
Tak Pernah Disebut, 4 Kata Ini Muncul di Pidato Terakhir Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan Pidato Kenegaraan untuk terakhir kalinya pada hari ini, Jumat (16/8/2024). Melalui pidato terakhirnya, Jokowi mengucapkan kata-kata yang tidak biasa, terutama permohonan maaf.
Berbeda dengan pidato tahun lalu di mana Jokowi banyak membicarakan politik dan menyampaikan curhatan hati (curhat), pidato kenegaraan tahun ini lebih banyak membicarakan pencapaian.
Tahun ini adalah periode terakhir kepemimpinan Jokowi dan pidato hari ini menjadi pidato kenegaraan yang terakhir.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia dari 2019-2024, setidaknya ada empat kata baru yang disampaikan Jokowi dalam pidato kenegaraan kali ini. Kata tersebut adalah "maaf", "start up", "smelter", dan "asing".
Dia juga menyebut Prabowo Subianto untuk pertama kalinya setelah 2019. Pada Pidato Kenegaraan 2019 secara khusus Jokowi menyebut Prabowo sebagai sahabat. Prabowo adalah pesaing Jokowi dalam pemilihan preside (pilpres) 2019.
Kata "maaf" muncul tiga kali dalam Pidato Kenegaraan saat Jokowi meminta permohonan maaf kepada rakyat Indonesia.
"Saya dan Prof.Dr.(H.C.) K.H. Ma'ruf Amin mohon maaf. Mohon maaf untuk setiap hati yang mungkin kecewa, untuk setiap harapan yang mungkin belum bisa terwujud, untuk setiap cita-cita yang mungkin belum bisa tergapai. Sekali lagi, kami mohon maaf. Ini adalah yang terbaik, yang bisa kami upayakan bagi rakyat Indonesia, bagi bangsa dan negara Indonesia," tutur Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di Gedung DPR/MPR hari ini, Jakarta (16/8/2024).
Jokowi juga pertama kali menyebut kata start up dalam Pidato Kenegaraannya. Kata tersebut disampaikan sebagai bentuk pencapaian digitalisasi.
"Cakupan ini akan menjadi ekosistem yang baik untuk mendorong digitalisasi UMKM dan pengembangan start up Indonesia sehingga akan melahirkan semakin banyak entrepreneur muda berkualitas di negeri ini," tutur Jokowi.
Kata "smelter" juga pertama kali disebut Jokowi tahun ini sebagai bukti pencapaian hilirisasi.
"Alhamdulillah, sampai saat ini telah terbangun smelter dan industri pengolahan untuk nikel, bauksit, dan tembaga yang membuka lebih dari 200 ribu lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara Rp158 triliun selama 8 tahun ini," ujarnya.
Satu kata baru lagi adalah "asing". Jokowi menyampaikan kata tersebut untuk menggambarkan pencapaiannya dalam investasi.
"Oleh sebab itu, kita juga telah mengambil kembali aset kita yang selama puluhan tahun dikelola oleh pihak asing, yang selama puluhan tahun diambil manfaat besarnya oleh pihak asing, seperti Freeport, Blok Rokan, dan Newmont. Alhamdulillah, semua itu bisa kita ambil alih kembali," tutur Jokowi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
