
Pemilik Emas Pesta Lagi Karena Joe Biden Mundur dari Pilpres AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terpantau cenderung menguat pada perdagangan Senin (22/7/2024), setelah pada perdagangan akhir pekan lalu sempat merosot karena investor cenderung mengambil keuntungan di akhir pekan lalu.
Merujuk data Refinitiv, pada hari ini pukul 06:00 WIB, harga emas terpantau menguat 0,41% ke posisi US$ 2.410,72 per troy ons. Kenaikan harga emas salah satunya dipengaruhi oleh meningkatnya ketidakpastian di Amerika Serikat (AS) setelah Joe Biden mundur dari kandidat presiden AS.
Sedangkan pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga emas dunia ditutup ambles 1,81% di posisi US$ 2.400,79 per troy ons. Sepanjang pekan lalu, harga emas melemah 0,43% secara point-to-point.
Investor cenderung merealisasikan keuntungannya di akhir pekan lalu, setelah harga emas mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$ 2.483 per troy ons pada pekan lalu.
Di lain sisi, sentimen trader berfluktuasi karena beberapa faktor. Seperti perekonomian China bertumbuh kurang dari yang diharapkan, dan meningkatnya rumor bahwa mantan Presiden Donald Trump mungkin memenangkan pemilu tanggal 5 November mendorong Greenback, yang akan mengakhiri pekan lalu dengan kenaikan lebih dari 0,26%, menurut indeks dolar Amerika Serikat (AS) atau DXY.
Selain itu, Presiden AS Joe Biden yang sudah mengajukan pengunduran diri dari calon presiden AS berikutnya karena para petinggi Demokrat mengatakan jajak pendapat setelah serangan pembunuhan Trump menunjukkan bahwa ia tidak bisa mengalahkannya juga dapat mempengaruhi pergerakan emas.
Mundurnya Biden bisa membuat ketidakpastian meningkat sehingga permintaan emas akan meningkat meskipun hanya sementara.
Namun, rekor-rekor baru di emas akan diproyeksi akan terus tercipta. Bank investasi JP Morgan pun meningkatkan target harga emasnya untuk tahun ini dan 2025.
Harga emas diperkirakan akan naik ke US$ 2,500 per Troy ons pada akhir 2024, menurut perkiraan JP Morgan Research.
"Arah perjalanan masih lebih tinggi pada beberapa kuartal mendatang, memperkirakan harga rata-rata US$ 2,500/oz pada kuartal keempat 2024 dan US$ 2,600/oz pada 2025, dengan risiko masih condong ke arah yang melampaui batas sebelumnya," kata Gregory Shearer, Kepala Strategi Logam Dasar dan Mulia di JP Morgan.
Sebagai catatan prediksi harga emas didasarkan pada perkiraan ekonomi JP Morgan yang memperkirakan inflasi inti AS akan melambat menjadi 3,5% pada tahun 2024 dan 2,6% pada tahun 2025.
"Emas melonjak ke level tertinggi baru sepanjang masa meskipun data penjualan ritel inti lebih kuat dari perkiraan, didorong oleh Powell yang mengindikasikan kemarin bahwa The Fed semakin yakin bahwa inflasi kembali menuju targetnya," kata Tai Wong, Trader logam independen berbasis di New York seperti dikutipReuters(16/7/2024).
Pekan ini, harga emas akan dipengaruhi oleh pengumuman data pengeluaran pribadi warga Amerika Serikat (AS) atau PCE pada Jumat. Data ini adalah pertimbangan utama The Fed dalam menentukan suku bunga.
Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Senin lalu mengatakan tiga pembacaan inflasi AS selama kuartal kedua tahun ini "menambah keyakinan" bahwa laju kenaikan harga kembali ke target The Fed secara berkelanjutan, pernyataan yang menunjukkan peralihan ke penurunan suku bunga mungkin tidak akan lama lagi.
Berdasarkan perangkat FedWatch, pasar menilai ada peluang The Fed mulai pangkas suku bunga pada September. Probabilitas mencapai 91,7 suku bunga turun pertama kali sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%-5,25%.
Pemangkasan tersebut berlanjut pada dua pertemuan berikutnya, masing-masing 25 basis poin pada pertemuan November dan satu lagi pada Desember.
Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di kisaran target 4,50%-4,75% dengan penurunan tiga kali dalam setahun.
Optimisme ini yang membuat emas diperkirakan jadi komoditas yang berjaya pada 2024 hingga awal 2025.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)