
Harga Minyak Capai US$91/Barel, Tertinggi Sejak 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Minyak dunia memanas pada pekan ini dan mencatatkan posisi tertinggi sejak Oktober 2023. Didukung oleh ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, kekhawatiran akan pengetatan pasokan, dan optimisme terhadap pertumbuhan permintaan bahan bakar global seiring dengan membaiknya perekonomian.
Harga minyak mentah pada perdagangan Jumat (5/4/2024) jenis Brent menguat 0,57% ke posisi harga US$ 91,17 per barel. Sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) bertambah 0,37% menjadi US$ 86,91 per barel.
Dalam sepekan harga kedua acuan minyak tersebut telah naik 4,22% untuk Brent dan 4,50% untuk WTI.
Pemicu kenaikan harga minyak adalah ketegangan timur trengah. Produsen OPEC terbesar ketiga, Iran, bersumpah akan membalas dendam terhadap Israel atas serangan yang menewaskan personel militer tingkat tinggi Iran.
Di lain sisi, serangan pesawat tak berawak (drone) Ukraina yang sedang berlangsung terhadap kilang-kilang di Rusia mungkin telah mengganggu lebih dari 15% kapasitas minyak Rusia, sehingga berdampak pada produksi bahan bakar negara tersebut.
OPEC+ pada pekan ini mempertahankan kebijakan pasokan minyak mereka dan menekan beberapa negara untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengurangan produksi.
Pasokan minyak dalam jumlah besar juga semakin ketat secara global setelah Meksiko dan Uni Emirat Arab memangkas ekspor minyak mereka.
Adapun data aktivitas manufaktur China yang mulai ekspansif juga turut mempengaruhi pergerakan harga minyak, di mana China merupakan importir minyak terbesar di dunia juga turut mendongkrak harga minyak mentah.
PMI manufaktur China periode Maret 2024 versi NBS dilaporkan mengalami kenaikan menjadi 50,8, dari sebelumnya di angka 49,1 pada Februari lalu. Ini menjadi yang pertama kalinya sejak September 2023 di mana PMI manufaktur China terus mencatatkan kontraksi sejak periode tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)