Newsletter

Kabar dari Sri Mulyani & AS Bikin Was-Was: IHSG & Rupiah Semoga Kuat!

Revo M, CNBC Indonesia
28 June 2024 06:00
IDX
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
  • Pasar keuangan Indonesia mayoritas ditutup di zona hijau, IHSG dan rupiah sama-sama menguat
  • Wall Street mengakhiri perdagangan di zona hijau
  • Data inflasi pengeluaran pribadi warga AS dan kekhawatiran mengenai penurunan pendapatan bisa menjadi sentimen pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mayoritas ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (27/6/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merangkak naik dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedikit mengalami apresiasi sementara Surat Berharga Negara (SBN) tampak dijual investor.

Pasar keuangan diperkirakan masih bergerak cukup volatil pada hari ini, Jumat (28/6/2024) dengan terdapat beberapa sentimen yang dan agenda hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini

IHSG pada perdagangan kemarin, Kamis (26/6/2024), IHSG ditutup di zona hijau di 6.967,9 atau menguat 0,9% dalam sehari. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 6 Juni 2024.

Ada sebanyak 24,33 juta lembar saham yang berpindah tangan hingga 677.575 kali, sehingga total transaksi kemarin mencapai Rp15,11 triliun. Adapun 306 saham menguat, 239 saham turun, sementara sisanya 239 saham cenderung stagnan.

Saham sektor finansial menjadi pendorong utama melonjaknya IHSG kemarin. Kenaikan sektor ini yakni sebesar 1,99% diikuti dengan healthcare sebesar 0,94, dan teknologi 0,57%.

Sedangkan sektor yang mengalami depresiasi yakni basic material 0,27%, real estate sebesar 0,12%, dan industrial 0,04%.

IHSG kembali bergairah di tengah sikap investor yang masih cenderung wait and see terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan arah kebijakan fiskal pemerintahan baru Prabowo-Gibran.

Untuk diketahui, dalam dot plot Juni 2024, The Fed meyakini masih ada harapan untuk pemangkasan suku bunga sebanyak satu kali. Kendati adanya harapan, namun jumlah pemangkasan suku bunga tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dot plot Maret 2024 yang menyatakan terdapat tiga kali penurunan suku bunga.

Sementara dari sisi kebijakan fiskal, sempat beredar kabar bahwa ada potensi jumlah utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) di masa pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mendekati angka 50% disertai dengan defisit fiskal mendekati 2,8%.

Namun, kabar tersebut dibantah oleh pemerintah melalui konferensi pers yang digelar pada Selasa lalu.

Pada konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, baik pemerintah maupun tim Prabowo menegaskan jika pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjalankan APBN 2025 secara prudent, termasuk dengan tetap menetapkan ambang defisit maksimal 3% dari PDB serta rasio utang terhadap PDB sebesar 60%.

Beralih ke pasar mata uang, rupiah terpantau mengalami apresiasi tipis di hadapan dolar AS sebesar 0,03% ke level Rp16.395/US$ atau sedikit lebih rendah dibandingkan level psikologis Rp16.400/US$.

Sayangnya, meski rupiah mengalami penguatan dalam sehari ini nyatanya masih belum terlalu kuat untuk keluar dari zona terpuruk sejak Pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, belanja subsidi melonjak tiga tahun berturut-turut, penyebabnya ialah pelemahan nilai tukar rupiah dan melonjaknya harga komoditas, seperti minyak mentah.

Sri Mulyani mengatakan, belanja subsidi hingga Mei 2024 telah mencapai Rp77,8 triliun, naik 3,7% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp75,1 triliun. Level belanja di atas Rp70 triliun itu telah terjadi sejak 2022 yang sebesar Rp75,4 triliun.

"Kita lihat tiga tahun berturut-turut ini subsidi sampai Mei nilainya cukup besar, yaitu melonjak tinggi dibandingkan 2021 waktu harga minyak belum mencapai kenaikan tinggi," ucap Sri Mulyani saat konferensi pers APBN secara daring, Kamis (27/6/2024).

Selanjutnya, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang bertenor 10 tahun terpantau mengalami kenaikan dari 7,082% menjadi 7,088%.

Kenaikan imbal hasil ini selaras dengan hari sebelumnya yang juga naik dari 7,067% ke 7,082%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor mulai kembali lagi ke SBN.

Dari Amerika Serikat, bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Kamis setempat atau Jumat dini hari waktu setempat.

Indeks S&P 500 ditutup naik 0,09% menjadi 5.482,87. Nasdaq Composite menanjak 0,30% menjadi 17.858,68, sementara Dow Jones Industrial Average naik 36,26 poin atau 0,09%, menutup pada 39.164,06.

Saham-saham kunci semikonduktor mengalami penurunan, menimbulkan pertanyaan apakah saham kecerdasan buatan atau AI dapat terus mendukung pasar di paruh kedua tahun ini. Saham Micron turun lebih dari 7% setelah pembuat chip tersebut mengeluarkan panduan pendapatan kuartal keempat yang sesuai dengan perkiraan. Saham raksasa semikonduktor dan penanda pasar Nvidia juga tergelincir, turun 1,9%.

