Astra Terjepit Lesunya Industri Mobil & Hadirnya BYD Bisa Gerus Pasar

Tim Riset, CNBC Indonesia
04 June 2024 09:45
Menara Astra. (Dok. Astra)
Foto: Menara Astra. (Dok. Astra)

1. Laba bersih ASII pada kuartal I 2024 anjlok 15,81% didorong dari turunnya pendapatan hingga kerugian investas GOTO dan HEAL
2. Penjualan mobil dan motor Astra turun pada kuartal I 2024
3. BYD kini jadi pesaing berat, berpotensi menggerus pangsa pasar Astra

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Astra International Tbk (ASII) kini menghadapi banyak tantangan bisnis yang dapat berpotensi kembali menggerus laba Perseroan. ASII dikenal sebagai salah satu saham otomotif paling disukai oleh para investor karena selain memiliki likuiditas tinggi, saham tersebut juga masuk dalam jajaran indeks LQ45 yang dimana masuk dalam kategori perusahaan berkinerja baik.

Lantas dengan semakin tinggi kompetisi di dunia otomotif di tengah lesunya penjualan mobil nasional, mampukah ASII tetap menjadi pemenang?

ASII memiliki banyak lini bisnis dan segmen otomotif adalah bisnis dengan kontribusi pendapatan terbesar. Astra dikenal sebagai distributor resmi kendaraan merek terkemuka seperti Daihatsu, Toyota, Isuzu, Honda, dan sejumlah merek lainnya. 

Sayangnya ASII harus terseret lesunya industri otomotif pada awal 2024 sehingga terjadi penurunan laba bersih perseroan pada kuartal I 2024. Beban ASII makin berat kala munculnya pesaing-pesaing yang berpotensi menggerus pangsa pasar Astra.

Bisnis

Kegiatan usaha yang dapat dijalankan oleh Perusahaan mencakup perdagangan umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan konsultasi.

Hingga saat ini, Astra telah mengembangkan bisnisnya dengan menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan terdiversifikasi pada tujuh segmen usaha, terdiri dari:

- Otomotif : meliputi produksi, distribusi, ritel dan layanan purna jual kendaraan bermotor maupun sepeda motor.
- Jasa Keuangan : memberikan cakupan layanan yang menyeluruh dalam menyediakan berbagai dukungan finansial untuk melayani konsumen.
- Alat Berat, Pertambangan, konstruksi & Energi : menyediakan solusi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi dengan pengalaman selama lebih dari 50 tahun di Indonesia.
- Infrastruktur dan Logistik : menyediakan solusi terbaik untuk memajukan perkembangan infrastruktur dan logistik di Indonesia.
- Agribisnis : mengintegrasikan teknologi terkini dan pengembangan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang ramah lingkungan.
- Teknologi Informasi : berfokus pada bisnis printing and digital services, Astra menghadirkan solusi dokumen, teknologi informasi, dan perkantoran.
- Properti : sebagai perusahaan pengembang, manajemen, dan investasi di sektor properti dengan memberikan pengalaman pengembangan kelas dunia.

Kinerja Keuangan

ASIIFoto: ASII

Perseroan mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal pertama tahun 2024. Tercatat laba bersih berjalan ASII anjlok 15,81% menjadi Rp9,76 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp11,59 triliun.

Begitu juga pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk kuartal I 2024 tercatat turun 14,39% menjadi Rp7,46 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,72 triliun.

Anjloknya laba bersih Perseroan berasal dari penurunan pendapatan pada kuartal I 2024 sebesar 2,13% menjadi Rp81,21 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp82,98 triliun. Walaupun dalam mencatatkan margin, Perseroan justru mencatatkan kenaikan tipis pada margin kuartal I 2024 menjadi sebesar 21,65%, dibandingkan pada kuartal I 2023 sebesar 21,35%. Hal ini berarti, meskipun terdapat penurunan penjualan, namun Perseroan berhasil melakukan efisiensi pada beban pokok pendapatannya.

Selain dari turunnya pendapatan, terdapat kenaikan pada beban umum dan administrasi pada kuartal I 2024 menjadi Rp4,56 triliun, dibandingkan pada periode yang sama sebesar Rp4,07 triliun.

Adapun penggerus laba Perseroan, berasal dari kerugian pada nilai wajar investasi terhadap PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), dan lain-lain sebesar Rp665 miliar, dan investasi lainnya sebesar Rp11 miliar.

Penurunan nilai investasi ASII di saham GOTO dan juga HEAL dikarenakan anjloknya pergerakan harga saham kedua emiten tersebut.

Selain itu, terdapat penurunan pada arus kas ASII.

Selain mencatatkan penurunan laba bersih, Perseroan juga mencatatkan penurunan kas bersih pada kuartal I 2024 menjadi Rp6,31 triliun, dibandingkan pada periode sebelumnya sebesar Rp11,63 triliun.

Jika dirinci secara detail, turunnya kas pada periode kuartal I 2024 berasal dari meningkatnya pembayaran kepada pemasok hingga pembayaran gaji karyawan yang berada di arus kas aktivitas operasi.

Adapun, pembayaran pinjaman jangka pendek yang meningkat juga mendorong pengurangan pada arus kas aktivitas pendanaan.

Pergerakan Harga Saham ASII

Harga saham ASII mencatatkan penurunan tajam, sepanjang tahun 2024 hingga perdagangan 3 Juni 2024 anjlok 21,05% di level Rp4.500 per lembar saham.

Penurunan harga saham ASII sejalan dengan penurunan pendapatan dan laba bersih Perseroan pada kuartal I 2024. Yang dimana didalamnya tercatat penjualan mobil dan sepeda motor masing-masing menurun 20% dan 7,8%, merefleksikan pelemahan pasar nasional. Kinerja bisnis pertambangan Perseroan juga terdampak oleh pelemahan harga batu bara.

stockbitFoto: stockbit

Jika dirinci total penjualan kendaraan mobil dan motor Astra terjadi penurunan yang signifikan.

Tantangan Bisnis

Perseroan harus bersiap menghadapi tantangan-tantangan bisnis baru di sepanjang tahun 2024 hingga tahun 2025. Kehadiran perusahaan otomotif dari China yakni BYD dapat menggerus pangsa pasar Astra.

BYD memastikan akan membangun fasilitas pabrik di Indonesia. Pabrik BYD akan berdiri di kawasan Subang, Jawa Barat. Produsen mobil listrik asal China tersebut menggelontorkan dana hingga US$1 miliar atau setara Rp 16,2 triliun.

Selain itu, BYD mengumumkan peluncuran mobil plug-in hybrid (PHEV) dengan teknologi terbaru (DM 5.0), yang diklaim memiliki konsumsi BBM lebih efisien di level 2,9 liter per 100 km atau 34,5 km per liter (vs. DM 4.0: 3,8 liter per 100 km atau 26,3 km per liter). Harga untuk versi DM 5.0 ini akan dimulai dari 99,8 ribu yuan atau setara dengan Rp220 juta dibandingkan DM 4.0 yang memiliki harga mulai dari 79,8 ribu yuan atau setara dengan Rp180 juta. Namun, harga mobil tersebut berpotensi lebih tinggi jika masuk ke Indonesia akibat dikenakan pajak, seperti pajak impor dan PPnBM.

Hingga saat ini, BYD baru memasarkan 3 model kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) di Indonesia, yakni Dolphin SUV, Atto 3 SUV, dan Seal yang bertipe sedan. Produk tersebut masing-masing memiliki harga mulai dari 425 juta rupiah, 515 juta rupiah, dan 629 juta rupiah.

Segmen mobil hybrid sendiri memiliki pertumbuhan yang cepat di Indonesia, di mana ASII merupakan market leader di segmen hybrid dengan pangsa pasar hingga 72,5% pada tahun 2023.

stockbitFoto: stockbit

Dengan harga jual yang jauh lebih terjangkau, potensi kehadiran mobil hybrid dari BYD dapat menimbulkan dampak negatif bagi pangsa pasar ASII.

Sebagai informasi, mobil hybrid yang didistribusikan ASII seperti Innova Zenix Hybrid (konsumsi BBM 18,8 km per liter) dan Yaris Cross Hybrid (konsumsi BBM 27 km per liter) - masing-masing memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan BYD, masing-masing mulai dari Rp430 juta dan Rp367 juta. Secara kontribusi, mobil hybrid menyumbang sekitar 7% dari volume penjualan mobil ASII pada tahun 2023.

Selain dari munculnya pesaing baru, tantangan pada industry otomotif lainnya yakni Pemerintah Daerah DKI Jakarta menaikkan tarif pajak progresif kendaraan bermotor untuk kepemilikan kedua dan seterusnya sebesar 0,5%. Kenaikan tarif ini tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DKI Jakarta No. 1/2024. Meski baru diterapkan awal 2025, kebijakan ini bisa membuat konsumen menimbang ulang rencana pembelian mobil baru, terutama untuk kepemilikan kedua dan seterusnya.

Selain itu, pemerintah juga berwacana akan menaikkan tarif pajak kendaraan bermotor berbasis BBM. Tujuannya untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik dan mengalihkan subsidi BBM ke transportasi umum seperti LRT dan kereta cepat.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation