
Mendung Hantui Asia: Bursa RI Hingga China Remuk Berjamaah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot pada perdagangan Selasa (11/6/2024), di mana sentimen pasar cenderung memburuk menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan keputusan suku bunga bank sentral AS.
Hingga akhir perdagangan kemarin, IHSG ditutup merosot 0,95% ke posisi 6.855,69. IHSG pun gagal untuk bangkit kembali ke level psikologis 6.900.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai Rp 9 triliun dengan volume transaksi mencapai 17 miliar lembar saham dan ditransaksikan sebanyak 939.895 juta kali. Sebanyak 198 saham menguat, 366 saham melemah, dan 215 sisanya cenderung stagnan.
Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) hingga mencapai Rp 1,23 triliun di pasar reguler kemarin.
Tercatat sektor industri menjadi penekan paling besar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni hingga mencapai 2,45%.
Koreksi tidak hanya terjadi di IHSG saja. Mayoritas bursa Asia-Pasifik pada perdagangan kemarin terpantau merana, di mana indeks ASX 200 Australia dan Hang Seng Hong Kong menjadi yang paling parah koreksinya kemarin, yakni ambruk masing-masing 1,33% dan 1,04%. Sedangkan IHSG berada di urutan terburuk ketiga setelah ASX 200 dan Hang Seng.
Namun, untuk indeks Nikkei 225 Jepang dan KOSPI Korea Selatan ditutup di zona hijau kemarin. Nikkei 225 menguat 0,25%, sedangkan KOSPI naik 0,15%.
Investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi AS pada pekan ini dan keputusan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pada Rabu malam waktu Indonesia, AS akan merilis data inflasi periode Mei 2024.Saat ini konsensus memperkirakanheadline inflationakan tumbuh stabil di 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan inflasi inti akan melandai ke 3,5% yoy.
Jika data inflasi keluar meleset dari perkiraan, kemungkinan terburuk akan berujung pada kebijakan ketat The Fed masih akan dipertahankan lebih lama dari perkiraan. Pasar kini semakin pesimis jika pada tahun ini tidak akan ada pemangkasan suku bunga.
Menurut perhitungan perangkat CME FedWatch Tool, pada pertemuan pekan ini yang akan berlangsung sehari setelah rilis inflasi sudah 97,8% peluang mempertahankan suku bunga. Sementara pemangkasan suku bunga pada September kian menyusut menjadi 46,6%, padahal pada akhir pekan lalu masih di atas 50%.
Sebagai informasi, sebelumnya pada dot plot Maret silam, 9 dari 19 pejabat The Fed melihat ada peluang pemangkasan suku bunga sebanyak 0,75% hingga akhir tahun ini. Proyeksi ini dengan melihat median proyeksi suku bunga oleh pejabat The Fed dalam dokumen dalam dokumen "dot plot" menjadi 4,5-4,75% atau median 4,6% hingga akhir tahun ini.
Median ini mengindikasikan jika The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 0,75% atau sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 0,25% hingga akhir tahun.
Sementara hanya dua pejabat yang memperkirakan The Fed akan tahan suku bunganya di level 5,25-5,5% hingga akhir 2024.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed kini sudah semakin mundur dari perkiraan. Jika pada pertemuan terdekat ini nada the Fed masihhawkish,maka gejolak di pasar keuangan, terutama di aset berisiko kemungkinan besar masih berlanjut, termasuk pasar saham Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)