Newsletter

Deg-Degan Tunggu Inflasi AS & Kabar The Fed: IHSG-Rupiah Akan Longsor?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 12/06/2024 06:00 WIB
Foto: ilustrasi Jerome Powell (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)
  • Pasar keuangan RI ambruk pada perdagangan kemarin,  IHSG tergelincir nyaris 1%, rupiah tertekan lagi, sementara yield obligasi tembus ke atas level 7%.
  • Bursa Wall Street bergerak beragam seiring penantian pelaku pasar terhadap inflasi AS yang berimplikasi pada keputusan suku bunga the Fed.
  • Hari ini menjadi hari cukup sibuk lantaran banyak data akan rilis, mulai dari inflasi China sampai AS hingga pengumuman kebijakan The Fed yang bakal mempengaruhi keseluruhan pasar.

Jakarta, CNBC indonesia - Pasar keuangan RI tergelincir pada perdagangan kemarin, Selasa (11/6/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun dengan net sell asing triliunan, nilai tukar rupiah lanjut melemah, sementara yield obligasi acuan Indonesia melambung ke atas 7%.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan tertekan karena investor menunggu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Sentimen selengkapnya yang potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Rabu (12/6/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.

Dari pasar saham terlebih dahulu, IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (12/6/2024) terkoreksi 65,85 poin atau 0,95% ke posisi 6.855,69. Pelemahan ini kemudian menghapus rebound yang terjadi pada Senin sebesar 0,34%.

Dalam empat hari terakhir ini transaksi perdagangan yang terjadi di bursa terbilang sepi, selalu kurang dari Rp10 triliun. Pada perdagangan kemarin nilai transaksi yang tercatat juga hanya mencapai Rp9,30 triliun.

Nilai transaksi tersebut melibatkan 17,23 miliar lembar saham yang telah berpindah tangan sebanyak 939.895 kali. Adapun 366 emiten mencatatkan harga saham terkoreksi, 198 saham menguat, sementara 215 sisanya bergerak stagnan.
IHSG yang tergelincir kemarin juga terjadi seiring dengan aksi jual asing yang masih deras. Dalam sehari asing keluar bersih Rp1,17 triliun dari keseluruhan pasar, rinciannya di pasar regional net sell mencapai Rp1,23 triliun, sementara untuk pasar nego dan transaksi masih net buy sebanyak Rp52,25 miliar.

Saham perbankan besar masih menjadi top net sell kemarin, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) paling banyak dilego asing mencapai Rp273,9 miliar, lalu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp239,6 miliar, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp156,6 miliar.

Selain perbankan, ada emiten blue chip lain yang dibuang asing, yakni PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), masing-masing sebanyak Rp110,5 miliar dan Rp103,5 miliar.

Flow asing yang masih keluar ini juga berimplikasi pada gerak nilai tukar rupiah yang ikut tertekan di hadapan dolar AS. Melansir data Refintiiv, sampai akhir perdagangan kemarin, mata uang Garuda melemah 0,06% menjadi Rp16.285/US$.

Depresiasi rupiah ini melanjutkan pelemahan yang sudah terjadi sejak Senin. Kemudian, perlu dicatat, secara intraday pada perdagangan kemarin dolar sempat menyentuh level paling parah ke Rp16.300/US$.

Selain karena flow asing, pelemahan rupiah ditengarai tekanan dolar AS yang masih kuat. Ini tercermin dari DXY yang sudah menguat dua hari beruntun dan melambung ke atas 105.

Beralih ke pasar obligasi, pada perdagangan kemarin terpantau masih cukup berat tercermin dari yield obligasi acuan RI bertenor 10 tahun yang sudah menembus ke atas level psikologis 7%, menandai kenaikan selama dua hari berturut-turut.

Perlu dipahami bahwa kenaikan yield berbanding terbalik dengan harga yang malah semakin turun. Ini kemudian mencerminkan kondisi obligasi Indonesia yang masih dijual investor.


(tsn/tsn)
Pages