait pasar tenaga kerja terutama untuk data klaim pengangguran mingguan yang diperkirakan bertambah 231.000.

Data inflasi dan pasar tenaga kerja AS akan semakin melengkapi proyeksi pemangkasan suku bunga AS yang akan dipastikan pada pertemuan FOMC the Fed pada 18 September mendatang.

Indeks Keyakinan Konsumen dan Penjualan Ritel RI

Beralih ke domestik, pelaku pasar pada hari ini akan menanti data terkait indeks keyakinan konsumen (IKK) periode Agustus 2024 yang diperkirakan naik ke 123,6 dari bulan sebelumnya sebesar 123,4.

IKK diatas 100 menunjukkan optimisme konsumen terhadap perekonomian RI. Sehari kemudian akan rilis penjualan ritel untuk periode Juli yang diperkirakan tumbuh 3%.

Meskipun tumbuh, pelaku pasar tetap perlu mengantisipasi lantaran RI saat ini sedang mengalami deflasi selama empat bulan beruntun, diikuti kondisi manufaktur yang terkontraksi.

Halaman 4 >>

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular