
Asing Serbu Surat Berharga BI, Tembus Rp100 T!

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing tercatat masuk ke Indonesia dalam enam pekan beruntun. Hal ini disambut positif dengan apresiasi bagi pasar keuangan domestik.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 10-13 Juni 2024, bahwa investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp8,91 triliun terdiri dari jual neto Rp0,75 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp0,76 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp8,9 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 13 Juni 2024, investor asing tercatat jual neto Rp35,09 triliun di pasar SBN, jual neto Rp10,40 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp108,90 triliun di SRBI.
Hal menarik tercermin dari besarnya dana asing yang masuk ke pasar keuangan domestik khususnya di SRBI selama tujuh pekan beruntun.
Sejak minggu keempat April 2024, investor asing telah masuk sekitar Rp45 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing sangat tertarik dengan penawaran imbal hasil yang diberikan oleh SRBI.
Sebelumnya, BI telah meraup Rp505 triliun dana asing ke SRBI dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI). Dari Rp 505 triliun, sebanyak 26% atau Rp116,15 triliun merupakan SVBI.
Destry menjelaskan instrumen SRBI dan SVBI ini menggantikan instrumen operasi moneter BI sebelumnya. Sebelumnya SRBI, BI memiliki reverse repo atau repo. "Jadi nyedot kelebihan likuid masuk BI dengan rate khusus tapi reverse repo ketika masuk ke BI gak bisa kita apa-apain, (hanya) stay di BI," katanya.
Baik SVBI dan SRBI, menurut Destry, telah memiliki underlying aset, yakni SBN. Adapun, SBN yang dijadikan underlying adalah milik BI dan penerbitannya juga sesuai ketentuan. "Artinya kita punya berapa SBN dan kita bisa terbit berapa jadi ada batasannya,tidak semena-mena," paparnya.
Keputusan yang diambil BI untuk menyerap likuiditas melalui pasar SRBI mungkin akan berlanjut mengeringkan likuiditas yang tersedia di pasar saham, sebagai investor asing tampaknya lebih tertarik pada utang Indonesia yang jangka waktunya lebih pendek pasar.
Dalam laporan Bank Central Asia (BCA) yang berjudul A long night before the dawn menunjukkan bahwa pengenalan instrumen SRBI ke pasar keuangan telah menarik investor asing (dan bank) untuk menjauhi pasar SBN, meninggalkan investor lain seperti sektor non-bank domestik untuk masuk ke pasar obligasi.
Keluarnya dana dari pasar obligasi tercermin dari imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang terus-menerus mengalami kenaikan dari 6,911% pada 3 Juni 2024 menjadi 7,14% pada 14 Juni 2024 atau naik 0,318 poin persentase.
Sedangkan US Treasury tenor 10 tahun justru cenderung menurun dari 4,402% menjadi 4,213% dalam periode yang sama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)