Newsletter

Amerika Masih Bikin Was-Was, Indonesia Ikut Cemas?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
09 August 2024 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan RI bergerak mix kemarin, IHSG terpantau koreksi, tetapi rupiah menguat dan obligasi masih diserbu investor.
  • Bursa saham AS kompak rebound menyusul data penambahan klaim pengangguran turun lebih baik dari ekspektasi pasar.
  • Sentimen pasar hari ini akan merespon lebih lanjut perbaikan pasar tenaga kerja AS, inflasi Tiongkok, sampai rilis data penjualan ritel Indonesia.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bergerak beragam pada kemarin, Kamis (8/8/2024). IHSG terpantau koreksi, tetapi rupiah menguat dan obligasi masih diburu investor.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa kompak menghijau pada hari ini. Sentimen selengkapnya tentang perkiraan pergerakan pasar keuangan RI hari ini, Jumat (9/8/2024) silahkan bisa dibaca pada halaman tiga artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin terpantau koreksi 0,24% atau 17,01 poin menuju 7.195,12.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 8,7 triliun dengan volume transaksi mencapai 15 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 921.790 kali. Sebanyak 265 saham naik, 295 saham melemah, dan 226 saham stabil.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni mencapai 1,93%.

Dari sisi saham, emiten pertambangan Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penekan terbesar IHSG, yakni mencapai 30,8 indeks poin.

Beralih ke rupiah pada perdagangan kemarin, malah melesat kencang dalam melawan dolar AS dan telah kembali ke level Rp15.000.

Melansir data Refinitiv, rupiah menguat 0,87% pada kemarin ke angka Rp15.890/US$. Ini merupakan posisi terkuat sejak 5 April 2024 atau sekitar empat bulan terakhir.

Penguatan ini terjadi usai cadangan devisa (cadev) yang naik tajam memberikan optimisme dan angin segar bagi pasar keuangan domestik. Ekonom pun menilai tren penguatan rupiah bisa saja berlanjut hingga mencapai Rp15.800.

Market Research Economic Research PermataBank Faisal Rachman itu dapat terjadi jika kondisi perekonomian global terus membaik, yang akan mendorong faktor fundamental, yakni ekonomi Indonesia.

"Sebenarnya faktor ekonomi fundamental kita memang ada tekanan ya. Memang fenomena perlambatan itu terjadi di seluruh dunia, tetapi kita memang cenderung resilien karena memang fundamental ekonomi kita itu cenderung memang sudah lebih baik gitu," kata Faisal dalam PIER Economic Review: Mid-Year 2024 secara virtual, Kamis (8/8/2024).

Ia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di kisaran 5%, yakni 5,05% pada kuartal II-2024.

Kemudian inflasi kita terjaga di level rendah, dibandingkan dengan negara-negara maju.

"Nah sekarang tinggal tunggu saja dari globalnya," ujar Faisal.

Menurutnya, kondisi global dapat mengundang arus modal masuk ke dalam negeri.

"Kalau globalnya terus membaik kondisinya sangat favorable untuk market risk on maka itu pasti akan mengundang inflow ke dalam negeri. Karena outlook kita itu sudah dikonfirmasi juga oleh beberapa lembaga rating itu kita punya outlook yang positif ya," pungkas Faisal.

Jika itu terus terjadi, Faisal mengatakan penguatan mata uang garuda dapat terus berlanjut dan dapat mencapai posisi Rp15.800 per dolar AS.

Seiring dengan rupiah yang menguat, obligasi RI juga masih ramai diserbu investor. Hal ini tercermin dari yield obligasi acuan RI dengan tenor 10 tahun yang lanjut melandai.

Melansir data Refinitiv, pada kemarin imbal hasil obligasi 10 tahun RI berakhir di posisi 6,77%, dalam sehari turun 0,46% atau sekitar 3 basis poin (bps).

Perlu dicatat, yield dan harga pada obligasi bergerak berlawanan arah. Ketika yield melandai, maka harga akan terkerek naik yang menunjukkan investor ramai membeli obligasi.

Halaman 2 >>

Tiga indeks acuan di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kompak ditutup sumringah pada perdagangan Kamis malam sampai Jumat dini hari waktu Indonesia (8-9 Agustus 2024).

Dow Jones Index (DJI) ditutup di posisi 39.446,48, dalam sehari naik 1,76% atau 683,03 poin. Berikutnya, S&P 500 menguat 2,30% atau 119,81 poin menjadi 5.319,31. Sementara Nasdaq melesat paling kencang hingga 2,87% atau 464,21 poin menjadi 16.660,02.

Semua sektor utama S&P 500 naik, dipimpin oleh kenaikan di sektor teknologi .SPLRCT dan layanan komunikasi .SPLRCL . Saham berkapitalisasi kecil juga menguat, dengan indeks Russell 2000 .RUT naik 2,4%.

Di antara saham dengan kenaikan terbesar pada S&P 500, saham Eli Lilly LLY.N melonjak 9,5% setelah menaikkan perkiraan laba tahunannya dan melaporkan penjualan obat penurun berat badan populernya, Zepbound melampaui $1 miliar untuk pertama kalinya dalam satu kuartal.

Pasar tenaga kerja AS juga menunjukkan perbaikan yang tercermin dari jumlah pengajuan baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu turun lebih besar dari yang diharapkan .

Paul Nolte, Senior Wealth Advisor dan Market Strategist di Murphy & Sylvest di Elmhurst, Illinois mengatakan "Ini adalah titik data minggu ini, jadi ini menjadi semakin penting,"

lebih lanjut Ia menjelaskan "Pembacaan kami menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih dalam kondisi baik... Kekhawatiran akan resesi saat ini mungkin agak berlebihan."

Halaman 3 >>

Semalam bursa saham Amerika Serikat (AS) terpantau ditutup sumringah. Ini menjadi kabar baik dan harapannya ini bisa menular ke pasar keuangan Tanah Air yang bisa kembali menghijau. Namun, menguatnya kembali indeks dolar dan imbal hasil US Treasury bisa menjadi tantangan buat IHG, rupiah, dan pasar obligasi hari ini.

Pada akhir pekan ini, pasar keuangan RI akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen, baik dari global maupun nasional, mulai dari respon pasar terhadap pasar tenaga kerja AS yang membaik, sampai data penjualan ritel yang akan disampaikan Bank Indonesia (BI). Berikut rangkumannya :

Klaim Pengangguran Turun, Data Tenaga Kerja AS Membaik

Pada Kamis malam (8/8/2024), Biro Ketenagakerjaan AS melaporkan data jumlah pengajuan baru untuk tunjangan pengangguran sepanjang pekan yang berakhir 3 Agustus 2024 berhasil turun lebih besar dari yang diharapkan.

Klaim pengangguran mingguan tercatat bertambah 233.000, lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar di 240.000 dan pekan sebelumnya sebesar 250.000.

Paul Nolte, Senior Wealth Advisor dan Market Strategist di Murphy & Sylvest di Elmhurst, Illinois mengatakan data tersebut menjadi titik data pekan ini yang menjadi semakin penting diperhatikan.

"Ini adalah titik data minggu ini, jadi ini menjadi semakin penting," terangnya.

Sebagaimana kita tahu, pada awal pekan pasar keuangan global mengalami panic selling akibat peringatan resesi AS yang muncul setelah data pasar tenaga kerja yang mengecewakan dari kenaikan tingkat pengangguran.

Namun, dengan data klaim pengangguran yang turun semalam setidaknya ini memberikan angin segar bagi pasar. Hal ini menunjukkan bahwa peringatan resesi mungkin terlalu berlebihan lantaran pasar tenaga kerja masih baik-baik saja.

Paul juga sepakat dengan mengungkapkan "Pembacaan kami menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja masih dalam kondisi baik... Kekhawatiran akan resesi saat ini mungkin agak berlebihan."

Kekhawatiran terhadap resesi juga kemudian mereda, tercermin dari VIX, indeks yang mengukur volatilitas pasar telah melandai. Pada kemarin, VIX telah turun nyaris 15% hanya dalam sehari.

Berkat itu, pasar saham Amerika Serikat (AS) berhasil ditutup sumringah. Nasdaq dan S&P 500 memimpin penguatan lebih dari 2%, harapannya ini bisa menjadi angin segar yang potensi mendongkrak gerak pasar keuangan RI menghijau.

Yield Obligasi dan Indeks Dolar AS Masih Naik

Berikutnya, masih ada sentimen terkait yield obligasi acuan AS dan indeks dolar (DXY) yang terpantau masih naik.

Hal ini patut diwaspadai bisa menjadi downside risk pasar hari ini, lantaran kenaikan imbal hasil US Treasury bisa memicu capital outflow.

Yield obligasi acuan AS ini dalam empat hari beruntun naik terus, pada perdagangan kemarin berakhir di level 3,99%, dalam sehari naik 5 bps atau 0,03%, sementara sejak awal pekan ini sudah naik lebih dari 7%.

Sedangkan, indeks dollar (DXY) berada di level 103,22 dengan kenaikan selama tiga hari terakhir mencapai 0,50%.

Penjualan Ritel Indonesia

Beralih ke sentimen domestik, pada hari ini pelaku pasar akan mendapatkan rilis data terkait penjualan ritel oleh Bank Indonesia (BI) melalui laporan Survei Konsumen periode Juli dan Penjualan Eceran periode Juni 2024.

Menurut platform penghimpun data, Trading Economic penjualan ritel sepanjang Juni diperkirakan terkontraksi 1,7%, dibandingkan bulan sebelumnya yang masih tumbuh 2,1%.

Sementara itu, pada kemarin, BI juga melaporkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi masih meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2024 sebesar 123,4, sedikit lebih tinggi dibandingkan 123,3 pada bulan sebelumnya.

Halaman 4 >>

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Inflasi China periode Juli 2024

  • Laporan Survei Konsumen Juli 2024 oleh Bank Indonesia (BI)

  • Laporan Survei Penjualan Eceran Juni 2024 oleh Bank Indonesia (BI)

  • Sinarmas Sekuritas menggelar diskusi bertema Market Outlook: Surviving The Japanese Carry Trade and Rising Geopolitical Tension (10.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) MEDS

  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PNGO

  • Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) RCCC

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular