Newsletter

The Fed Gak Mau Terpengaruh Pemilu, Dunia Kini Tunggu Inflasi AS

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
11 July 2024 06:12
Stocks
Foto: Pixabay/
  • Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin setelah ada kabar baik dari AS
  • Wall Street akhirnya kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau
  • Sinyal positif dari The Fed  diharapkan menjadi motor penggerak IHSG, rupiah, dan obligasi hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI kembali berpesta dengan kompak mencatatkan pergerakan positif baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah. Pasar keuangan RI kembali bergairah usai optimisme para pelaku pasar mengenai pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) hingga kembalinya dana asing terhadap saham-saham LQ45.

Pergerakan IHSG dan rupiah akan dipengaruhi oleh banyaknya data dan agenda penting sepanjang pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (10/7/2024), IHSG mencatatkan penguatan sebesar 0,24% di level 7.287,04. Penguatan IHSG menjadi penguatan dua hari beruntun usai dibuka melemah pada awal pekan ini.

Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp8,99 triliun, lebih rendah dibandingkan transaksi sebelumnya sebesar Rp11,01 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 22,67 miliar lembar, dimana 262 saham naik, 268 turun dan 259 tidak berubah.

Penguatan IHSG didorong dari beberapa sektor yakni kesehatan yang menguat 0,38%, infrastruktur naik 0,28%, industrial terapresiasi 0,52%, non-cyclical lebih tinggi 0,45% dan properti menghijau 0,27%.

Tercatat lima saham masuk dalam Top Net Foreign Buy, dimana empat saham masuk dalam indeks LQ45.

Saham milik konglomerasi Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) meskipun sudah tidak masuk dalam jajaran indeks LQ45, namun para investor asing masih gemar mengoleksi saham yang satu ini.

Kemeriahan IHSG juga didorong dari kenaikan saham-saham IPO yang mendorong transaksi di bursa saham.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Rabu (10/7/2024) rupiah ditutup menguat 0,06% terhadap dolar AS di posisi Rp16.235/US$1. Penguatan tersebut memperpanjang penguatan rupiah dalam enam hari beruntun sejak pekan lalu.

Rupiah kembali menguat di tengah ada kabar positif bahwa ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), yakni Jerome Powell khawatir dengan era suku bunga higher for longer.

Chairman  The Fed menyampaikan testimoni selama dua haru beruntun. Powell menyampaikan testimoni di depan Senat AS pada Selasa dan DPR pada Rabu.

Di depan senat, Powell mengatakan pertumbuhan ekonomi AS masih solid tetapi mengakui bahwa bank sentral sekarang melihat ekonomi memiliki risiko dua sisi berupa meningkatnya pengangguran pada saat yang sama karena inflasi masih di atas target 2%.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (10/7/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat melemah 0,33% di level 6.999 dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Begitupun sebaliknya, jika hasil obligasi menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Pasar saham Amerika Serikat (AS) kembali berpesta pada perdagangan Rabu waktu AS atau Kamis dini hari nanti. Wall Street kompak ditutup positif dengan kemeriahan indeks S&P 500 dan Nasdaq yang lagi-lagi mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Begitu juga Dow Jones yang berhasil menguat dan masih berada di level tertinggi selama satu bulan. Naiknya indeks Nasdaq didorong dari saham-saham teknologi dan megacap.

Indeks Dow Jones ditutup melesat 1,09% di level 39.721,36 begitu juga dengan S&P 500 dibuka lebih tinggi 1,02% di level 5.633,91, diikuti dengan Nasdaq yang terbang 1,18% di level 18.647,45.

Indeks Nasdaq dan S&P 500 mencapai rekor tertinggi pada penutupan perdagangan Rabu, didorong oleh kekuatan Nvidia dan saham mega cap lainnya yang mendukung kemenangan beruntun Wall Street. Namun pasar harus bersiap dengan hasil data inflasi utama AS dan laporan kinerja keuangan emiten-emiten pada kuartal II 2024 yang diprediksi akan banjir rilis pada akhir minggu ini.

Nvidia (NVDA.O) melonjak 2,63% hingga mencapai level tertinggi selama hampir tiga minggu.

Adapun saham-saham "Magnificent Seven", Alphabet (GOOGL.O) dan Microsoft (MSFT.O) masing-masing naik 1,2% dan 1,5%. Apple (AAPL.O) juga naik 1,8%, menyentuh rekor tertinggi, ditengah menguatnya imbal hasil Treasury AS.

