
Harga Emas Makin Liar: Usai Hancur Lebur Kini Terbang 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia turun tipis pada hari ini, Jumat (28/6/2024) setelah terbang kemarin. Harga emas masih volatile menjelang data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi atau PCE warga Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis malam hari ini.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Kamis (27/6/2024) harga emas berakhir terbang 1,29% ke US$2.327,45 per troy ons. Lonjakan harga emas ini mengakhiri periode buruk di mana emas anjlok pada dua hari sebelumnya dengan pelemahan mencapai 1,5%.
Lonjakan harga kemarin juga semakin menegaskan gerak liar emas dalam sepekan terakhir. Harga emas sempat terbang 1,38% pada Kamis pekan lalu tetapi kemudian ambruk 1,66% pada Jumat pekan lalu. Harga emas kemudian menguat tajam 0,54% pada Senin pekan ini, jatuh 0,6% pada Selasa pekan ini, ambruk 0,91% pada Rabu pekan ini dan terbang 1,29% pada perdagangan kemarin.
Sementara hari ini pukul 06:29 WIB, harga emas nyaris tidak bergerak dan melandai tipis 0,005% ke angka US$2.327,34 per troy ons.
Dikutip dari Kitco, menurut laporan terbaru dari Goldman Sachs Research, komoditas memiliki catatan yang terbukti sebagai lindung nilai terhadap inflasi, dan emas mungkin merupakan investasi ideal mengingat kebijakan pasca-pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang belum jelas.
"Para investor waspada terhadap risiko inflasi AS karena laba perusahaan melampaui ekspektasi, AS secara persisten menghadapi defisit anggaran besar, dan karena kesempatan untuk kebijakan yang bersifat inflasi setelah pemilihan presiden pada bulan November," tulis analis Goldman Sachs dalam posting yang dipublikasikan pada Rabu (26/6/2024).
"Komoditas telah menunjukkan ketahanan yang kuat di hadapan inflasi dan telah menjadi lindung nilai penting bagi obligasi dan saham ketika harga dan upah naik." imbuhnya.
Kepala riset minyak Daan Struyven dan analis Lina Thomas, menemukan bahwa "Peningkatan inflasi AS sebesar 1 poin persentase yang mengejutkan, rata-rata menyebabkan kenaikan return riil (disesuaikan dengan inflasi) sebesar 7 poin persentase untuk komoditas, sementara pemicu yang sama menyebabkan saham dan obligasi turun masing-masing 3 dan 4 poin persentase." ujarnya.
![]() Sumber: Goldman Sachs |
Tim riset Goldman Sachs menemukan bahwa "komoditas memberikan lindung nilai langsung terhadap gangguan pasokan komoditas yang negatif, yang cenderung menekan return obligasi dan saham saat suku bunga naik, serta memberikan lindung nilai terhadap penurunan return saham saat kenaikan harga menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat," kata mereka.
Dia menambahkan komoditas juga cenderung mengalami reli ketika inflasi diperkuat oleh pertumbuhan ekonomi dan mereka dapat memberikan perlindungan kekayaan saat kredibilitas bank sentral menurun."
Di lain sisi, dalam sebuah wawancara terbaru dengan Kitco News, Joy Yang, Kepala Manajemen Produk Indeks & Pemasaran di MarketVector Indexes, mengatakan bahwa dia mengharapkan harga emas akan naik secara bertahap seiring pembentukan harga yang membangun dasar baru setelah setiap reli.
"Emas jelas berada dalam kisaran baru yang nyaman, dan saya tidak melihatnya turun di bawah US$2.200 lagi," katanya. "Dalam beberapa bulan ke depan, saya harap kita bisa melihat level support itu naik menjadi US$2.400. Saya hanya tidak melihat risiko dan faktor yang mendorong harga emas benar-benar bergerak ke mana-mana dalam beberapa tahun ke depan."
"Investor yang membeli dan memegang emas lebih fokus pada makro," katanya, menekankan bahwa emas berfungsi sebagai penyimpan nilai jangka panjang di tengah kegelisahan pasar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)