Hancur Lebur! Harga Emas Jatuh 1,5% ke Level US$ 2.200

Revo M, CNBC Indonesia
27 June 2024 06:50
Emas
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia ambruk di tengah lonjakan dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil US Tresury. Keduanya naik di tengah tendensi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang masih high for longer bahkan hawkish serta penantian data inflasi AS pekan ini.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Rabu (26/6/2024) harga emas berakhir melemah 0,91% atau nyaris 1% ke angka US$2.297 per troy ons. Penutupan kemarin adalah yang terlemah sejak 22 Juni 2024 atau 12 hari terakhir. Untuk pertama kalinya, harga emas juga terlempar ke level US$ 2.200 per troy ons. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif emas menjadi dua hari beruntun dengan pelemahan menembus 1,5%.

Sementara hari ini pukul 06:28 WIB, harga emas sedikit mengalami apresiasi sebesar 0,01% ke angka US$2.298 per troy ons.

Harga emas ambruk setelah dolar dan imbal hasil US Treasury terbang. Indeks dolar melemah menjadi 106,05 pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 16 April 2024 atau 1,5 bulan terakhir. 
Imbal hasil US Treasury juga melesat ke 4,32% kemarin atau tertinggi dalam 10 hari terakhir.

Kenaikan dolar AS dan imbal hasil US Treasury berdampak negatif ke emas. Dolar AS yang menguat membuat konversi pembelian emas semakin mahal sehingga mengurangi pembelian. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Dikutip dari Kitco, Pernyataan terbaru dari pejabat Federal Reserve telah lebih lanjut memengaruhi sentimen pasarnya termasuk dolar dan imbal hasil US Treasury.

Gubernur Fed Lisa Cook mengakui kemajuan dalam mengendalikan inflasi dan perlambatan bertahap pasar tenaga kerja, namun tidak merinci jadwal untuk pemangkasan suku bunga.

Sementara itu, Gubernur Fed Michelle Bowman menyatakan bahwa belum saatnya untuk mulai menurunkan suku bunga dan bahkan mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga jika inflasi tetap tinggi.

Perkembangan ini terjadi menjelang laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang penting, yang akan dirilis pada Jumat. Para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones Newswires dan Wall Street Journal memperkirakan perlambatan laju harga konsumen untuk bulan sebelumnya. PCE "inti", yang tidak termasuk biaya makanan dan energi, diperkirakan mencapai level terendahnya sejak Maret 2021.

Jika laporan PCE sesuai dengan prediksi, ini bisa menandakan bahwa inflasi bergerak menuju target yang diinginkan oleh Fed yakni 2%. Hal ini mungkin mendorong Federal Reserve untuk mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga acuan mulai September, meskipun ada pernyataan hawkish belakangan ini dari beberapa pejabat Fed.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya menekankan perlunya kepercayaan yang lebih besar terhadap data ekonomi sebelum melakukan penyesuaian kebijakan. Laporan PCE yang menguntungkan bisa menjadi awal dari "serangkaian data ekonomi baik" yang diharapkan oleh Fed, yang potensial membuka jalan untuk pemangkasan suku bunga lebih awal dibanding yang diindikasikan oleh Gubernur Cook dan Bowman baru-baru ini.

Kombinasi kekuatan dolar, kenaikan yield, dan sinyal bervariasi dari pejabat Fed terus menciptakan lingkungan yang menantang bagi harga emas dalam jangka pendek. Namun, laporan PCE yang akan datang dapat secara signifikan mempengaruhi keputusan kebijakan Fed di masa depan, dan dengan demikian memengaruhi sentimen pasar terhadap harga emas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation