Wall Street Kebakaran, IHSG & Rupiah Dapat Ujian Berat Hari Ini
- Pasar keuangan RI berhasil melanjutkan penguatan selama dua hari beruntun. IHSG melesat lebih dari 1%, rupiah menguat tajam, sementara obligasi masih diburu investor.
- Bursa AS atau Wall Street malah berbalik koreksi, pelaku pasar masih perlu mengantisipasi lantaran potensi menular ke pasar keuangan dalam negeri.
- Hari ini sentimen akan lebih banyak datang dari eksternal, terutama dari AS terkait perkembangan pasar tenaga kerja.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bergerak sumringah pada perdagangan kemarin, Rabu (7/8/2024). IHSG melesat lebih dari 1%, rupiah menguat tajam, sementara obligasi terus diburu investor.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan melanjutkan penguatan pada hari ini. Sentimen selengkapnya terkait prospek perdagangan pasar hari ini, Kamis (8/8/2024) silahkan bisa dibaca di halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup kembali cerah pada perdagangan kemarin, Rabu (7/8/2024), di tengah sentimen pasar global yang mulai membaik setelah beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) bersikap lebih dovish.
IHSG ditutup melesat 1,16% ke posisi 7.212,13. IHSG pun berhasil kembali menyentuh level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 7,8 triliun dengan melibatkan 13,8 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 906.608 kali. Sebanyak 364 saham naik, 178 saham turun, dan 247 saham cenderung stagnan.
Semua sektor saham pada kemarin terpantau kompak menghijau, dengan sektor transportasi memimpin dan menjadi penopang terbesar indeks mencapai 1,63%.
Dari sisi saham, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) kembali menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan, yakni mencapai 21,1 indeks poin.
IHSG kembali bergairah, di tengah membaiknya sentimen pasar global dan dalam negeri, setelah adanya nada dovish dari beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).
Para pejabat the Fed baru-baru ini memberikan komentar penolakan terhadap gagasan bahwa data tenaga kerja yang lemah dapat menyebabkan kemerosotan ekonomi alias resesi.
Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, juga mengingatkan jika ambruknya saham pada pekan lalu dan Senin tidak bisa memaksa The Fed untuk memangkas suku bunga sesuai keinginan pasar. The Fed tetap bergerak sesuai data yang berkembang.
"Tidak ada dalam mandat Fed yang bertujuan untuk memastikan bahwa pasar saham merasa nyaman," kata Goolsbee, dalam wawancara dengan New York Times.
Beralih ke rupiah terpantau berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca Bank Indonesia (BI) mengumumkan data cadangan devisa (cadev) bertambah cukup signifikan.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,8% di angka Rp16.030/US$ pada kemarin Rabu (7/8/2024). Hal ini semakin memperpanjang tren penguatan selama enam hari beruntun
Perkasanya rupiah disepanjang perdagangan kemarin tak lepas dari hasil cadev yang dirilis BI dan cukup mengejutkan pelaku pasar.
Tercatat per Juli 2024, cadev RI berada di angka US$145,4 miliar atau naik US$5,2 miliar dibandingkan periode sebelumnya.
"Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," tulis BI dalam siaran pers, Rabu (7/8/2024)
Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Penguatan IHSG dan rupiah yang bersamaan, ini juga berlanjut pada Surat Berharga Negara (SBN) yang terus diburu investor. Tercermin dari yield obligasi 10 tahun Indonesia yang tampak kembali koreksi sebesar 0,25% menuju 6,80% pada akhir perdagangan kemarin.
Yield obligasi acuan ini kokoh dalam tren melandai dan mencapai level terendah kisaran dua bulan terakhir.
Halaman 2 >>
(tsn/tsn)