Review Sepekan

Emas Dunia Merana Pekan Ini, Rehat Dulu?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
25 May 2024 08:40
Emas. (Dok. Pexel)
Foto: Emas. (Dok. Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga emas dunia pada perdagangan pekan ini terpantau cenderung merana, setelah sempat mencetak kembali rekor tertinggi sepanjang masanya.

Pada pekan ini, harga emas dunia ambles 3,36% secara point-to-point (ptp). Namun pada perdagangan Jumat (25/5/2024) kemarin, harga emas berhasil berbalik arah dengan menguat 0,23% ke level US$ 2.333,76/troy ons.

Harga emas dunia sempat terkoreksi selama dua hari beruntun pada pekan ini, di mana koreksi ini dinilai wajar karena sebelumnya sempat mencetak posisi tertinggi sepanjang masa. Tepatnya pada penutupan perdagangan 20 Mei 2024, harga emas mencetak rekor di US$ 2.429,11 per troy ons.

Kemudian pada Jumat kemarin, sejatinya emas berhasil rebound. Tetapi karena penguatannya masih cenderung terbatas, maka sepanjang pekan ini kinerjanya kurang memuaskan.

Rebound terbatas emas dunia kemarin kemungkinan besar dipengaruhi respon pasar terhadap hasil risalah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Risalah pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30 April -1 Mei yang dirilis pada Rabu malam atau Kamis dini hari waktu Indonesia menunjukkan kekhawatiran dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pelonggaran kebijakan.

Pertemuan tersebut menyusul serangkaian data yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan para pejabat the Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.

"Para pejabat mengamati bahwa meskipun inflasi telah menurun selama setahun terakhir, namun dalam beberapa bulan terakhir masih kurang ada kemajuan menuju target 2%," demikian isi risalah the Fed.

Risalah juga menjelaskan bahwa "Sebagian pejabat menyatakan kesediaan-nya untuk memperketat kebijakan lebih lanjut guna mengatasi risiko inflasi yang masih panas".

Beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell dan Gubernur The Fed Christopher Waller, sejak pertemuan tersebut mengatakan bahwa mereka masih meragukan langkah selanjutnya yang akan diambil adalah kenaikan suku bunga.

FOMC dengan suara bulat memutuskan pada pertemuan tersebut untuk mempertahankan suku bunga acuan pinjaman jangka pendek di kisaran 5,25%-5,5% yang merupakan level tertinggi dalam 23 tahun terakhir.

"Para peserta menilai bahwa mempertahankan kisaran target suku bunga dana federal pada pertemuan ini didukung oleh data antar-pertemuan yang menunjukkan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi yang solid," ungkap risalah tersebut.

Akibat itu, kini peluang penurunan suku bunga kian menyusut, melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 59% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September. Peluang ini turun dari sebelumnya yang mencapai 65,7%.

Ketidakpastian ini membuat The Fed masih akan melanjutkan kebijakan ketat-nya atau mempertahan suku bunga tetap di level yang tinggi. Imbasnya risk asset akan tertekan, sehingga instrumen emas, yang sekaligus menjadi safe haven akan kembali diburu oleh investor untuk aset lindung nilai.

Di lain sisi, permintaan emas yang cenderung tinggi dari bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) membuat harga emas dunia kembali bangkit.

Dikutip dariĀ kitco.com, China tetap menjadi kendali kuat atas pergerakan harga di pasar emas global, dan data terbaru menunjukkan bahwa hal ini kemungkinan akan terus berlanjut.

Menurut analisis terbaru oleh Jan Nieuwenhuijs dari Gainesville Coins, disebutkan bahwa sejak tahun 2022 bank sentral kebanyakan membeli emas secara terselubung (sering disebut sebagai pembelian "tidak dilaporkan".

"Saat ini, sudah diketahui secara luas bahwa Dewan Emas Dunia (WGC) menerbitkan statistik tunggal mengenai pembelian agregat oleh bank sentral setiap kuartal, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gabungan laporan otoritas moneter," ujar Nieuwenhuijs.

"Dengan mempertimbangkan pembelian yang tidak dilaporkan, bank sentral China kini memiliki cadangan emas seberat 5.542 ton, menurut penelitian saya," tambah Nieuwenhuijs.

Beralih ke permintaan swasta, Nieuwenhuijs mengatakan impor bersih emas sektor swasta China sangat kuat. "Dari Januari hingga Maret, impor mencapai 543 ton, naik 74% dari Q4 2023," katanya. "Ini pasti yang mendongkrak harga emas. Impor pada bulan April sedikit menurun menjadi 125 ton."

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation