
Baru Sehari Naik, Harga Batu Bara Berbalik Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara acuan dunia ditutup melemah pada perdagangan Selasa (23/7/2024), setelah sempat mencetak rekor tertinggi dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan data dari Refinitiv pada Selasa kemarin, harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2024 ditutup melemah 0,86% di posisi US$ 138,2 per ton. Harga batu bara sempat naik ke level tertingginya dalam sepekan terakhir. Pelemahan batu bara kemarin berbanding terbalik dengan penguatan 0,29% pada hari sebelumnya.
Kenaikan batu bara pada Senin lalu terjadi karena ekspektasi peningkatan permintaan pasca musim panas sedikit mengimbangi tekanan dari tingkat pembangkitan yang lesu secara musiman dan melimpahnya pasokan. Namun di penutupan Selasa kemarin, investor tampaknya mulai melakukan aksi profit taking.
Menurut analis batubara di sebuah perusahaan perdagangan mengatakan kenaikan tersebut akan terbatas karena sebagian besar mencerminkan kurangnya arah pasar yang jelas, dengan peningkatan margin keuntungan untuk pembangkit listrik tenaga batubara setelah musim panas mengimbangi fundamental pasokan dan permintaan yang lemah.
Hal ini terkait dengan clean dark spread, atau margin keuntungan dari pembakaran batu bara untuk menghasilkan listrik, dimana berdasarkan analisis Montel, diperkirakan selisihnya pada Agustus mendatang, untuk pembangkit listrik dengan efisiensi 42% mencapai EUR -0,70/MWh.
Namun secara umum, analis mencatat pasar "tidak banyak melakukan perdagangan".
Oleh karena itu, para trader di Eropa masih belum banyak mengimpor batubara saat ini, sehingga stok di pelabuhan merosot pada pekan ini ke posisi terendah dalam dua tahun terakhir sebesar 4,49 juta ton.
"Ini ada hubungannya dengan musim pada periode ini," kata sumber di terminal curah kering yang berbasis di Rotterdam.
Namun yang utama, melandainya harga batu bara pada Selasa kemarin terjadi karena terkoreksinya harga gas Eropa. Harga kontrak acuan gas Eropa ambles 3,3% menjadi 31,56 euro per Mwh.
Sebagai catatan, pelemahan harga gas memiliki korelasi dengan batu bara disebabkan oleh gas yang merupakan substitusi batu bara dan sumber energi pilihan Eropa.
Meskipun kilang LNG Freeport di Texas telah melanjutkan beberapa aktivitasnya setelah ditutup akibat Badai Beryl, namun pekerjaan pemeliharaan yang berkepanjangan dan pemadaman listrik yang tidak direncanakan di Norwegia membebani pasokan ke wilayah tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)