Pergerakan ini terjadi saat para trader menantikan rilis Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi atau PCE inti untuk Mei, yang merupakan ukuran inflasi yang dijadikan patokan oleh Fed. Para ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan PCE inti naik 0,1% dari bulan ke bulan dan 2,6% dibanding periode setahun sebelumnya (year on year/yoy)

Para trader berharap laporan ini akan menunjukkan tekanan harga yang mulai mereda yang dapat memperkuat kemungkinan bahwa Fed akan menurunkan suku bunga lebih lanjut tahun ini.

"Jika PCE mengecewakan, berita stagflasi akan muncul, tetapi jika perkiraan tetap atau bahkan mengejutkan dengan data yang lebih dingin, hal itu seharusnya membantu pasar masuk saat Juli tiba," kata Quincy Krosby, strategis global utama untuk LPL Financial kepada CNBC International.

Sejumlah sentimen berpotensi menggerakkan pasar pada perdagangan terakhir pekan ini. Sentimen-sentimen tersebut antara lain seperti kekhawatiran Sri Mulyani dalam acara APBN KiTa Juni 2024, yen Jepang yang berada di posisi terendah sejak 1986, hingga penantian data inflasi PCE Amerika Serikat malam hari ini.

IHSG pada perdagangan kemarin memang mampu mengakhiri perdagangan di zona hijau. Namun, asing tercatat masih belum mau masuk ke pasar saham dengan terbukti adanya catatan net sell sekitar Rp5,37 triliun dengan didominasi oleh net sell pada pasar negosiasi dan tunai sebesar Rp 5,71 triliun.

Ketakutan Sri Mulyani

Sri Mulyani membeberkan kekhawatiran dan perhatiannya terhadap isu ekonomi terkini pada konferensi pers APBN KiTA, Kamis (27/6/2024).

Salah satunya adalah penerimaan pajak yang anjlok hingga 8,4% menjadi hanya sebesar Rp760,4 triliun per Mei 2024. Penerimaan ini turun dibandingkan Rp830,5 triliun pada bulan yang sama 2023. Adapun, realisasi ini jika dibandingkan target pajak tahun ini yang dipatok sebesar Rp1.988,9 triliun baru mencapai 36,2%.

Sri Mulyani mengatakan, setoran pajak yang masih tumbuh pada periode itu hanya berasal dari jenis pajak pertambahan nilai atau PPN dan Pajak Penjualan Barang Mewah atau PPnBM, sebesar Rp 282,34 triliun atau naik 5,72%.

Adapun, jenis pajak lainnya merosot, termasuk setoran untuk pajak penghasilan non migas turun 5,41% menjadi hanya sebesar Rp 443,72 triliun. Lalu, PPh migas hanya Rp 29,31 triliun, turun hingga 20,64%.

Anjloknya setoran PPh itu disebabkan pelemahan harga komoditas tahun lalu yang menyebabkan profitabilitas tahun 2023 menurun, terutama sektor usaha yang terkait komoditas.

Sementara secara total, pendapatan negara dari pajak, bea cukai, PNBP serta hibah mencapai Rp 1.123,5 triliun hingga Mei 2024.

Sri Mulyani mengatakan pendapatan ini telah mencapai 40,1% dari target APBN tahun ini. Meskipun pencapaian untuk Mei dari persentase baik namun pertumbuhan dibandingkan tahun lalu terjadi penurunan 7,1% year on year (yoy).

APBNFoto: Penerimaan Pajak Hingga Mei 2024
Sumber: APBN KITA EDISI JUNI 2024. (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu)

Kekhawatiran Sri Mulyani disampaikan setelah rupiah terus-menerus melemah. Ia katakan bahwa belanja subsidi melonjak tiga tahun berturut-turut, penyebabnya ialah pelemahan nilai tukar rupiah dan melonjaknya harga komoditas, seperti minyak mentah.

Sri Mulyani mengatakan, belanja subsidi hingga Mei 2024 telah mencapai Rp 77,8 triliun, naik 3,7% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 75,1 triliun. Level belanja di atas Rp 70 triliun itu telah terjadi sejak 2022 yang sebesar Rp 75,4 triliun.

Pada tahun-tahun sebelumnya, seperti pada 2020, belanja subsidi hanya sebesar Rp 48,9 triliun. Pada 2021 pun sebetulnya telah melonjak 15,7% namun masih pada level Rp 56,6 triliun.

Sri Mulyani merincikan, untuk belanja subsidi itu terdiri dari belanja subsidi untuk bahan bakar minyak atau BBM sebesar 5,57 juta kiloliter, turun 1% dibanding bulan yang sama tahun lalu 5,63 juta kiloliter.

Sementara itu, untuk belanja subsidi LPG 3 kg sebesar 2,7 juta metrik ton, naik 1,9% dibanding Mei 2023 sebesar 2,6 juta metrik ton. Subsidi listrik naik sebesar 3,1% dari 39,2 juta pelanggan menjadi 40,4 juta pelanggan.

Adapula untuk subsidi penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR naik 42,9% dari Rp 80,3 triliun menjadi Rp 114,7 triliun. Sedangkan untuk jumlah debitur KUR nya naik 33,4% dari 1,5 juta orang menjadi 2 juta orang.

Yen Jepang Ambruk & Dampak ke Indonesia

Nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS menyentuh level 160,7 pada penutupan perdagangan kemarin dan posisi ini merupakan yang terparah sejak 1986 atau sekitar 38 tahun terakhir. Penurunan yen sejak tahun 2022 sebagian besar disebabkan oleh kesenjangan antara tingkat suku bunga dalam negeri dan luar negeri, serta defisit perdagangan yang semakin membesar.

Bagi investor, suku bunga yang lebih tinggi di Amerika berarti peluang untuk memperoleh keuntungan yang jauh lebih tinggi atas investasi, seperti obligasi pemerintah, di negara tersebut dibandingkan di Jepang.

Semakin banyak investor menjual yen, semakin besar pula penurunan nilainya mendorong investor untuk terus menjual dalam siklus yang terus berlanjut.

Ambruknya yen terhadap dolar AS pun bersamaan dengan tak berkuasanya yen di hadapan rupiah. Secara year to date/ytd, yen telah terdepresiasi 6,19%. Pelemahan yen ini dikhawatirkan bisa memicu ketidakpastian di pasar Asia, termasuk Indonesia.

Tarif Listrik Juli 2024

Pemerintah sejak awal tahun hingga Juni 2024 ini memutuskan untuk tidak melakukan penyesuaian tarif listrik untuk 13 golongan pelanggan non subsidi atau biasa dikenal dengan tariff adjustment.

Padahal, berdasarkan aturan, PT Perusahaan Listrik Negara PLN (Persero) berhak melakukan penyesuaian tarif untuk golongan non subsidi setiap tiga bulan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tidak menyampaikan secara pasti apakah tarif listrik untuk golongan non subsidi ini akan mengalami perubahan mulai Juli 2024 atau tidak.

Saat ditanya kemungkinan apakah ada kenaikan, dia menjawab, "tidak, kalau naik sih tidak."

Namun, saat ditegaskan kembali apakah artinya tarif listrik pada Juli-September 2024 tidak akan mengalami kenaikan, jawabannya pun tampak tak pasti. Dia berkata, "Ya, kita lihat. Tapi nanti segera kita rapatkan."

Dengan kepastian tidak naiknya tarif listrik pada Juli, maka hal ini setidaknya memberikan sedikit kelegaan bagi masyarakat di tengah kondisi yang cukup mengkhawatirkan khususnya perihal daya beli masyarakat yang masih tertekan.

Inflasi PCE AS

Pada malam hari ini, Jumat (28/6/2024) inflasi PCE AS akan dirilis dan diperkirakan oleh konsensus akan melandai menjadi 2,6% year on year/yoy untuk periode Mei. Angka ini cenderung lebih rendah dibandingkan periode April yang tumbuh 2,7% yoy.

Jika hal tersebut benar terjadi atau bahkan inflasi PCE tumbuh tak sampai 2,6%, maka hal ini akan semakin memperbesar potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan berujung pada depresiasi DXY.

Menurut data FedWatch dari LSEG, para investor sebagian besar tetap pada pandangan mereka untuk sekitar dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, meskipun The Fed hanya memproyeksikan satu kali pemangkasan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Penandatanganan MoU & PKS CT Corp dengan Bank Mandiri Group (13.00 WIB)

  • Konferensi pers tanggapan APRINDO mengenai Pernyataan Diskriminatif atas Pemberantasan Judi Online dan Membatasi Top Up Pulsa & Game di Minimarket (16.00 WIB)

  • Tokyo CPI YoY (06:30 WIB)
  • Great Britain GDP Growth Rate QoQ & YoY Final (13:00 WIB)
  • U.S. PCE Price Index YoY (19:30 WIB)
  • FED Bowman Speech (23:00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Cum Date Dividen: ALDO, DPNS, IMAS, IMJS, JSPT, SMRA, UNVR, UVCR

  • RUPST/RUPSLB: AGAR, ALKA, AMMS, ATAP, AYLS, BBKP, BCIC, BHAT, BIKA, BUMI, CITA, CKRA, CPDW, CRSN, DKFT, DNET, DSFI, ENAK, ERTX, FILM, FPNI, GGRM, GMFI, ICBP, ICON, IIKP, INCI, INDF, INDR, INSA, INTA, ISSP, KIJA, KOTA, LINK, MAGP, MHKI, MINA, MPRO, MRAT, MSIE, NATO, NINE, OASA, PBRX, PGLI, PMMP, PSAB, REAL, RMKE, RMKO, SAGE, SCPI, SHID, SLIS, SMIL, SMRU, SOHO, SOLA, TAXI, TCPI, TIRT, TRST, ZBRA
  • Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev) Next Article Deg-Degan Tunggu Keputusan The Fed, Investor Pilih Profit Taking?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular