
Wall Street Kebakaran, IHSG & Rupiah Dapat Ujian Berat Hari Ini

Sentimen pasar pada perdagangan hari akan diwarnai dari sejumlah rilis data baik dari dalam negeri dan luar negeri, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sampai kelengkapan data pasar tenaga tenaga AS, terutama terkait klaim pengangguran mingguan.
Pelaku pasar pada perdagangan hari ini, Kamis (8/8/2024) masih patut mengantisipasi adanya potensi koreksi lantaran tertular penutupan bursa saham AS atau Wall Street yang terpantau berbalik ke zona merah. Kembali naiknya dolar AS dan imbal hasil US Treasury juga akan menjadi cobaan berat bagi IHSG dan rupiah hari ini.
Berikut rangkuman sentimen hari ini :
Dolar AS dan Imbal Hasil US Treasury Kembali Terbang
Indeks dolar AS dan Imbal Hasil US Treasury Menguat Lagi
Indeks dolar S kembali berlari kencang begitu pula imbal hasil US Treasury. Indeks dolar AS menguat ke 103,197 pada perdagangan kemarin, Rabu (7/8/2024) yang merupakan level terbaiknya dalam tiga hari terakhir.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun meningkat ke 3,97% pada perdagangan kemarin, posisi tertingginya dalam empat hari terakhir.
Kenaikan imbal hasil US Treasury juga bisa memicu capital outflow dari pasar keuangan Indonesia sehingga IHSG dan rupiah bisa tertekan.
Penantian Data Indeks Keyakinan Konsumen
Pada hari ini sekitar pukul 10.00 WIB, Bank Indonesia (BI) akan melaporkan indeks keyakinan konsumen (IKK) untuk periode Juli 2024 yang diperkirakan masih di level optimis, tetapi ada potensi melambat.
Menurut penghimpun data Trading Economics, pelaku pasar memproyeksi IKK Juli akan berada di angka 122. Ini menyusul setelah RI juga mengalami deflasi pada Juli lalu yang menunjukkan adanya perubahan pelaku pasar dalam berbelanja ke produk-produk yang lebih murah.
Meski begitu, IKK diyakini masih akan berada di area optimis di atas level 100, melanjutkan IKK Juni 2024 yang tercatat sebesar 123,3.
Rabu kemarin, BI juga merilis data cadangan devisa periode Juli 2024. Ada potensi data ini masih bisa direspon pada perdagangan hari ini.
Tercatat per Juli 2024, cadev RI berada di angka US$145,4 miliar atau naik US$5,2 miliar dibandingkan periode sebelumnya.
"Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa," tulis BI dalam siaran pers, Rabu (7/8/2024)
Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Wait and See Data Pasar Tenaga Kerja AS
Beralih ke sentimen dari negeri Paman Sam, setiap Kamis selalu akan ada rilis data klaim pengangguran mingguan. Data ini akan semakin melengkapi kondisi terkini pasar tenaga kerja AS.
Melansir data Trading Economic, pasar memperkirakan klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 3 Agustus 2024 akan bertambah 240.000 dibandingkan pekan sebelumnya 249.000.
Pekan lalu, data pasar tenaga kerja sempat mengecewakan pasar yang kemudian mengguncang keseluruhan pasar, akibat memicu peringatan resesi.
Pelaku pasar perlu mencermati kondisi pasar tenaga kerja AS lantaran ini juga menjadi indikator penting selain inflasi yang akan menjadi petunjuk kebijakan moneter bank sentral AS atau the Fed ke depan.
Sejauh ini, pelaku pasar optimis pemangkasan suku bunga akan dilaksanakan pada September mendatang dengan peluang sudah di atas 70%, menurut alat perhitungan CME FedWatch dan perkiraan penurunan berkisar dari 25bpsd - 50 bps.
Sebagian juga sudah ada yang memproyeksikan penurunan hingga 75bps jika alarm resesi semakin meningkat.
Surplus Neraca Dagang China Turun, Ekspor Tak Sesuai Ekspektasi
Sentimen berikutnya, datang dari sang Naga Asia, China yang kemarin telah merilis data terkait neraca dagang periode Juli 2024.
Surplus neraca dagang China terpantau susut menjadi US$ 84,65 miliar dari bulan sebelumnya sebesar US$ 99,05 miliar. Penyusutan ini lebih jauh dibandingkan proyeksi pasar yang memperkirakan hanya akan melandai ke US$ 99 miliar.
Pertumbuhan ekspor China melambat, hanya tumbuh 7% pada Juli 2024, relatif lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 8,6% dan konsensus 9,7%.
Meski begitu, impor sudah kembali pulih dengan tumbuh 7,2% dibandingkan bulan sebelumnya yang kontraksi sekitar 2,3%
Turunnya ekspor memicu kekhawatiran jika ekonomi global akan melambat pada paruh kedua tahun ini. Ekspor China yang melambat mencerminkan adanya ketidakpastian terkait permintaan luar negeri dan sentimen konsumen global, serta meningkatnya ketegangan geopolitik.
Namun, para analis juga menyebutkan bahwa sisi positif dari pertumbuhan impor yang lebih baik dari yang diharapkan bulan lalu menunjukkan tanda awal pemulihan dalam permintaan domestik, yang didorong oleh permintaan dari sektor kendaraan listrik.
Impor China yang mulai pulih ini akan menjadi sentimen positif bagi RI, lantaran negeri tirai bambu ini merupakan partner dagang terbesar yang kemudian akan berpengaruh terhadap neraca dagang Indonesia juga.
Halaman 4 >>