
Suku Bunga RI Makan Korban: Bank Kecil Tercekik

Jakarta, CNBC Indonesia - Era suku bunga tinggi yang bertahan lebih dari setahun membuat bank-bank kecil merana terutama untuk bank umum Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) I.
Sebagaimana diketahui, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang berada di level 6,25%, atau terakhir kali naik pada April lalu, sudah menandai tujuh kali BI rate dinaikkan sejak Agustus 2022. Suku bunga sebesar 6,25% adalah yang tertinggi sejak Juli 2016 atau hampir delapan tahun terakhir.
Kenaikan suku bunga acuan telah membawa implikasi pada suku bunga deposito perbankan, terutama untuk bank kecil atau KBMI I yang mengalami kenaikan cukup signifikan dalam setahun terakhir.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) rata-rata suku bunga deposito pada KBMI III paling tinggi terjadi di tenor enam bulan, dalam setahun sudah naik 95 basis poin (bps) menjadi 6,01%.
Naiknya suku bunga deposito membawa peningkatan pada beban bank. Salah satunya tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) per April 2024 untuk bank umum KBMI I sudah mencapai 98,40%.
Nilai tersebut naik cukup lumayan jika dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 87,38%, sedangkan secara tahunan naik dari 90,83%.
Di satu sisi, pertumbuhan aset malah terkontraksi 3,50% secara tahunan (yoy) menjadi Rp1.387 triliun pada April 2024. Faktor yang membuat kontraksi aset terjadi akibat kredit yang disalurkan surut 2,50% yoy menjadi Rp757,53 triliun.
Gabungan antara beban yang meningkat sementara kredit yang disalurkan menyusut, ini akhirnya berdampak pada Net interest Margin (NIM) yang terseret turun menjadi 4,35% pada April 2024, dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 4,59%.
Sejak Agustus tahun lalu NIM bank KBMI I sebenarnya memang sudah nampak dalam tren penurunan.
Akibat itu, laba bersih bank umum KBMI I kena imbasnya, hingga April 2024 hanya mencetak Rp728 miliar. Nilai ini terkontraksi dalam hingga 78,32% secara bulanan, sementara dalam basis tahunan anjlok lebih dari 80%.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyebut lesunya kinerja perbankan itu karena kondisi ekonomi saat ini terbilang kurang baik.
Industri keuangan dihantam oleh tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral dan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. "
Tren ke depannya terutama di tahun ini di mana geopolitik belum membaik maka kinerja bank masih tetap tertekan di tahun ini," ujar Trioksa saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (24/6/2024).
Meski demikian, bank KBMI I ini masih bisa mempertahankan likuiditas yang baik dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang bertahan di level 78%, kemudian permodalan yang masih relatif kuat dengan nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) secara rata-rata mencapai lebih dari 30% hingga April 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
