Newsletter

IHSG & Rupiah Galak Lagi, Masa "Berdarah-Darah" Usai?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 07/08/2024 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Pasar keuangan Indonesia berhasil rebound kemarin, IHSG melesat 1%, rupiah kembali perkasa, dan surat utang diborong investor.
  • Bursa Wall Street juga menghijau seiring kekhawatiran resesi mulai mereda setelah pejabat the Fed mengeluarkan nada dovish.
  • Sentimen pasar hari ini akan lebih mencermati sejumlah rilis data, dari Tiongkok terkait neraca dagang sampai cadangan devisa RI.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI berhasil melesat pada perdagangan kemarin, Selasa (6/8/2024) setelah mengalami panic selling pada awal pekan.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan tetap kompak menghijau hari ini. Sentimen selengkapnya seputar prospek pergerakan pasar keuangan RI hari ini, Rabu (7/8/2024) silahkan dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cerah bergairah pada perdagangan kemarin, membalikkan posisinya yang sempat merana pada perdagangan Senin kemarin.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melesat 0,99% ke posisi 7.129,21. Sepanjang perdagangan secara intraday kemarin, IHSG sempat melonjak hingga 1% lebih dan juga berhasil kembali menyentuh level psikologis 7.100.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 9 triliun dengan melibatkan 13 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 931.157 kali. Sebanyak 370 saham naik, 208 saham turun, dan 206 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor infrastruktur, energi, dan transportasi menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni masing-masing mencapai 1,62%, 1,38% dan 1,22%.

Saham petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 11,9 indeks poin.

IHSG mengekor bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas juga bangkit dari zona koreksi. Indeks Nikkei 225 pun memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik yakni terbang 10,23%, disusul KOSPI Korea Selatan yang melejit 3,3%.

Selain itu, indeks Shanghai Composite China menguat 0,23% dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,41%.

Beralih ke nilai tukar rupiah, pada perdagangan kemarin juga berhasil bergerak atraktif seiring dengan besarnya arus dana asing yang masuk ke pasar domestik.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,12% di angka Rp16.160/US$ pada perdagangan kemarin. Penguatan ini semakin memperpanjang tren apresiasi yang telah terjadi sejak 31 Juli 2024 atau lima hari beruntun.

Penguatan rupiah terjadi seiring dengan aliran dana asing kembali masuk ke RI. Inflow asing ke pasar saham misalnya pada kemarin, meskipun masih tipis sudah kembali net buy di pasar reguler sebanyak Rp15,27 miliar.

Ekonom BCA, Barra Kukuh Mamia menjelaskan kepada CNBC Indonesia bahwa rupiah masih ditopang oleh inflow sehingga menguat.

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 29 Juli-1 Agustus 2024 di mana investor asing tercatat beli neto Rp10,27 triliun terdiri dari beli neto Rp5,77 triliun di pasar SBN, beli neto Rp2,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan beli neto Rp2,31 triliun di saham.

Inflow sepekan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lima pekan terakhir atau lebih dari sebulan. Inflow mendekati pekan terakhir Juni (Rp19,69 triliun).

Bukti Surat Berharga Negara (SBN) yang diakumulasi tersebut juga tercermin dari posisi imbal hasil SBN acuan bertenor 10 tahun yang sempat menyentuh posisi terendah sejak pertengahan Mei 2024 pada awal pekan ini.

Sementara untuk perdagangan kemarin, yield obligasi acuan dengan tenor 10 tahun berakhir di 6,82%. Ada sedikit penguatan 0,24% dalam sehari, tetapi tren masih kokoh dalam penurunan.

Perlu dipahami, pergerakan yield dan harga pada obligasi itu berlawanan arah. Jadi, jika yield terus melandai, ini menunjukkan investor terus memburu surat utang negara RI yang kemudian membuat harga menanjak.

Halaman 2 >> 


(tsn/tsn)
Pages