
Taksi Tanpa Supir Bakal Merajai Jalanan China, Kiamat Driver Tiba

Jakarta, CNBC Indonesia - Profesi pengemudi taksi daring atau driver online akan terancam di China, di mana pemerintah Beijing mempunyai rencana untuk mendukung penggunaan mobil self-driving dalam layanan ride-hailing online.
Rancangan peraturan yang memerlukan komentar publik hingga tanggal 29 Juli 2024 dimaksudkan untuk memberikan kerangka kelembagaan yang jelas, transparan, dan dapat diprediksi untuk beberapa kendaraan otonom (autonomous vehicles).
Sebelumnya, Waymo yang merupakan anak perusahaan Alphabet pernah membuka layanan taksi tanpa sopir berbasis aplikasi. Layanan itu tadinya disediakan secara terbatas namun akhirnya dibuka untuk pengguna luas di San Francisco.
Waymo One disebut telah memiliki 300 ribu pengguna yang siap menggunakannya. Sebelum San Francisco, layanan serupa pernah ada untuk Phoenix secara bebas dan terbatas di Los Angeles dan Austin dibuka terbatas.
Saudara Google itu mengatakan layanannya akan terus diperluas secara bertahap. Waymo juga memastikan keselamatan kendaraannya dengan bekerja sama pihak terkait.
"Kami berkomitmen untuk memperluas layanan kami secara bertahap dan bertanggung jawab. Kami bekerja sama erat dengan pemerintah kota dan negara bagian, aparat keselamatan dan keamanan, serta penggiat keselamatan jalan untuk memastikan layanan memberikan akses yang aman, bisa diandalkan, dan ramah lingkungan kepada komunitas lokal," kata Waymo, dikutip dari Reuters.
Bahkan, perusahaan produsen kendaraan listrik ternama di dunia yakni Tesla pun kembali melirik industri kendaraan otonom, di mana mereka cenderung menghindarkan industri ini selama bertahun-tahun.
CEO Tesla, Elon Musk bertanggung jawab atas hal ini, dengan memusatkan perhatian pada teknologi bantuan pengemudi yang dimiliki perusahaan tersebut sebagai jawaban terbaik terhadap permasalahan pertumbuhan perusahaan.
Di China, perusahaan teknologi Baidu memiliki proyek taksi tanpa pengemudi yang mirip dengan Waymo. Selain Baidu, ada XPeng, Li Auto, dan NIO yang juga sudah mulai berpikir sama untuk kembali mengembangkan kendaraan otonom.
Bulan ini, XPeng, pionir teknologi di China telah meluncurkan upgrade over-the-air yang akan membuat paket self-driving andalannya tersedia di semua jalan umum di China.
Pengguna melaporkan bahwa paket andalan XPeng, XNGP, memiliki fungsi serupa dengan perangkat lunak "full self-driving" (FSD) Tesla.
Kedua perusahaan mengandalkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI, ketimbang menggunakan pemetaan dan pengkodean yang menyeluruh untuk mencapai kemajuan tersebut.
XPeng juga tampaknya mengikuti Tesla dalam menerapkan teknologi lidar yang mahal untuk mengamati lingkungan sekitar kendaraan. Pendekatan ini lebih bergantung pada kamera namun akan meningkatkan nilai ekonomi dari komersialisasi teknologi jika berhasil.
Menurut Sharma, seorang analis di perusahaan riset teknologi Counterpoint, memperkirakan China akan mendominasi peluncuran kendaraan Level 3 di tahun-tahun mendatang.
Adapun Level 3 yakni sebutan untuk kendaraan yang beroperasi sepenuhnya secara mandiri dalam kondisi tertentu.
Mercedes-Benz dan BMW mulai menjual sistem Level 3 yang sangat bersyarat di Jerman, dan BMW telah meluncurkan sistemnya di AS, namun kemajuan mereka jauh lebih lambat dibandingkan pesaing baru mereka di China.
![]() |
Namun, regulator China tampaknya terbuka terhadap langkah penting berikutnya. Bulan lalu, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengatakan telah menyetujui sembilan produsen mobil, termasuk raksasa kendaraan listrik BYD, untuk menguji coba kendaraan otomatis Level 3 di jalan umum.
Hal ini berarti pengemudi manusia tidak perlu lagi memperhatikan, tergantung pada kondisi tertentu, menyerahkan tanggung jawab kepada pembuat mobil.
Selain BYD dan XPeng, produsen mobil seperti Changan Automobile, GAC Aion, SAIC, dan Huawei juga telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Industri China.
Bahkan operator armada taksionlinejuga akan terlibat dalam uji coba mobil otonom di jalan raya ini.
Dalam uji coba ini dikatakan mobil akan dites mencakup fitur bantuan pengemudi seperti kendali jelajah pada tingkat satu.
Kemudian jika lolos, maka mobil akan kembali diuji coba sepenuhnya tanpa pengemudi di tingkat lima.
China sendiri sudah mengeluarkan pedoman skema nasional pada November 2023 lalu untuk menerima aplikasi dari perusahaan yang menggunakan kendaraan otonom.
Pada rencana ini, pengemudi di kendaraan diizinkan untuk melepaskan tangan mereka dari setir.
Nantinya pihak produsen mobil dan operator taksi armada online akan bertanggung jawab atas keselamatan penumpang.
Kementerian Transportasi China juga menyebut akan membuka jalan bagi komersialisasi lebih lanjut dari teknologi otonom yang lebih canggih.
Petinggi perusahaan juga mengatakan jika hal tersebut merupakan langkah lebih dekat untuk memungkinkan kendaraan otonom tingkat tiga dijual kepada masyarakat dan operator armadaonline.
Tesla sendiri sudah mengirimkan perangkat lunak full self-driving (FSD) kepada konsumen di China pada tahun ini.
FSD yang dirilis tersebut dikatakan berada di tingkat dua, namun Elon Musk, CEO Tesla mengaku nantinya akan ada banyak kendaraan otonom Tesla yang hadir di China.
Dengan makin masifnya kendaraan otonom di China dan pertumbuhan industrinya yang semakin pesat, bukan tidak mungkin profesi driver di perusahaan ride-hailing di China bakal terancam ke depannya.
Jumlah Supir Taksi Online Melonjak
Dikutip dari South China Morning Post, lonjakan jumlah pengemudi ride-hailing di China telah melampaui pertumbuhan pemesanan.
Menurut Platform Informasi Regulasi Ride-Hailing Nasional, jumlah pengemudi berlisensi melonjak dari 2,9 juta pada akhir 2020 menjadi 6,8 juta pada Maret 2024, meningkat sebesar 57%. Sementara itu, permintaan masyarakat untuk layanan ride-hailing meningkat sekitar 45% selama periode yang sama.
Selain itu, jumlah platform ride-hailing di China terus berkembang. Pada April 2024, terdapat 349 platform, naik dari 309 pada tahun sebelumnya.
Pelaku utama dalam pasar ride-hailing China termasuk Ruqi Travel, Xiangdao Chuxing, Caocao, dan Didi. Ruqi Travel dimiliki oleh produsen otomotif yang didukung oleh negara, GAC Group, sedangkan Xiangdao Chuxing dimiliki oleh SAIC Motor. Caocao dioperasikan di bawah Zhejiang Geely Holding Group.
Data pemerintah menunjukkan bahwa izin pengemudi ride-hailing meningkat dari 3,95 juta pada tahun 2021 menjadi sekitar 6,57 juta pada akhir 2023. Selain itu, laporan dari perusahaan investasi Cyanhill Capital menemukan bahwa lebih dari 20.000 pengemudi baru mendaftar setiap hari pada tahun 2023 - meningkat enam kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, menurut China Internet Network Information Center, sektor ini mengalami kerugian bersih sebanyak 16 juta pengguna aplikasi ride-hailing pada tahun 2022, meskipun jumlah total pengguna terdaftar masih meningkat sedikit dari 453 juta menjadi 528 juta antara tahun 2021 dan 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)