S&P 500 dan Nasdaq terus mencetak rekor sejalan dengan meningkatnya harapan untuk penurunan suku bunga pada September mendapat dorongan dari Jerome Powell, yang mengatakan AS "bukan lagi ekonomi yang terlalu panas".

Sementara Powell menahan diri untuk tidak berkomitmen pada jadwal penurunan suku bunga dalam kesaksiannya kepada Kongres pada Selasa, ia sekarang dijadwalkan untuk hadir di hadapan Komite Layanan Keuangan DPR untuk ditanyai lebih lanjut oleh para anggota parlemen.

"Powell tampil sedikit lebih dovish dari yang kami perkirakan, ia sengaja mencoba memberi sinyal ke pasar bahwa jika ada angka inflasi yang bagus minggu ini, September kembali menjadi bahan pertimbangan sebagai kemungkinan penurunan suku bunga," ujar Chris Zaccarelli, kepala investasi untuk Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNBC International.

Fokus sekarang akan beralih ke data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis malam nanti (11/7/2024). 

Musim rilis kinerja keuangan kuartal II 2024, yang dimulai pada minggu ini dengan laporan bank-bank besar pada Jumat, akan menjadi ujian utama apakah perusahaan-perusahaan besar yang berkapitalisasi besar dapat membenarkan valuasi yang mahal dan melanjutkan kenaikannya yang kuat.

Jelang akhir pekan, investor berharap pergerakan IHSG dan rupiah akan tetap berada di jalur positif. Penguatan pasar keuangan RI hari ini akan didorong beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri. Terutama dari hasil pidato Ketua The Federal Reverse (The Fed) yang tengah dinanti untuk melihat kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) selanjutnya.

Powell Tegaskan Akan Pangkas Suku Bunga Jika Sudah Siap, Abaikan Pemilu

Powell pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (11/7/2024)menyampaikan testimoni dan menggelar dengar pendapat di depan Komite Layanan Keuangan DPR AS.
Sebelumnya, pada Selasa waktu AS atau Rabu dini hari waktu Indonesia, Powell suda menyampaikan testimoni di depan Senat AS Bidang Perbankan, Perumahan, dan Urusan Urban.

Di depan anggota DPR, Powell menegaskan jika The Fed independen dan kebijakan suku bunga tidak akan terkait dengan pemilu AS.
The Fed akan memutuskan memangkas suku bunga jika memang sudah saatnya.
"Pertimbangan kami adalah untuk membuat keputusan ketika dan sebagaimana keputusan itu perlu dibuat, berdasarkan data, data yang masuk, pandangan yang berkembang, dan keseimbangan risiko, dan bukan mempertimbangkan faktor-faktor lain, termasuk faktor politik," kata Powell, dikutip dari Reuters.

Sebagai catatan, AS akan menggelar pemilu pada 5 November mendatang. Ekspektasi pasar kini mengarah pada pemangkasan 25 bps pada September atau rapat terakhir sebelum pemilu. Dengan alasan itu pula banyak yang kemudian menilai keputusan The Fed bisa dipengaruhi pemilu.

"Kami memiliki sejarah panjang melakukan hal itu, termasuk selama tahun-tahun pemilihan. Tidak pantas bagi kami untuk terlibat dalam memikirkan siklus pemilihan sama sekali, baik satu arah maupun arah lain." Imbuh Powell.

Powell mengatakan tersebut dalam merespons pertanyaan dari anggota Komite, Mike Lawler, seorang anggota Partai Republik dari New York, tentang apakah pemangkasan suku bunga pada September bisa dianggap sebagai upaya untuk membantu medan permainan menjelang pemilu pada 5 November.

Keadaan ekonomi, terutama lonjakan harga properti, makanan, dan biaya lainnya dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi isu penting bagi Partai Republik mengingat sentimen publik yang tetap buruk karena harga banyak barang tetap tinggi meskipun inflasi sendiri melambat. Pemangkasan suku bunga yang awalnya diharapkan awal tahun ini ditunda setelah inflasi terbukti lebih sulit untuk ditekan daripada yang diharapkan.

Sebelumnya, dalam sesi dengar pendapat dengan Senat pada Selasa waktu AS, Powell mengisyaratkan adanya pemangkasan. Menurutnya, suku bunga tinggi yang terlalu lama bisa "melemahkan" ekonomi.
Sebagai catatan, suku bunga The Fed saat ini berada di kisaran 5,25%-5,50%, level tertinggi dalam 23 tahun terakhir. The Fed sudah mengerek suku bunga selama 11 pertemuan dari Maret 2022 hingga Juli 2023. Suku bunga 5,25-5,50% sudah bertahan selama setahun atau hingga saaat ini.

Kendati inflasi sudah melandai, Powell mengingatkan jika inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang kini dihadapi AS.
"Mengingat kemajuan yang telah dicapai baik dalam menurunkan inflasi maupun dalam mendinginkan pasar tenaga kerja selama dua tahun terakhir, inflasi yang tinggi bukanlah satu-satunya risiko yang kita hadapi," ujar Powell.

Dia menjelaskan kebijakan saat ini masih restrictive dan hal itu masih menjadi pilihan terbaik.

"Terlalu lambat atau terlalu sedikit mengurangi kebijakan yang restraint (mengekang) bisa melemahkan kegiatan ekonomi dan ketenagakerjaan secara tidak semestinya," imbuhnya.

Inflasi AS

Hari ini, Kamis (11/7/2024) AS akan mengumumkan data inflasi Juni 2024. inflasi AS diperkirakan melandai ke 3,1% (year on year/yoy) pada Juni tahun ini.
Sebagai catatan, inflasi AS pada Mei tercatat 3,3% (yoy) dan 0% (month to month/mtm).

Inflasi inti - di luar pangan dan energi- tercatat 3,4% (yoy) pada Mei 2024.  Dengan inflasi yang melandai maka ada harapan The Fed memangkas suku bunga secepatnya.

Penjualan Motor RI

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat bahwa penjualan motor domestik pada Juni 2024 tumbuh 1,07% secara bulanan (mom) dan naik sebesar 3,5% (yoy) menjadi 511.098 unit. Secara kumulatif selama semester I 2024, penjualan motor domestik turun 1% secara tahunan (yoy) menjadi 3,17 juta unit, setara 49% hingga 51,1% dari target 2024 AISI di level 6,2-6,5 juta unit.

Inflasi China

Negeri tirai bambu, China yang merupakan mitra dagang terbesar RI telah merilis data inflasi periode Juni 2024, Ranu (10/7/2024).

Menurut data dari Biro Statistik Nasional pada Rabu, data inflasi yakni indeks harga konsumen (IHK) China naik 0,2% pada Juni dari tahun lalu, tidak sesuai harapan pasar, yang di mana diperkirakan naik 0,4% pada bulan Juni, menurut jajak pendapat oleh Reuters.

Sementara itu, indeks harga produsen (IHP) turun sesuai dengan perkiraan. Indeks harga produsen (IHP) yang mengukur harga di tingkat pabrik, turun 0,8% dari tahun lalu, sesuai dengan harapan pasar.

IHK inti, yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi yang lebih fluktuatif, naik 0,6% secara tahunan (yoy) pada bulan Juni, sedikit lebih lambat dari kenaikan 0,7% untuk enam bulan pertama tahun ini.

Harga daging babi melonjak 18,1% pada bulan Juni dari tahun lalu, sementara harga daging sapi turun 13,4%. Harga pariwisata naik 3,7% tahun-ke-tahun pada bulan Juni, turun 0,8% dari bulan Mei.

"Risiko deflasi belum mereda di China. Permintaan domestik masih lemah," menurut catatan Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.

Ia menambahkan bahwa China akan bergantung pada ekspor untuk mendukung pertumbuhan pada semester pertama tahun ini.

Negara tersebut dijadwalkan merilis data perdagangan untuk bulan Juni pada hari Jumat.

Permintaan domestik yang lesu di China telah membuat inflasi tetap rendah, berbeda dengan negara-negara ekonomi besar seperti AS yang harga-harganya tetap tinggi.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

• Pinjaman Baru dan Uang Beredar China (15.00 WIB)
• Data Inflasi AS periode Juni 2024 (19.30 WIB)
• Klaim Pengangguran Awal dan Berkelanjutan AS (19.30 WIB)
* Konferensi pers virtual "Kesiapan Infrastruktur PUPR Menjelang Pelaksanaan Upacara Bendera HUT ke-79 Kemerdekaan RI di IKN" bersama Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur IKN.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• RUPST KIOS (14.00 WIB)
• RUPST MDRN (10.00 WIB)
• RUPST & RUPSLB TOPS (10.00 WIB)
• RUPST YELO (10.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(saw/saw) Next Article Siap-Siap Borong! Inflasi AS Turun, Dolar Melemah: RI Bisa Pesta Pora

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular