AS Dihantui Resesi: Saham Intel Jatuh Terburuk 50 Tahun, Samsung Roboh

mae, CNBC Indonesia
03 August 2024 10:33
The United State flag is silhouetted against the setting sun Sunday, May 28, 2017, in Leavenworth, Kan. (AP Photo/Charlie Riedel)
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham dunia berguguran pada akhir pekan ini setelah pasar melakukan aksi jual besar-besaran saham teknologi. Penjualan besar ini dipicu oleh kekhawatiran melambatnya ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ancaman resesi.

Bursa AS Wall Street ambruk berjamaah pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (2/8/2024). Indeks Dow Jones ambruk 1,51% sementara indeks Nasdaq jeblok 2,43% dan indeks S&P 500 jatuh 1,51%.

Bursa Eropa juga kebakaran. Indeks FTSE yang ada di London, Inggris melemah 1,31%, Indeks DAX jerman ambles 2,33% dan indeks CAC Prancis nyungsep 1,61%.

Bursa Asia juga menjadi lautan merah. Indeks Nikkei Jepang menjadi yang terparah dengan anjlok 5,81%. Indeks KOSPI korea juga ambles 3,65% sementara Indeks Taiwan ambruk 4,43%. Indeks Hang Seng China anjlok 2,08%, indeks Strait Times Singapura jatuh 1,12%, dan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) melanda 0,24%.

Saham Teknologi Dibuang, Intel Jatuh Terburuk dalam 50 tahun

Saham teknologi menjadi pemicu ambruknya saham global. Penurunan paling parah dicatat oleh pembuat chip Intel (INTC.O) yang ambruk 26,06% ke US$21,48 per lembar.

Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 8 April 2013 atau 11 tahun terakhir lebih. Pelemahan sebesar 26,06% sehari juga menjadi yang terdalam dalam sejak 1974 (31% sehari) atau lebih dari 50 tahun atau setengah abad. Pada saat itu, Intel baru saja menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).
Ambruknya saham Intel jatuh hingga membuat market capnya ambruk di bawah US$ 100 miliar.

Selain Intel, saham raksasa teknologi lainnya juga jatuh. Saham Amazon jatuh 8,78%, saham META ambles 1,93%, saham Google nyungsep 2,4%, saham Microsoft jeblok 2,07%, dan saham Nvidia terperosok 1,78%.

Ambruknya saham Intel disebabkan oleh kekhawatiran mengenai ekonomi AS serta rencana perusahaan memangkas 15.000 pekerja hingga laporan keuangan yang mengecewakan.
Intel membukukan pendapatan US$ 12,8 miliar atau turun 1% pada April-Juni 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini di bawah ekspektasi pasar yakni US$12,94 miliar.

Earning per share Intel di angka US$ 2 sen, di bawah ekspektasi US$ 10 sen. Intel juga melaporkan rugi bersih sebesar US$ 1,61 miliar, dari laba bersih US$ 1,48 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Intel berencana mengurangi pekerja hingga 15.000 sebagai upaya untuk memulihkan bisnis manufaktur yang mengalami kerugian. Intel juga memperkirakan pendapatan kuartal ketiga di bawah ekspektasi.

Saham pembuat chip Nvidia turun setelah laporan bahwa Departemen Kehakiman AS telah meluncurkan penyelidikan terhadap keluhan dari pesaing bahwa perusahaan tersebut mungkin telah menyalahgunakan dominasi pasarnya dalam menjual chip yang mendukung kecerdasan buatan atau AI.

Di Eropa, saham berbasis teknologi Eropa STOXX Europe 600 (.SX8P) ambruk 3,6% atau level terburuknya sejak Januari 2024 atau lebih dari enam bulan terakhir. Ambruknya saham teknologi menyeret bursa umum STOXX hingga ditutup melemah 1,3%.

Di Asia, saham produsen Taiwan Semiconductor Manufacturing Co atau TSMC ambruk 5,9% dan Samsung ambles 4,2%. TSMC adalah produsen chip terbesar di dunia, sementara Samsung adalah perusahaan semikonduktor memori terbesar secara global.

Ekonomi AS Mulai Mengkhawatirkan
Jatuhnya saham teknologi dipicu oleh kekhawatiran munculnya resesi ataupun hard-landing ekonomi AS. 
Investor khawatir dengan kondisi AS setelah indikator terbaru memburuk dengan cepat.

AS pada Jumat kemarin mengumumkan tingkat pengangguran AS melonjak ke angka 4,3% pada Juli 2024 dari 4,1% pada Juni 20024. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2021 dan jauh di atas ekspektasi pasar yakni 4,1%.
Penambahan pekerja untuk non-farm payrolls juga hanya 114.000 pada Juli, jauh di bawah Juni yang tercatat 179.000 dan di bawah ekspektasi pasar yakni 175.000.

"Perlambatan tajam dalam payrolls pada Juli dan kenaikan tajam tingkat pengangguran membuat pemangkasan suku bunga pada September tak terhindarkan dan akan meningkatkan spekulasi bahwa Fed akan memulai siklus pelonggaran dengan pemotongan 50 basis poin atau bahkan langkah antar rapat," kata Stephen Brown, deputi kepala ekonom Amerika Utara di Capital Economics, dikutip dari CNBC International.

Kenaikan pengangguran dan rendahnya non-farm payrolls ini menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS sudah mendingin dan terimbas oleh suku bunga tinggi.
Pelaku pasar pun optimis jika kondisi tenaga kerja di Juli akan menambah ruang pemangkasan suku bunga The Fed.

The Fed kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada Rabu waktu AS (31/7/2024). The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) September mendatang.

The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, Mei 2024, Juni 2024, dan Juli 2024.
Data tenaga kerja AS yang lemah menambah kecemasan investor setelah sebelumnya sektor manufaktur AS juga melemah. Kondisi ini diperparah dengan laporan keuangan raksasa teknologi yang melemah.
Indeks PMI Manufaktur S&P Global AS ada di angka 49,6 pada Juli 2024 atau terendah sepanjang tahun ini. Kondisi ini menunjukkan adanya penurunan dalam kondisi bisnis di sektor manufaktur AS.

Indeks PMI Jasa ISM di AS merosot ke 48,8 pada Juni 2024, penurunan tajam terbesar sejak April 2020. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan menjadi 66,4 pada Juli 2024, angka terendah dalam delapan bulan terakhir.

"Pelaku pasar melihat ada risiko yang meningkat tajam dalam 24 jam," kata Jim Reid, analis di Deutsche Bank, kepada Reuters.

Russ Mould, direktur investasi di AJ Bell, mengatakan meningkatnya pesimisme ekonomi ke depan menjadi sinyal buruk untuk pasar saham global.

"Narasi telah berubah dari pemotongan suku bunga yang dulu dikaitkan dengan berita baik menjadi pemotongan suku bunga berarti langkah-langkah untuk menghindari resesi." Ujar Bell, kepada CNN International.

Ekonomi AS masih tumbuh 2,8% (year on year/yoy) pada kuartal II-2024 tetapi pertumbuhan bisa turun drastis jika kondisi tenaga kerja memburuk dan The Fed belum juga memangkas suku bunga.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation