
Harga Emas Dunia Bergairah Efek Sinyal The Fed, Pekan Ini Terbang 2,8%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia pada perdagangan pekan ini terpantau melesat, meski pasar optimis bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) bakal memangkas suku bunga acuannya dua kali pada tahun ini.
Pada pekan ini, harga emas dunia melonjak 2,83% secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Jumat (5/7/2024) kemarin, harga emas juga berhasil ditutup melesat 1,5% menjadi US$ 2.391,46 per troy ons.
Harga emas global tetap cerah di pekan ini meski pasar optimistis bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal memangkas suku bunga acuannya dua kali pada tahun ini.
Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Sebelumnya, risalah pertemuan The Fed pada bulan Juni mengakui perekonomian AS tampaknya melambat dan "tekanan harga berkurang".
Sementara itu pada perdagangan Jumat kemarin, harga emas global tetap melesat meski laporan pekerjaan periode Juni menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengangguran, dipandang sebagai tanda bahwa suku bunga tinggi memperlambat perekonomian Negeri Paman Sam.
Data tingkat pengangguran di AS pada Juni lalu naik sedikit menjadi 4,1%, dari sebelumnya mencapai 4% pada Mei lalu.
Selain itu, terdapat indikasi lain yang menunjukkan pasar kerja melemah, karena pendapatan rata-rata per jam naik 3,9% dari tahun sebelumnya, yang merupakan kenaikan terkecil sejak tahun 2021.
Tak hanya itu saja, non-farm payroll (NFP) meskipun meningkat sebesar 206.000 pada Juni lalu, direvisi lebih rendah pada April dan Mei dengan gabungan 111.000 pekerjaan.
"Data tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa The Fed menghadapi tantangan yang signifikan karena perekonomian terus memburuk," kata Naeem Aslam, kepala investasi di Zaye Capital Markets, dikutip dari MarketWatch.
Di lain sisi, sanksi dari AS kepada Rusia mendorong bank sentral untuk menambah cadangan emasnya untuk menghilangkan risiko kerugian dan gagal bayar.
Sanksi tersebut, bertujuan untuk memutus akses Rusia terhadap produk dan layanan yang diperlukan untuk mempertahankan produksi militer untuk perang di Ukraina.
"Dalam jangka panjang, kita melihat sanksi yang dijatuhkan AS (terhadap Rusia) mendorong banyak bank sentral dan pemerintah lain untuk beralih ke emas khususnya untuk menghilangkan risiko kerugian dan gagal bayar," tambah Ebkarian.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)