Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergerak volatile pada pekan ini dan hari ini. Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Senin (5/8/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.
Pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (2/8/2024), IHSG berakhir di posisi 7.308,12, dalam sehari susut 0,24%, sementara dalam sepekan IHSG masih naik tipis 0,27%.
Pergerakan IHSG dalam beberapa hari terbilang terbilang galau, pada awal sesi IHSG sering dibuka hijau, namun tak berselang lama, penguatan tersebut menyusut.
Transaksi perdagangan juga masih relatif sepi, di mana turnover rata-rata dalam beberapa hari terakhir tak lebih dari Rp10 triliun. Pada Jumat kemarin, nilai transaksi dari pagi hingga sore hanya mencapai Rp9,73 triliun.
Nilai tersebut mewakili 14,27 miliar lembar saham yang berpindah tangan sebanyak 900.661 kali. Adapun 240 saham menguat, 295 saham melemah, sementara 255 lainnya bergerak stagnan.
Pergerakan IHSG terbilang masih galau setelah the Fed menahan suku bunga, meskipun memberikan bank sentral AS tersebut sudah memberikan nada dovish lebih jelas diutarakan.
Meski demikian, asing dalam sepekan sudah mencatat net buy hingga Rp2,67 triliun di keseluruhan pasar yang menunjukkan aliran dana asing masuk semakin deras. Rinciannya, Rp421,95 miliar dari pasar reguler, sementara sisanya Rp2,25 triliun dari pasar nego dan tunai.
Saham banking big caps masih menjadi incaran asing di pekan lalu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memimpin dengan akumulasi asing mencapai Rp635,5 miliar, diikuti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp284,3 miliar.
Di luar banking, dalam sepekan asing getol membeli saham PT Astra International Tbk (ASII) Rp243,1 miliar, PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp102,3 miliar, dan PT Adro Energy Indonesia Tbk (ADRO) 91,5 miliar.
Prospek pemangkasan suku bunga the Fed menjadi salah satu pendorong aliran dana asing kembali masuk ke RI. Pasalnya, ketika suku bunga yang potensi turun ini semakin dekat, likuiditas akan kembali longgar, indeks dolar AS akan melandai, sehingga tekanan ke rupiah bisa semakin pudar.
Penguatan kemarin membawa rupiah ke posisi terbaiknya sejak 19 Juli 2024 atau 10 hari terakhir. Penguatan kemarin juga memperpanjang rally rupiah dengan menguat selama tiga hari beruntun.
Dalam sepekan nilai tukar rupiah menguat 0,55%. Penguatan ini mengakhiri catatan buruk pada dua pekan sebelumnya yang selalu melemah.
Seiring dengan rupiah yang menguat, instrumen surat utang juga cukup menarik perhatian investor ditandai dengan yield obligasi RI bertenor 10 tahun yang melandai sepanjang pekan lalu.
Bursa saham dunia berguguran pada akhir pekan lalu, Jumat (2/8/2024) setelah pasar melakukan aksi jual besar-besaran saham teknologi. Penjualan besar ini dipicu oleh kekhawatiran melambatnya ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ancaman resesi.
Bursa AS Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (2/8/2024). Indeks Dow Jones ambruk 1,51% sementara indeks Nasdaq jeblok 2,43% dan indeks S&P 500 jatuh 1,51%.
Saham teknologi menjadi pemicu ambruknya saham global. Penurunan paling parah dicatat oleh pembuat chip Intel (INTC.O) yang ambruk 26,06% ke US$21,48 per lembar.
Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 8 April 2013 atau 11 tahun terakhir lebih. Pelemahan sebesar 26,06% sehari juga menjadi yang terdalam dalam sejak 1974 (31% sehari) atau lebih dari 50 tahun atau setengah abad. Pada saat itu, Intel baru saja menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).
Selain Intel, saham raksasa teknologi lainnya juga jatuh. Saham Amazon jatuh 8,78%, saham META ambles 1,93%, saham Google nyungsep 2,4%, saham Microsoft jeblok 2,07%, dan saham Nvidia terperosok 1,78%.
Bursa Eropa juga kebakaran. Indeks FTSE yang ada di London, Inggris melemah 1,31%, Indeks DAX jerman ambles 2,33% dan indeks CAC Perancis nyungsep 1,61%.
Bursa Asia juga menjadi lautan merah. Indeks Nikkei Jepang menjadi yang terparah dengan anjlok 5,81%. Indeks KOSPI korea juga ambles 3,65% sementara Indeks Taiwan ambruk 4,43%. Indeks Hang Seng China anjlok 2,08%, indeks Strait Times Singapura jatuh 1,12%, dan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) melanda 0,24%.
Ambruknya bursa saham dunia ditengarai ancaman resesi AS akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter the Fed yang potensi datang sebentar lagi akan terjadi secara hard landing.
Hal ini terpicu data pasar tenaga kerja yang rilis pekan lalu hasilnya melambat tajam di tengah kondisi manufaktur yang mengalami penurunan, bahkan di level kontraksi selama empat bulan beruntun.
Pasar keuangan RI hari ini, Senin (5/8/2024) dan sepekan ke depan bakal diwarnai banyak sentimen baik dari luar negeri maupun domestik.
Meski begitu, pelaku pasar masih patut mengantisipasi pergerakan pasar yang potensi lebih volatil lantaran bursa saham dunia banyak berguguran di tengah ancaman resesi AS, terutama setelah rilis data pasar tenaga kerja di negeri Paman Sam yang melambat tajam.
Bursa saham dunia berbalik dengan cepat pada pekan lalu. Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed pada Rabu waktu AS (31/7/2024) membuat pasar saham dunia hijau tetapi data ekonomi AS yang memburuk membuat pasar saham goyang. Hampir seluruh bursa dunia berakhir di zona merah pada Jumat pekan lalu setelah adanya kekhawatiran resesi AS serta penjualan besar-besaran saham teknologi.
Kekhawatiran ini bisa bertahan pekan ini sehingga pasar keuangan global, termasuk Indonesia bisa ikut terseret. Kekhawatiran resesi juga bisa membuat investor menahan diri atau menarik dana dari Emerging Markets sehingga rupiah bisa melemah,
Pasar Tenaga Kerja AS Melambat, Ancaman Resesi Meningkat
Pekan lalu, negeri Paman Sam banyak mengeluarkan data penting seperti pengumuman suku bunga, pasar tenaga kerja yang meliputi klaim pengangguran, Non Farm Payrolls (NFP) atau data pekerjaan tercatat di luar pertanian, sampai tingkat pengangguran.
Sebagaimana diketahui, pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed Juli 2024, bank sentral AS ini telah memutuskan untuk kembali menahan suku bunganya di level 5,25-5,50%.
Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat kali ini juga dinilai lebih jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.
Namun, pasar kembali mendapat ketidakpastian sehari setelah pengumuman suku bunga. Data pasar tenaga kerja mengalami perlambatan tajam. Dimulai dari klaim pengangguran naik signifikan ke 249.000, melampaui ekspektasi yang proyeksi hanya naik 1000 ke 236.000 klaim.
Sehari kemudian, kondisi pasar tenaga kerja yang melambat semakin dikonfirmasi dengan data pekerjaan tercatat di luar pertanian (non farm payrolls) yang hanya bertambah 114.000, jauh dari estimasi pasar yang proyeksi adanya penambahan tenaga kerja 179.000 ke 175.000 pekerjaan. Tingkat pengangguran AS pada Juli 2024 juga melonjak ke 4,3% dari sebelumnya 4,1% pada Juni 2024.
Kondisi perlambatan tenaga kerja terjadi di tengah data manufaktur yang lemah. PMI Manufaktur AS menurut data ISM, selama empat bulan terakhir terus turun dan berada di zona kontraksi.
Indeks PMI Manufaktur S&P Global AS ada di angka 49,6 pada Juli 2024 atau terendah sepanjang tahun ini. Kondisi ini menunjukkan adanya penurunan dalam kondisi bisnis di sektor manufaktur AS.
Indeks PMI Jasa ISM di AS merosot ke 48,8 pada Juni 2024, penurunan tajam terbesar sejak April 2020. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan menjadi 66,4 pada Juli 2024, angka terendah dalam delapan bulan terakhir.
Hal ini membawa kesimpulan pelaku pasar bahwa ancaman resesi meningkat di AS, yang kemudian memicu kekhawatiran akan terjadinya hard landing karena the Fed dinilai lambat melakukan quantitative easing seperti yang terjadi saat pandemi Covid-19 lalu.
Bursa Saham Dunia Berguguran, Indeks VIX Naik Signifikan
Sepanjang pekan lalu, pergerakan pasar keuangan dunia banyak yang berguguran. Ketidakpastian pasar meningkat, tercermin dari indeks VIX, barometer untuk ukuran volatilitas pasar yang diharapkan, sering juga disebut sebagai i "indeks ketakutan".
Semakin tinggi nilai indeks VIX, maka ketidakpastian di pasar semakin meningkat. Melansir data dari google finance, per Jumat (2/8/2024), VIX index berada di angka 23,39, dalam sepekan naik 39%.
Kenaikan signifikan hanya dalam lima hari ini sejalan dengan gerak bursa saham dunia yang terkapar di zona merah.
Bursa AS Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (2/8/2024). Indeks Dow Jones ambruk 1,51% sementara indeks Nasdaq jeblok 2,43% dan indeks S&P 500 jatuh 1,51%.
Bursa Eropa juga kebakaran. Indeks FTSE yang ada di London, Inggris melemah 1,31%, Indeks DAX Jerman ambles 2,33% dan indeks CAC Perancis nyungsep 1,61%.
Bursa Asia juga menjadi lautan merah. Indeks Nikkei Jepang menjadi yang terparah dengan anjlok 5,81%. Indeks KOSPI korea juga ambles 3,65% sementara Indeks Taiwan ambruk 4,43%.
Indeks Hang Seng China anjlok 2,08%, indeks Strait Times Singapura jatuh 1,12%, dan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) melanda 0,24%.
Perlu diantisipasi, ambruknya bursa saham dunia potensi menular ke IHSG pada perdagangan pasar hari ini.
"Pasar mungkin terlalu cepat memperkirakan resesi padahal resesi mungkin paling cepat datang tahun depan," tutur analis Simon White, kepada Bloomberg.
Dia menambahkan data ekonomi yang ada saat ini belum cukup untuk menimbulkan kekhawatiran resesi.
Sebagai catatan, ekonomi AS tumbuh 2,4% (yoy) pada kuartal II-2024. Terakhir kali ekonomi AS terkontraksi adalah pada kuartal II-2022.
Pertumbuhan Ekonomi RI Potensi Melambat?
Beralih ke domestik, banyak sentimen juga yang akan rilis, pada Senin (5/8/2024). Badan Pusat Statistik (BPS) akan melaporkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024.
Pertumbuhan ekonomi RI diperkirakan melandai ke bawah 5% (year on year/yoy). Pelemahan pertumbuhan terutama dipicu oleh melandai-nya konsumsi masyarakat.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal Ii-2024 mencapai 4,98% (yoy) dan 3,73% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 (yoy) pada kuartal I-2024 dan terkontraksi 0,83% (qtq).
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 yang diproyeksi lebih rendah dibandingkan kuartal I-2024 bisa menambah rentetan kabar buruk bagi Indonesia dan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di awal Agustus.
Sebelumnya, Indonesia juga sudah mendapat dua kabar buruk yakni terjadinya deflasi selama tiga bulan beruntun serta terkontraksinya PMI Manufaktur pada Juli 2024.
Konsensus CNBC Indonesia sejalan dengan perkiraan pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi ekonomi Indonesia masih bisa tembus 5% pada kuartal II-2024.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 kami perkirakan antara April-Juni yang sudah selesai akan tumbuh di 5,0 persen atau sedikit di atas 5 persen yoy," ujarnya dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
Bila merujuk konsensus proyeksi yang ada di angka 4,98%, maka pertumbuhan kuartal II akan menjadi yang terendah sejak kuartal III-2023 atau dalam tiga kuartal terakhir. Pertumbuhan di angka 4,98% juga akan di bawah historisnya yakni 5% lebih. Dalam rentang waktu kuartal I-2022-kuartal I 2024, ekonomi Indonesia selalu tumbuh di atas 5%. Pengecualian terjadi pada kuartal III-2023.
Keterangan Pemerintah terkait Pertumbuhan Ekonomi dan Rapat OJK
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan menggelar konferensi pers pada hari ini guna menanggapi data pertumbuhan ekonomi yang dirilis BPS.
Menarik ditunggu bagaimana pemerintah menanggangi data pertumbuhan serta langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk memaksimalkan ekonomi di semester kedua tahun ini.
Menarik ditunggu pula apakah pemerintah akan memberikan insentif baru untuk lebih mendongkrak ekonomi.
Sementara itu, ) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggelar konferensi pers hasi Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKBRDKB Juli 2024.
Mengingat ini konferensi pers pertama di semester kedua maka perlu ditunggu apakah OJK akan membeberkan perkembangan industri bank, terutama mengenai revisi Rencana Bisnis Bank (RBB).
Data penting pekan depan
Selain sejumlah sentimen hari ini, pelaku pasar juga perlu mempertimbangkan sejumlah data penting sepekan ke depan. Di antaranya adalah rilis cangan devisa Juli 2024 pada Rabu, laporan survei konsumen Juli 2024 pada Kamis, dan laporan survei penjualan eceran Juni 2024 pada Jumat.
Dari luar negeri data penting yang akan keluar pekan ini adalah data neraca dagang China untuk Juli pada Kamis dan inflasi China Juli pada Jumat.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 di Gedung BPS (11.00 WIB)
Konferensi Pers terkait Pertumbuhan Ekonomi kuartal II-2024 yang diselenggarakan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (13.30 WIB)
Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Juli 2024 (1400 WIB)
Rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2024
Caixin Service PMI China - Juli 2024
Caixin Composite PMI China - Juli 2024
S&P Global Composite PMI Final AS - Juli 2024
S&P Global Service PMI Final AS - Juli 2024
ISM Service PMI AS - Juli 2024
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
Hari terakhir penawaran umum IPO DOSS
Hari penawaran umum IPO NEST
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) TOSK
Cum date dividen ETF, XCID
Berikut untuk indikator ekonomi RI :
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.