
Harga Minyak & Batu Bara Merana Pekan Ini, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dan batu bara pada pekan ini terpantau merana, di tengah prospek pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang semakin terlihat setelah Simposium Jackson Hole.
Merujuk data dari Refinitiv sepanjang pekan ini, harga minyak kontrak jenis Brent merosot 0,83% secara point-to-point (ptp). Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) ambruk 2,37% pekan ini.
Namun pada perdagangan Jumat (23/8/2024), harga minyak mentah global terpantau ditutup bergairah. Brent melesat 2,33% ke US$ 79,02 per barel, sedangkan jenis WTI melonjak 2,49% menjadi US$ 74,83 per barel.
Kenaikan harga minyak pada akhir pekan ini terjadi karena ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam beberapa pekan terakhir memicu rebound setelah empat hari mengalami penurunan harga.
Pada Rabu lalu, risalah rapat The Fed edisi Juli 2024 menunjukkan sebagian besar pejabat The Fed menilai bank sentral akan memangkas suku bunga pada pertemuan bulan depan.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman, yang dapat memperlambat aktivitas ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
"Dolar telah dijual karena berita pemotongan suku bunga. Semua orang sekarang berbicara tentang pemotongan suku bunga oleh Fed sebesar 50 basis poin, yang akan menjadi signifikan," kata John Kilduff, Mitra di Again Capital, dikutip dari Reuters.
Namun sepanjang pekan ini, harga minyak mentah terpantau merana karena tiga hari perdagangan yakni sejak perdagangan Senin awal pekan ini hingga Rabu pekan ini.
Koreksi ini terjadi karena kekhawatiran pasokan Timur Tengah mereda setelah Israel menerima proposal untuk mengatasi perselisihan yang menghalangi kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan karena kelemahan ekonomi di Cina membebani permintaan bahan bakar.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengunjungi Mesir dan mendorong kemajuan menuju gencatan senjata Gaza serta kesepakatan pembebasan sandera. Perbedaan besar masih perlu diselesaikan dalam pembicaraan pekan ini.
Di lain sisi, data dari China, ekonomi terbesar kedua di dunia, menunjukkan harga rumah baru turun pada Juli lalu dengan laju tercepat dalam sembilan tahun, produksi industri melambat, pertumbuhan ekspor dan investasi menurun, dan pengangguran meningkat.
Sementara itu, harga batu bara juga terpantau merana pada pekan ini, karena melandainya harga gas Eropa yang menjadi subtitusi batu bara, didorong oleh meredanya konflik Rusia-Ukraina, meskipun pasar tetap berhati-hati tentang ancaman terhadap aliran pipa gas Eropa.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September sepanjang pekan ini ambles 2,59% secara point-to-point. Sedangkan pada perdagangan Jumat lalu, harga batu bara dunia terpantau melemah 0,82% ke posisi US$ 144,8 per ton.
Kekhawatiran trader akan terhentinya aliran transit gas Rusia melalui Ukraina, menyusul penyitaan titik koneksi transit gas Sudzha di Rusia barat daya bulan ini telah mereda, dengan meningkatnya persediaan penyimpanan dan ramalan cuaca hangat yang memperparah sentimen bearish.
Namun masih ada beberapa risiko pasokan yang terkait dengan aliran pipa, terutama dengan pemeliharaan terencana yang akan ditingkatkan pada bulan depan di eksportir utama Norwegia.
"Meskipun hal ini telah diperhitungkan dalam harga pasar, gangguan pasokan yang tidak terduga selama periode ini dapat berdampak lebih signifikan pada pasar," kata analis Northern Gas and Power, dilansir dari Montel News.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)