Harga Emas Naik Tipis Tapi Pemiliknya Belum Bisa Tidur Nyenyak

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
31 May 2024 06:40
Emas batangan
Foto: Zlaťáky.cz/Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terpantau ditutup berbalik arah dari melemah ke menguat pada perdagangan Kamis (30/5/2024), di tengah sikap wait and see investor menunggu data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS).

Merujuk data Refinitiv, harga emas ditutup di posisi US$ 2.343 per troy ons, naik 0,18% pada perdagangan Kamis kemarin. Penguatan ini menjadi kabar baik setelah emas ambles 0,93% pada Rabu sebelumnya.

Pada pagi hari ini,, Jumat 931/5/2024) penguatan harga emas sepertinya masih akan berlanjut meski cenderung tipis. Per pukul 06:00 WIB, harga emas global naik tipis 0,04% ke posisi US$ 2.343,84 per troy ons.

Yield Treasury dan dolar AS berbalik arah ke zona merah setelah data ekonomi AS terpantau melambat, meningkatkan harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sudah berada di jalur yang tepat untuk memangkas suku bunga tahun ini.

Yield Treasury acuan tenor 10 tahun melandai 7 basis poin (bp) menjadi 4,55%, turun dari posisi tertingginya sejak awal Mei 2024.

Sedangkan indeks dolar AS (DXY) pada perdagangan Kamis kemarin terpantau melemah 0,36% menjadi 104,72, dari sebelumnya pada Rabu lalu di angka 105,1.

Melandainya imbal hasil US Treasury dan dolar Amerika Serikat (AS) berdampak positif buat emas. Pelemahan dolar membuat harga emas semakin murah saat dibeli karena ada konversi ke dolar AS sehingga pembelian meningkat. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga melandainya imbal hasil US Treasury membuat emas  menarik.

Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS menunjukkan perekonomian tumbuh lebih lambat pada kuartal pertama dibandingkan perkiraan sebelumnya, setelah revisi ke bawah pada belanja konsumen dan peralatan serta ukuran utama inflasi yang melambat, menjelang rilis data inflasi PCE periode April 2024 pada hari ini.

Produk domestik bruto (PDB) riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,3% pada kuartal pertama, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% tetapi sedikit lebih buruk dibandingkan perkiraan Dow Jones sebesar 1,2%.

Pengurangan konsumsi, dari pertumbuhan 2,5% menjadi 2%, merupakan penyebab utama revisi penurunan tersebut.

"Kami melihat sedikit aksi berburu barang murah (bargain hunter) setelah penurunan harga. Indeks dolar AS diperdagangkan dengan beberapa penurunan yang cukup solid saat ini, jadi itu merupakan faktor bullish untuk emas dan perak. mbal hasil juga sedikit turun dan aksi jual di pasar saham dalam beberapa hari terakhir juga merupakan elemen bullish untuk pasar logam," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, dikutip dari Reuters.

Selain itu, data klaim pengangguran mingguan AS untuk periode pekan yang berakhir 25 Mei 2024 terpantau meningkat yakni menjadi 219.000, dari sebelumnya pada April lalu sebanyak 216.000 klaim.

Fokus investor saat ini beralih ke inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE), merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, yang akan dirilis pada hari ini, di mana data ini dapat memberikan lebih banyak petunjuk mengenai waktu penurunan suku bunga The Fed.

Pasar memperkirakan inflasi PCE AS secara tahunan melandai menjadi 2,6%, sedangkan secara bulanan juga cenderung turun menjadi 0,2%. Adapun PCE inti diperkirakan juga turun menjadi di 0,2%.

Jika inflasi PCE benar-benar melandai atau sesuai ekspektasi pasar, maka ada kemungkinan The Fed dapat mengubah sikapnya, meski mereka masih melihat data inflasi utama berikutnya.

Namun sebaliknya, jika inflasi PCE kembali naik, maka pasar akan cenderung pesimis jika suku bunga dapat dipangkas pada tahun ini.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, perkiraan pasar akan pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada September mencapai 45,9%, meningkat sedikit dari perdagangan Rabu kemarin yang mencapai 42,1%. Namun, perkiraan Kamis kemarin masih lebih rendah dari pekan lalu yang mencapai 46,4%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation