10 Kata Hilang dalam Pidato Terakhir Jokowi: Korupsi - Infrastruktur

mae, CNBC Indonesia
16 August 2024 13:17
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto dan Ketua DPR RI, Puan Maharani berjalan meniggalkan gedung Nusantara di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto dan Ketua DPR RI, Puan Maharani berjalan meniggalkan gedung Nusantara di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Pidato Kenegaraan untuk terakhir kalinya pada hari ini, Jumat (16/8/2024). Dalam pidato tersebut, Jokowi tak menyebut kata-kata yang biasa menghiasi pidato tahunannya.

Dalam Pidato Kenegaraan sebanyak 16 halaman dan berisi 1.972 kata tersebut, Jokowi menyampaikan sejumlah pencapaian, mulai dari pembangunan hingga kesejahteraan.

Kata "anggaran"" menjadi salah satu yang paling banyak disebut yakni tujuh kali. Kata lain yang paling banyak disebut adalah "daerah", "pembangunan" dan "energi" (6), "membangun" (5), "ekonomi" (4 kali) dan digital/digitalisasi (4). Seperti tahun-tahun sebelumnya, kata "negara" "bangsa", "kita", dan "rakyat" juga kerap disebut dalam Pidato Kenegaraan.

"Selama 10 tahun ini kita telah mampu membangun sebuah fondasi dan peradaban baru, dengan pembangunan yang Indonesiasentris, membangun dari pinggiran, membangun dari desa dan membangun dari daerah terluar," tutur Jokowi dalam Pidato Kenegaraannya, di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Permusyawaratan Rakyat, hari ini, Jumat (16/8/2024).

Kata "energi" disebut enam kali dalam pidatonya. Kata tersebut dilekatkan kepada transisi energi serta besarnya potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia.

"Di saat dunia mulai mengarahkan masa depannya ke ekonomi hijau, Indonesia juga tidak ingin kehilangan momentum karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 GW, baik dari energi air, angin, matahari, panas bumi, gelombang laut, dan bio energi," papar Jokowi.

Kata "ekonomi" disebut Jokowi saat menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Indonesia merupakan satu dari sedikit negara yang mampu pulih lebih cepat, bahkan terus bertumbuh. Pertumbuhan ekonomi kita terjaga di atas 5%, walau banyak negara tidak tumbuh, bahkan melambat," tuturnya.

Namun, ada beberapa kata-kata yang hilang. Kata "infrastruktur" hilang dalam pidato kali ini. Padahal, dalam pidato-pidato sebelumnya, Jokowi selalu menyebut infrastruktur. Seperti diketahui, pembangunan infrastruktur adalah misi besar Jokowi selama 10 tahun kepemimpinannya.

Jokowi juga tidak menyebut kata "korupsi" dalam pidatonya. Padahal, kata korupsi biasanya disebut Jokowi mininmal sekali dalam pidatonya.

Jokowi juga tidak menyebut 'hilirisasi" untuk pertama kalinya dalam pidatonya pada 2019-2024. Kata hilirisasi kini berganti ke "smelter".

Kata "hilirisasi" sebelumnya menjadi yang paling disebut Jokowi dalam Pidato Kenegaraan 2023 (8) dan pada 2022 (7).

Kata yang hilang lagi dalam Pidato Kenegaraan tahun ini adalah "bonus demografi", BBM, "bantuan", ketidakpastian

Kata "BBM" juga absen tahun ini padahal kata tersebut kerap muncul dalam pidato tahun sebelumnya.
Kata "pandemi" juga muncul sekali pada Pidato Kenegaraan tahun ini. Hal ini berbeda pada 2021 di mana kata tersebut paling sering muncul yakni sebanyak 32 kali.

Banyaknya kata "digitalisasi" dan kata "energi" dala pidato kali ini mengindikasikan adanya perubahan perkembangan ekonomi Indonesia sejalan dengan perubahan ke depan yakni digitalisiasi dan transisi energi hijau.


CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation