
Sumber Energi Utama di China Geser ke EBT, Harga Batu Bara Anjlok 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia jatuh pada perdagangan kemarin disebabkan oleh porsi batu bara sebagai pembangkit listrik di China, importir utama, turun.
Berdasarkan data Refinitiv harga batu bara dunia pada penutupan perdagangan kemarin (14/8/2024) tercatat US$148,4 per ton, anjlok 1,07%.
Porsi batubara dalam bauran pembangkit listrik di China telah menurun secara stabil selama dekade terakhir, sementara pembangkitan dari sumber bersih telah meningkat dari sekitar 22% pada tahun 2013 menjadi lebih dari 35% pada tahun 2023.
Perluasan lebih lanjut dalam kapasitas pembangkitan energi bersih tengah direncanakan yang akan memperkuat status China sebagai produsen energi bersih terbesar di dunia, bahkan meski negara tersebut juga menyandang status sebagai konsumen batu bara global terbesar.
Pertumbuhan dalam pembangkit listrik berbahan bakar gas alam juga diharapkan, didorong oleh produksi gas lokal yang lebih tinggi dan impor gas alam cair (LNG) yang lebih tinggi.
Menurut data pelacakan kapal dari Kpler, impor LNG pada paruh pertama tahun 2023 mencapai 38 juta ton. Jumlah tersebut naik 10,1% dari periode yang sama pada tahun 2023 dan merupakan yang tertinggi sejak paruh pertama tahun 2021.
Data aliran musiman dari LSEG menunjukkan bahwa impor LNG cenderung menurun setelah bulan-bulan musim panas karena permintaan untuk sistem pendingin turun.
Namun, permintaan gas akan meningkat lagi menjelang bulan-bulan terdingin tahun ini, dan dapat membantu mendorong total impor LNG tahunan China ke titik tertinggi baru untuk keseluruhan tahun 2024.
Penggunaan dan impor batu bara cenderung mengikuti perubahan serupa, tetapi perusahaan listrik dapat memilih untuk mengurangi pembangkitan listrik berbahan bakar batu bara demi lebih banyak produksi listrik berbahan bakar gas jika harga gas global tetap relatif stabil dan kompetitif dengan batu bara impor.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)