Harga Batu Bara Menguat: Jangan Senang Dulu, Rawan Runtuh!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
02 July 2024 07:15
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia menguat tipis di tengah tekanan permintaan yang merosot dari China dan Eropa. Hal ini memicu kekhawatiran mengenai potensi permintaan batu bara sehingga bisa menekan harga ke depan.

Pada penutupan perdagangan Senin (1/7/2024), harga batu bara Ice Newcastle kontrak Agustus ditutup di US$135 per ton, menguat 0,35%.

Alex Claude, CEO of dry bulk data and analysis firm DBX mengungkapkan harga batu bara telah turun drastis karena ada penurunan permintaan dari Asia terutama dari China.

"Harga batu bara telah turun cukup drastis, China berada dalam kondisi yang cukup bearish selama sekitar satu bulan ini, karena lebih banyak produksi pembangkit listrik tenaga air," ungkap Claude.

Laporan Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahwa China memasang hampir 350 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan baru pada tahun 2023. Jumlah tersebut lebih dari separuh total kapasitas global. Jika negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini mempertahankan kecepatan ini, kemungkinan besar China akan melampaui target tahun 2030 pada tahun ini.

Target formal China adalah memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin dan surya sebesar 1.200 GW pada tahun 2030, namun IEA mengatakan pada bulan April tahun ini kapasitas tersebut sudah mencapai 1.130 GW.

Laporan IEA mengatakan bahwa pemodelan berdasarkan ambisi dekarbonisasi China memberikan "perkiraan lintasan ambisi pada tahun 2030" sebesar lebih dari 3.000 GW untuk semua jenis energi terbarukan, termasuk tenaga air, pada akhir dekade ini.

Di Eropa, Claude juga mengatakan berkurangnya stok di pelabuhan merupakan tanda lemahnya permintaan spot.

"Stoknya sedikit tapi jika dilihat dari persentase permintaan, sebenarnya sangat nyaman," ujarnya.

Batu bara melandai juga ditengarai oleh kejadian keluarnya gas metana dan datangnya musim hujan di India. Cuaca di India diperkirakan akan jauh lebih dingin sejalan dengan datangnya musim hujan dalam 2-3 hari mendatang.

Laporan cuaca di New Delhi dan wilayah lain sudah mengingatkan akan kemungkinan hujan lebar dalam beberapa hari ke depan.

Datangnya musim hujan akan mengurangi penggunaan listrik untuk pemanas ruangan. Alhasil, permintaan batu bara akan melandai.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation