IPO Watch

IPO UBC Medical (LABS) Dibanderol Rp100 - 105 per Saham, Worth It?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
19 June 2024 14:55
Ilustrasi program bayi tabung (Dok: Freepik)
Foto: Ilustrasi program bayi tabung (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten distributor alat-alat kesehatan, PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS) bakal segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui aksi korporasi Initial Public Offering (IPO).

Emiten distributor alat kesehatan ini diketahui akan mengeluarkan saham baru melalui IPO maksimal sebanyak 700 juta lembar atau setara 17,72% dari modal yang ditempatkan.

Harga yang ditawarkan sendiri dari rentang Rp100 - 105 per lembar saham, dengan begitu dana segar yang bisa diraup perusahaan di kisaran Rp70 - 73,5 miliar.

Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham ini setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek, akan digunakan untuk modal kerja, antara lain untuk biaya operasional seperti, pembelian barang dagangan, biaya angkut, biaya kantor, biaya penjualan, biaya sewa dan lainnya, dan pelunasan hutang usaha kepada pemasok.

Melansir prospektus, jadwal pelaksanaan IPO yang bisa dicermati sebagai berikut :

Masa penawaran awal : 19-26 Juni 2024.

Masa penawaran umum : 2-4 Juli 2024

Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) : 8 Juli 2024.

Sepak Terjang Underwriter

Underwriter atau penjamin pelaksana emisi efek dari LABS ini ampu oleh Lotus Andalan Sekuritas. CNBC Indonesia mencatat setidaknya ada empat emiten yang berhasil melantai di bursa berkat underwriter ini, berikut kinerja-nya :

Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas untuk pergerakan saham di hari pertama listing berhasil bergerak atraktif. Namun, sepanjang waktu berjalan pergerakan tidak semua ke arah positif.

Sekilas Tentang Bisnis LABS

Mengenal sekilas soal perusahaan yang akan listing dengan nama UBC Medical Indonesia (LABS) ini sudah berdiri selama satu dekade, tepatnya didirikan pada 9 Juni 2014.

Perusahaan ini menjalan bisnis distributor alat kesehatan dan memiliki satu anak usaha bernama PT Esora Medika Indonesia yang baru berdiri tahun lalu, dengan bisnis utama di industri alat kesehatan. Sayangnya, menurut prospektus hingga kini belum beroperasi secara komersial

Perseroan saat ini ditunjuk sebagai distributor berdasarkan letter of authorization dari prinsipal-prinsipal yang merupakan produsen bioteknologi dari negara-negara maju yang antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan China dalam memberikan teknologi terbaik untuk laboratorium di seluruh Indonesia.

UBC Medical Indonesia (LABS) memperoleh letter of authorization antara lain dari Qiagen GmbH, Nipro Corporation, dan Sansure Biotech Inc.

Sebagai informasi Qiagen adalah perusahaan pelopor bioteknologi dari Amerika Serikat yang berdiri sejak tahun 1980, Nipro Corporation adalah perusahaan manufaktur peralatan medis Jepang yang berdiri tahun 1954 dan terdaftar di bursa saham Tokyo dan Osaka Securities Exchange. Serta Sansure adalah penyedia jasa diagnostic in vitro terintegrasi dari China yang telah berdiri sejak tahun 2008.

Pemasok Unggulan Skrining Newborn Baby

LABS bisa dibilang terkenal sebagai perusahaan pemasok unggulan untuk produk skrining bayi baru lahir dan infeksi tuberkulosis laten (ILTB).

Ini bermula sekitar dua tahun lalu, ketika perusahaan ditunjuk sebagai pemasok pada pengadaan alat screening bayi baru lahir di 7 Laboratorium Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan, dan dilanjutkan pada 2023 oleh Direktorat Kesehatan Keluarga untuk program SHK (Skrining Hipotiroid Kongenital).

Pada 2023 juga LABS berhasil melakukan penjualan alat Kesehatan kepada Dirjen P2PTM (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular) dalam rangka program screening HPV atau kanker serviks, dan Dirjen P2PML (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung) dalam rangka program screening TB untuk Indonesia bebas TB 2030.

Sampai dengan saat ini, kegiatan usaha Perseroan berfokus dalam menyediakan alat kesehatan diagnostik untuk kebutuhan laboratorium, termasuk sistem immunoassay, molekuler, urinalisis, dan diagnostik cepat - yang kesemuanya dikonsolidasikan untuk menjadi solusi terintegrasi

Dan berdasarkan pengalamannya terlibat dalam proyek Kesehatan Pemerintah, Perseroan saat ini memiliki reputasi di pasar alat kesehatan sebagai salah satu pemasok unggulan untuk produk skrining bayi baru lahir dan infeksi tuberkulosis laten (ILTB).

Bagaimana Kinerja Keuangannya?

Berdasarkan data prospektus, pada 2021 perusahaan mencatatkan penyusutan penjualan yang cukup dalam, mencapai minus 51,59% menjadi Rp129,96 miliar.

Tahun berikutnya, penjualan susut lagi 28,22% menjadi Rp93,29 miliar. Namun, pada 2023, penjualan mulai bangkit 45,53% ke Rp136,69 miliar.

Sayangnya, dengan kenaikan penjualan, perusahaan belum bisa mencatatkan kenaikan laba bersih. Pada 2023, laba bersih LABS mencapai Rp1,88 miliar, turun 22,75% secara tahunan (yoy).

Jika menelusuri laporan keuangan, penyusutan laba ini terjadi karena beban pokok penjualan yang membengkak hingga 48,69%. Pertumbuhannya melampaui pertumbuhan penjualan.

Laba/Rugi LABSFoto: Prospektus
Laba/Rugi LABS

 

Neraca Sehat atau Tidak?

Beralih ke neraca, ini juga menjadi satu hal penting untuk menilai perusahaan sehat atau tidak.

Jika melihat berdasarkan tingkat utang terhadap ekuitas, LABS terbilang memiliki utang yang cukup besar, lantaran nilainya lebih dari 1 kali, tepatnya hingga akhir 2023, Debt to Equity Ratio (DER) berada di 2,25 kali.

Meski begitu, jika membaca current ratio yang terus meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan LABS memiliki kemampuan yang baik dalam membayar kewajiban jangka pendek atau yang jatuh tempo dalam satu tahun

Bagaimana Valuasinya?

Terakhir dalam menilai perusahaan IPO, penting untuk kita mengetahui nilai valuasi guna mengetahui murah atau mahalnya suatu saham.

Jika menilai LABS yang akan dihargai Rp100 - 105 per lembar, market cap akan berada di rentang Rp395 miliar - Rp414,75 miliar. Dengan menggunakan metrik price to book value (PBV) dan price to earning ratio (PER) valuasinya bisa dibilang terlalu overvalue atau premium. Pasalnya, PBV lebih dari 1 kali, dan PER mencapai ratusan kali.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation